“Alone we can do so little, together we can do so much. -Helen Keller”
—
Menjelang kurang dari dua minggu ujian tengah semester, Kenzo mengajak teman-temannya untuk belajar bersama. Meski tujuan utamanya adalah agar bisa lebih dekat dengan Kana.Anya sebagai tuan rumah langsung menyetujui usulan sepupunya tersebut. Mereka tiba di rumah Anya setelah bel berbunyi beberapa kali, disambut dengan senyuman ceria di rumah yang terlihat megah dengan taman luas dan kolam renang kecil di belakang.
“Wih, udah datang, sini masuk,” sambut Kenzo, mengajak keempat temannya menuju ruang keluarga.
Melodi lagu Taylor Swift meresapi ruangan, menciptakan kenyamanan di antara dua sofa yang saling berhadapan. Warna dinding yang netral menciptakan latar belakang yang bersih dan modern, ditambah dengan furnitur minimalis yang menambahkan sentuhan elegan.Mereka duduk di sekitar meja rendah di tengah ruangan, tempatnya berlitter dengan buku-buku, catatan, dan peralatan belajar lainnya. Meja itu ditempatkan dekat jendela, menciptakan atmosfer yang nyaman dan terbuka, sementara AC membuat ruangan begitu sejuk, sangat kontras dengan cuaca panas di luar yang seolah-olah mereka ditiup oleh angin sejuk.
“Anya mana, Jo?” tanya Ravinka yang sedari tadi tidak melihat Anya.
“Masih dikamarnya, bentar lagi turun kok,” ujar Kenzo. Tepat setelah lelaki itu mengatakan kalimat tersebut, Anya langsung membuka pintu ruangan, ia baru saja selesai mandi. Balutan baju pendek berwarna biru pastel dengan gambar bebek dan rambut panjangnya yang dikuncir asal.“Hai, hai, gue baru bangun tadi,” sapa Anya.
“Kemarin bilangnya jangan telat, ini tuan rumahnya sendiri malah baru bangun,” komentar Karan, membuat Ravinka yang ada disampingnya tertawa.“Yaudah sih, namanya juga manusia Kar,” jawab Anya sambil mendengus kesal. “Oh iya, kalian mau minum apa?”
Anya menawarkan, meskipun dirumahnya banyak pembantu yang akan menuruti semua keinginannya, Anya tetap berusaha bersikap mandiri. Baginya, kalau hanya sekadar untuk membuatkan minuman untuk teman-temannya, ia bisa lakukan sendiri. Apalagi Anya adalah tipe anak yang suka bekerja, mengisi luang waktunya untuk melakukan banyak hal yang mengharuskannya bergerak mengurus ini dan itu.
“Gue orange jus aja, Nya.”
“Gue samain kayak Karan deh,” timpal Ravinka.
“Lo, Na?”
“Gue kopi aja,”
“Gue juga!”
“Lo kan gak suka kopi, Jo,” tukas Anya.
“Sekarang gue suka… tapi campur susu.”
“Gak, bikin sendiri,” goda Anya, membuat Kenzo mengalihkan pandangan karena kesal.
Kana duduk di salah satu sudut sofa, fokus pada buku-bukunya, sesekali mencatat rangkuman yang sudah dibuatnya jauh-jauh hari. Sementara Karan dan Ravinka lebih memilih duduk di bawah, tepatnya di karpet bulu yang menurut mereka lebih nyaman. Karan mengajari perempuan itu sembari membahas pertanyaan-pertanyaan harian yang mungkin keluar pada ujian nanti. Surya, kurang tertarik, ia sibuk bermain video game di ponselnya, demikian pula dengan Kenzo yang ikut bermain bersama.Surya menghela nafas, “kayaknya kita ketinggalan level nih,”
Kenzo tertawa ringan sambil menggaruk kepalanya, “kayaknya kita fokus farming dulu deh, biar level dan item kita kejar,”
“Yaudah, gue mau ke toilet sebentar,”
Kenzo mengangguk, “eh, Toiletnya di mana ya?”
“Di belakang, samping dapur,” jawab Kenzo sembari menunjuk pintu ruangan.Sementara Surya pergi ke toilet, Kenzo bersiap untuk melanjutkan permainan Mobile Legends-nya kembali.
Menunggu Surya yang tak kunjung kembali, rasa bosan menyelinap ke dalam diri Kenzo. Ia mengarahkan pandangannya pada Kana yang serius mencatat di ujung sofa. Kacamatanya yang berkali-kali turun kemudian dinaikkan menambahkan sentuhan lucu di mata Kenzo, membuatnya merasa senang. Ia berdecak pelan sambil berjalan mendekati perempuan itu, “Fokus banget, Na.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Fearless (selesai)
Romance- Di sudut kota yang berkilau dan gemerlap, terdapat dua dunia yang bertabrakan namun saling melengkapi. Dua sosok yang hidup dalam realitas yang berkebalikan, terjerat dalam takdir yang tak pernah mereka bayangkan. Dalam sorotan cahaya kemewahan, A...