"‘I love you,’ ain’t that the worst thing you ever heard?”
—
Selama tinggal di Bandung, Surya tak bisa mengabaikan pertimbangan ibunya yang mengajaknya untuk tinggal bersama keluarga barunya di Amerika. Pikirannya terbelah antara kebahagiaan karena ibunya akhirnya menjemputnya dan kesedihan karena ia harus meninggalkan sang ayah yang kini semakin dekat dengannya. Selain itu, ia juga memiliki teman-teman yang sangat dekat seperti keluarga, ditambah lagi dengan sekolah yang harus ditinggalkan di saat ia akan memasuki kelas dua belas.Segala pikirannya berkecamuk malam ini, tetapi ia terpaksa menyembunyikannya agar tidak merusak suasana malam tahun baru bersama teman-temannya. Besok akan memasuki tahun baru, oleh karena itu mereka berencana untuk pergi ke festival malam tahun baru yang diadakan di alun-alun Bandung, dekat dengan villa tempat mereka menginap.
“Lo lama banget, Nya,” protes Kenzo sambil berdiri dari sofa, kesal karena menunggu Anya bersiap lebih dari dua jam.
“Maaf banget gue lama, bingung milih shade liptint,” bukan Anya namanya kalau tidak sibuk dengan urusan periasan wajahnya. Siapa pun yang melihatnya akan langsung terpukau oleh keahliannya, meskipun sebenarnya Anya sudah sangat cantik tanpa make-up.
“Yaudah, yuk!” ajak Karan yang sudah siap dengan kunci mobil di tangannya.
Di malam tahun baru di Alun-Alun Bandung, kegembiraan dan semangat menyambut pergantian tahun mengisi udara. Lampu-lampu berwarna yang berkelipan menerangi area tersebut, mereka bergabung dengan kerumunan orang yang riuh, di tengah keramaian yang meriah. Gemerlap kembang api yang mempesona menambah keindahan malam tersebut, melambangkan harapan dan kegembiraan untuk tahun yang baru.
Festival terasa begitu meriah dengan riuhnya suara tawa, teriakan kegembiraan, dan dentuman musik yang memenuhi udara. Selain atraksi menarik dan penjual makanan yang membuat suasana semakin hidup, festival tahun ini menawarkan berbagai permainan yang menarik, menarik perhatian teman-teman Anya. Mereka menyaksikan komedi putar yang berputar dengan riang, sementara bianglala di sebelahnya menawarkan pandangan indah atas keramaian malam kota Bandung dari ketinggian. Di sisi lain, rumah hantu berdiri dengan misterius, menantang mereka yang berani menguji keberanian mereka di malam tahun baru.
“Kita naik carousel yuk, Na!” ajak Kenzo dengan ekspresi penuh harap meski sudah bisa menebak jawaban Kana.
“Gak, gue mau ke rumah hantu,” jawabnya santai. Selain karena lebih menantang, menurut Kana carousel terlalu dipenuhi lampu-lampu terang yang membuat matanya sakit, berbeda dengan rumah hantu yang didesain tanpa penerangan.
Kenzo langsung murung begitu mendengar jawaban Kana, namun seketika sebuah ide melintas dalam pikirannya. Ia membayangkan kemungkinan hal-hal romantis layaknya dalam film-film jika ia ikut bersama Kana. “Gue juga mau ikut, Na.”
“Dih, lo kan penakut!” sinis Ravinka, dirumah saja ia tahu kalau Kenzo tidak berani tidur dengan lampu mati, bagaimana dirinya bisa bertahan dalam ruangan gelap gulita.
“Yee, bodo amat. Yuk, Na,” seraya menjulurkan lidah kepada Ravinka, Kenzo menarik paksa lengan Kana menuju rumah hantu. Meskipun terlihat malas, Kana dengan pasrah membiarkan lelaki itu membawanya.
“Mau naik kora-kora gak?” Ravinka terlihat begitu antusias, bertanya pada ketiga temannya yang tersisa.
“Kalian aja yang naik, gue gak ikut,” ujar Surya yang berusaha menolak. Ia terlalu malas untuk menaiki banyak wahana, pandangannya sudah terpaku pada penjual jagung bakar yang berada di dekat bianglala.
“Yaudah, yuk!” ajak Karan.
Keduanya pergi, tetapi berbalik begitu menyadari Anya tidak mengikutinya. “Lo gak mau naik?”Perempuan itu menggeleng, sejak pertama kali sampai, Anya tidak banyak berbicara seperti biasanya, padahal sebelumnya semuanya baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fearless (selesai)
Romance- Di sudut kota yang berkilau dan gemerlap, terdapat dua dunia yang bertabrakan namun saling melengkapi. Dua sosok yang hidup dalam realitas yang berkebalikan, terjerat dalam takdir yang tak pernah mereka bayangkan. Dalam sorotan cahaya kemewahan, A...