"She said 'you smells good' made a lot of butterflies in his stomach.”
—
Sejak insiden kemarin, senyum Anya terpancar begitu sempurna, kali ini tanpa membawa rahasia apa pun. Papa dan mama sepenuhnya berubah setelah mendengar kesulitan yang Anya hadapi sendirian. Meskipun sebenarnya mereka mencintai Anya, hanya saja terbatas pada komunikasi dalam keluarga yang terabaikan. Kedua orang tuanya hanya menilai dari apa yang terlihat di permukaan. Sementara, Anya sendiri selama ini memilih menyembunyikan masalah seriusnya dari mereka. Seorang lelaki bernama Kenzo, bagaimanapun, menjadi kunci penyatuan keluarga yang sempat terpecah. Kenzo juga menjadi bagian tak terpisahkan dari keluarga Anya, dan Anya menyayanginya seperti saudara kandung.Papa, sebagai CEO perusahaan multinasional, sering melakukan perjalanan bisnis internasional. Meskipun begitu, ia berkomitmen untuk lebih fokus pada keluarga ketimbang pekerjaannya. Mama, yang sebelumnya bekerja sebagai penerjemah, kini memutuskan untuk mundur dan sepenuhnya mengabdikan diri sebagai ibu rumah tangga. Ia kini lebih intens merawat Anya dan Kenzo, yang sebelumnya hanya diasuh oleh pengasuh. Perhatian kedua orang tuanya terhadap Anya dan Kenzo semakin meningkat. Seperti pagi ini, Anya dibangunkan oleh mama untuk persiapan sarapan di meja makan, menciptakan pagi yang paling menyenangkan bagi perempuan muda itu. Oleh karena itu, Anya merasa cukup percaya diri menghadapi ujian pagi ini karena semangatnya sudah berkobar sejak hari sebelumnya.
Hari pertama ujian diawali dengan mata pelajaran Ekonomi dan bahasa Inggris. Anya sudah menyiapkan ringkasan materi ekonomi bersama Kenzo jauh sebelumnya, sehingga ia merasa cukup yakin. Sementara itu, untuk mata pelajaran bahasa Inggris, Anya memang mahir dalam berbicara, tetapi keraguan mengenai kebenaran penggunaan tenses selalu menghantuinya. Sebagai siswa yang peduli dengan pelajaran, Anya menggunakan waktu istirahat untuk membaca materi ujian berikutnya bersama teman-temannya.
Ketika jarum jam menunjukkan pukul 9:45 pagi, Mrs. Dina, guru bahasa Inggris, memasuki ruang ujian dengan tumpukan kertas ujian yang tersusun rapi. Ekspresinya yang serius semakin menambah tingkat kecemasan di antara para siswa, termasuk Anya. Ujian terbagi menjadi tiga bagian: pemahaman bacaan, tata bahasa, dan penulisan esai. Tantangan sebenarnya muncul pada segmen penulisan esai, di mana siswa diminta untuk mengekspresikan pemikiran mereka dengan pena dan kreativitas.
Saat menit berlalu, tetesan keringat mulai muncul di dahi Kenzo yang tidak begitu menguasai bahasa Inggris, suara goresan pena semakin intens. Beberapa siswa menatap kosong, memikirkan kalimat yang sempurna, sementara yang lain membenamkan diri dalam kekacauan pikiran mereka yang berkejaran. Mrs. Dina memperhatikan usaha keras para siswa, sesekali berjalan melalui lorong-lorong untuk memperhatikan.
Ketika detik-detik terakhir ujian semakin mendekat, desahan lega terdengar di seluruh ruangan. Pena ditutup, dan wajah-wajah yang lelah menatap arah jam. Ujian bahasa Inggris, sebuah tantangan yang menantang, telah berakhir.Beberapa siswa tertawa ringan, melepaskan ketegangan yang mereka rasakan sepanjang ujian. Beberapa siswa lainnya berbicara antara satu sama lain, bertukar impresi tentang seberapa sulitnya ujian atau berbagi pendapat tentang soal-soal tertentu. Mrs. Dina, yang juga terlihat lega, memberikan senyuman saat satu per satu siswa meninggalkan ruangan. "Wishing you all the best of luck! Remember, this is just one step in your many educational journeys," ucapnya dengan penuh semangat.
Anya dan Kenzo melangkah keluar dari ruang ujian dengan perasaan lega setelah menyelesaikan ujian bahasa Inggris. Terdapat kepuasan di wajah mereka, meskipun bayangan soal esai masih menyisakan keraguan di benak Kenzo karena ia benar-benar menjawab sesuai dengan kreativitas pikirannya. Udara segar di luar ruangan memberikan semangat baru setelah ketegangan di dalam ruang ujian.
"Gimana ujiannya?" tanya Karan yang tidak sengaja mereka temui di koridor.
