"In the courage of love, we find the strength to conquer fear, open doors to unexpected adventures, and embrace the beauty in every step we take."
—
Di bawah sinar mentari senja yang memeluk, taman Suropati menjadi saksi atas pertemuan antara Anya dan Surya. Mereka duduk di bangku yang sama seperti saat mereka pertama kali memutuskan untuk bolos sekolah, keduanya merasakan nostalgia yang mengalir dalam suasana itu.“Malik, gue... mau ngomong serius,” panggil Anya dengan suara lembut yang hampir terbawa oleh hembusan angin senja.
Surya menarik napas dalam-dalam, menangkap getaran yang bergetar di udara. “Soal apa?” tanyanya, suaranya hampir tercekat di tenggorokannya.
Anya menatapnya dengan mata penuh kejujuran. “Gue suka sama lo.”Mendengar pengakuan itu, Surya merasa dunianya berputar cepat. Dia terdiam, mencerna kata-kata Anya dengan seksama.
“Malam itu, waktu gue sakit, lo sempet ngomong kalau lo suka sama gue,” lanjut Anya, “gue gak tau sih itu alam bawah sadar lo atau emang beneran, tapi gue mau jujur kalau gue jatuh cinta sama lo, Lik. Lo sederhana, gue suka semua hal tentang lo. Gue gak jatuh cinta sama lo karena perasaan kesepian atau kehilangan, gue cinta sama lo karena saat sama lo rasanya menyenangkan, gue bisa menjadi diri sendiri, gue merasa kalau bersama lo, gue gak perlu terlihat sempurna, untuk pertama kalinya gue ingin seseorang selamanya ada di hidup gue,”
Surya terdiam, membiarkan kata-kata Anya meresap dalam hatinya. Namun, rasa keterkejutannya semakin bertambah ketika Anya melanjutkan pembicaraannya.
“Tapi gue gak bisa, gue merasa gak pantas untuk dicintai sama lo, sama siapapun. Kegelapan dalam dunia gue jauh lebih gelap dari yang pernah lo bayangin, Lik. Gue, gue takut, takut kalau suatu saat lo bakalan ninggalin gue,” Anya terisak menceritakan segala beban besar yang dipikulnya, luka-luka yang tak kunjung sembuh, dan ketakutannya untuk dicintai.Surya terdiam, merasakan rasa sakit yang sama menusuk hatinya. Ia ingin memberikan ketenangan pada Anya, meyakinkannya bahwa mereka bisa menghadapi segalanya bersama. Namun, ia juga merasa terjepit dalam pertarungan antara rasa ingin memberikan dukungan dan ketakutannya akan kehilangan Anya.
Kedua bahunya bergetar mengikuti tangis yang semakin deras, mungkin setelah ini tidak akan ada lagi yang namanya pertemuan di belakang gedung sekolah. Setelah ini, Surya akan meninggalkannya, dan Anya akan tetap menjadi perempuan yang merasa dirinya tidak layak untuk mendapatkan cinta.
Tanpa ragu, dia meraih bahu Anya dengan lembut, menyandarkannya pada pundaknya. Dia membiarkan Anya menangis, sambil menyadari betapa rapuhnya perempuan di pelukannya itu. Rasanya, dengan memeluknya, ia ingin menyampaikan bahwa tidak ada yang perlu ditakuti selama mereka bersama, bahwa ia akan selalu ada di sana untuknya. Surya membiarkan keheningan mereka menjadi saksi atas kehadiran, keberadaan, dan kebersamaan mereka dalam momen yang penuh makna ini.
Ketika tangisan Anya mulai mereda, Surya dengan lembut menangkup wajah perempuan itu dengan kedua tangannya, sambil menatapnya dengan penuh kelembutan. "Udah? Now it's my turn to tell you everything I feel, can I?" suaranya terdengar begitu lembut.
Surya menarik napas panjang sebelum mulai menjelaskan, “Ann, lo cewek paling cantik yang pernah gue temui. Setiap lo senyum, rasanya meneduhkan sampai gue gak ingin ngeliat senyuman itu hilang dari wajah lo. Gue suka mata hazel lo yang selalu bersinar, gue selalu suka cara lo ketawa. Gue suka ketika lo berdiri ditengah lapangan sebagai kapten pemandu sorak. Gue suka lo yang selalu ceria dalam segala situasi. Gue suka saat pertama kali lo ngasih roti dan minuman untuk gue. Gue suka lo panggil Malik. Gue suka saat lo ngobatin luka gue. Gue juga suka waktu lo rela bolos dari sekolah hanya untuk menghabiskan waktu sama gue. Gue suka cara lo bicara dan ngajarin gue pelajaran yang gak gue pahami. Gue suka dansa di klub ataupun dipesta ulang tahun asal lo yang jadi pasangan gue. Gue suka liat semua tentang lo di Instagram. Gue suka liat cara lo tidur. Bahkan, gue suka saat lo menunjukkan sisi lain dari diri lo yang gak orang lain lihat ke gue. Gue suka nungguin lo make-up selama lebih dari dua jam. Gue suka melakukan apapun jika itu artinya gue menghabiskan waktu sama lo. You show colors that I can't find in others and if you told me about the darkness inside of you, I would still look at you like you’re the sun. You’re perfect, Ann, exactly the way that you are. You're the first girl who made me feel butterflies in my stomach. No matter what happen, Ann. I just love you!!!”
Anya tidak mengedip sama sekali saat mendengar pemaparan panjang yang disampaikan Surya. Jantungnya berdegup kencang, sangat kencang hingga rasanya ingin meledak. Surya membuatnya terkesiap, sehingga ia tidak tahu apa yang seharusnya diucapkannya selanjutnya.
“Say it again,” ujar Anya dengan wajah yang bersemu merah.
Surya menunjukkan senyuman paling manis untuk pertama kalinya di hadapan Anya, "in this moment, can I be the one you choose? Walking hand in hand, nothing to lose. Let's be each other's light, burning bright. Together we'll soar, fearless in our flight,"
Anya tertawa, senyum kebahagiaan merekah di wajahnya karena merasa dihargai oleh lelaki di hadapannya. “Can you wait for me until I become the best version of myself for you?” tanyanya dengan penuh harap.
Surya mengangguk mantap, “As long as forever, Ann. Tapi lo janji ya, not to hide yourself when you're in pain, because now we will carry it together,”
KAMU SEDANG MEMBACA
Fearless (selesai)
Romance- Di sudut kota yang berkilau dan gemerlap, terdapat dua dunia yang bertabrakan namun saling melengkapi. Dua sosok yang hidup dalam realitas yang berkebalikan, terjerat dalam takdir yang tak pernah mereka bayangkan. Dalam sorotan cahaya kemewahan, A...