"Tidak semua orang bisa mengerti, tetapi dengan komunikasi, seseorang akan bisa memahami isi hati."
—
Anya membuka matanya, ia sontak terkejut melihat ruangan asing yang ditempatinya sekarang. Buru-buru Anya membuka selimutnya, kemudian menghela nafas ketika menyadari pakaiannya masih utuh. Kepalanya pusing, ia bahkan tidak sadar apa yang semalam terjadi sehingga dirinya bisa berada diruangan ini. Anya tidak mencoba untuk beranjak dari kasur; tubuhnya masih lemah dan tidak bergairah melakukan apapun selain berbaring, meski ketika menutup mata, kejadian beberapa hari lalu kembali menghantui pikirannya.★
Begitu panggilan tersambung, wajah Anya yang semula gugup berubah menjadi sebuah keceriaan, “halo, Ma!”
“Sayang, kenapa nak?”
“Mama sama Papa kenapa gak ke rumah?”
“Eh, maksud kamu apa Anya? Mama kan masih—"
“Aku tahu mama ada di Indo, kenapa gak kabarin aku?”
“Iya, soalnya mama gak pulang Anya. Ada urusan di Bali sebentar.”
“Udah tiga tahun mama papa gak pulang, kalian gak mau ketemu aku?”Anya menggigit bagian dalam bibirnya sembari menahan tangis yang sudah membendung di pelupuk mata hazelnya.
“Tuh kan, ini alasan mama sama papa gak ngabarin kamu, kamu pasti merengek kayak gini,”
“Aku cuma kangen mama, aku mau liat kalian, aku mau peluk mama sama papa,” suaranya tersekat ditenggorokan, namun Anya masih berusaha menahan agar suaranya terdengar normal.“Bisa gak kamu gak usah manja? Kamu udah dewasa Anya, bukan anak kecil yang harus ditungguin,” ucap mamanya dengan intonasi suara yang meninggi.
“Emang waktu kecil mama pernah nungguin aku? You and dad can't get away from that fucking job, mom!”
“Anya, jaga ucapan kamu ya.”
“Ma, sebegitu sulit ya untuk temuin aku sebentar aja? Aku anak mama. Kadang kalau aku hubungin mama juga selalu tolak panggilan aku, kan? Kalau begini apa yang aku dapatkan dari hak aku, Ma?” Air matanya sudah tak bisa dibendung lagi, meski suaranya serak Anya masih berusaha mengontrol agar suaranya sampai pada sang mama yang selalu menghindari obrolan dengannya.“Ya karena kamu itu selalu merengek kayak gini tiap nelpon, mama capek dengernya, lagian dirumah kan ada Kenzo dan kamu gak mungkin sendirian. Please, just be a little more mature, okay?”
"If I knew I was going to be born to someone who didn't want a child like you, I wouldn't have wanted to be born, mom!"
Telepon terputus, tetapi sampai sekarang baik mama ataupun papa sama tidak berusaha memperbaiki keadaan bersama putri mereka, masih dengan keegoisan terhadap pekerjaannya masing-masing. Anya merasa menyesal telah mengatakan hal buruk kepada orang tuanya, tetapi saat itu emosinya tidak terkendali. Orang yang paling ia harapkan ada saat dirinya membutuhkan pertolongan tidak pernah hadir. Sosok orang tua yang harusnya merengkuh dirinya saat semua kemalangan menimpanya justru tidak ada untuk menguatkannya.
Selama ini, Anya melewati masa-masa sulit sendirian, ia berjuang sendiri menghadapi trauma yang masih jelas diingatannya. Sejak kecil Anya selalu berusaha mandiri agar bisa menjadi kebanggaan kedua orang tuanya, tetapi sebaliknya, mereka tidak pernah melihat hasil perjuangan Anya bertahan dalam semua masalah yang menghadapinya kala itu. Bahkan untuk sedikit apresiasi pun tidak. Kalau memang uang bisa membeli segalanya, Anya berharap bisa membeli kasih sayang orang tuanya, meskipun hanya merasakannya selama lima detik. Anya tidak akan menolak kesempatan langka tersebut.
Anya kembali pada kenyataan bahwa matanya lagi-lagi dipenuhi air mata yang menggumpal. Ia ingin tahu dimana saat ini dirinya berada. Terdengar suara tawa yang tidak asing mendekat ke arahnya, pintu terbuka, mata mereka bertemu.
“Gimana tidurnya, tuan putri?” ledek Ravinka yang sudah rapih menggunakan kaus santai berwarna merah muda.
“Vin, gue dimana?”
“Lo di khayangan, tuan putri. Sekarang gue reinkarnasi jadi dayang istana,” Anya tersenyum sambil memutar bola matanya yang malas menanggapi Ravinka, tapi ia bersyukur karena setidaknya masih memiliki teman seperti perempuan itu dihidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fearless (selesai)
Romance- Di sudut kota yang berkilau dan gemerlap, terdapat dua dunia yang bertabrakan namun saling melengkapi. Dua sosok yang hidup dalam realitas yang berkebalikan, terjerat dalam takdir yang tak pernah mereka bayangkan. Dalam sorotan cahaya kemewahan, A...