"Sumpah, esai gue ngasal sih, gak tau deh jadi apa,"
"Gue juga, Vin," Kenzo yang sejak tadi diam kembali tersenyum mendengar pengakuan Ravinka, seolah-olah dirinya memiliki teman yang sama-sama tidak mengerjakan soal dengan benar."Beneran? Gak apa-apa deh kalo ada temennya," gurau perempuan itu.
"Not bad lah, paling soal nomor 7, yang tentang tenses, gue banyak mikir disitu," ujar Anya.
"Gue juga agak struggle, tapi gue pilih opsi B sih," Ravinka dan Kenzo tidak tertarik oleh pembicaraan orang-orang pintar seperti Karan dan Anya. Mereka mengobrol sembari berjalan menuju parkiran.Parkiran penuh dengan kendaraan, dan di antara mobil-mobil itu, Pak Wahyu sudah menunggu Anya diluar mobil.
"Ah, Malik, bentar," Surya berhenti sejenak, pandangannya terus mengikuti Anya yang berlari kecil menuju mobil, mengambil sebuah paper bag yang kini berada di genggamannya.
"Lo Malik?" bisik Karan seraya meledek lelaki di sebelahnya.Surya tidak mengacuhkannya, ia beralih pada Anya yang kini memberikan paper bag tersebut padanya, "Kemeja lo, thanks ya." Senyuman Anya kali ini terasa berbeda dari biasanya. Hari ini senyumnya terlihat begitu cantik dan mampu membuat debar jantungnya tak karuan, ditambah aroma strawberry dari rambut perempuan itu yang membuat atmosfer di belakang Anya seakan penuh taman bunga.
"Sadar Ya, lama bener natapnya," bisik Karan lagi, yang kini membuat telinga lelaki itu memerah.
"Iya, sama-sama," balasnya sambil menerima paper bag yang diberikan Anya.★
Surya mengeluarkan kemeja flannelnya dari dalam paper bag yang diberikan Anya. Selain keharuman yang melekat pada kemejanya, sepucuk surat jatuh ke lantai. Surat berwarna putih itu menyebarkan aroma strawberry, ciri khas yang melekat pada Anya. Dalam diam, Surya merasa seolah Anya hadir bersamanya saat ini.
Dengan penuh rasa ingin tahu, Surya membuka surat tersebut. Tulisan tangan yang rapi terpampang jelas di hadapannya:
𝙷𝚊𝚒, 𝙼𝚊𝚕𝚒𝚔!
𝙰𝚗𝚎𝚑 𝚐𝚊𝚔 𝚜𝚒𝚑 𝚙𝚊𝚔𝚎 𝚜𝚞𝚛𝚊𝚝 𝚐𝚒𝚗𝚒, 𝚐𝚞𝚎 𝚌𝚘𝚋𝚊-𝚌𝚘𝚋𝚊 𝚊𝚓𝚊 𝚜𝚒𝚑 𝚠𝚔𝚠𝚔. 𝙱𝚒𝚐 𝚝𝚑𝚊𝚗𝚔𝚜 𝚢𝚊𝚊 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚖𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚒𝚝𝚞 𝚕𝚘 𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚓𝚎𝚖𝚙𝚞𝚝 𝚐𝚞𝚎, 𝚢𝚊𝚊 𝚠𝚊𝚕𝚊𝚞𝚙𝚞𝚗 𝚐𝚞𝚎 𝚐𝚊𝚔 𝚋𝚎𝚐𝚒𝚝𝚞 𝚒𝚗𝚐𝚎𝚝 𝚊𝚙𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚛𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚐𝚞𝚎 𝚢𝚊𝚔𝚒𝚗 𝚔𝚊𝚕𝚊𝚞 𝚐𝚞𝚎 𝚗𝚢𝚞𝚜𝚊𝚑𝚒𝚗 𝚕𝚘, 𝚒𝚢𝚊 𝚔𝚊𝚗???? 𝙼𝚊𝚊𝚏 𝚢𝚊𝚊𝚊, 𝚗𝚊𝚗𝚝𝚒 𝚐𝚞𝚎 𝚋𝚊𝚕𝚊𝚜 𝚋𝚞𝚍𝚒 𝚔𝚘𝚔 𝚑𝚎𝚑𝚎𝚑𝚎.
𝙱𝚝𝚠, 𝚢𝚘𝚞 𝚜𝚖𝚎𝚕𝚕𝚜 𝚐𝚘𝚘𝚍, 𝚝𝚑𝚎 𝚜𝚌𝚎𝚗𝚝 𝚜𝚝𝚒𝚌𝚔𝚜 𝚝𝚘 𝚢𝚘𝚞𝚛 𝚜𝚑𝚒𝚛𝚝 𝚕𝚖𝚊𝚘.Paragraf terakhir surat tersebut membuat Surya menggigit bibirnya, seolah menahan degup jantung yang hampir meledak. Surya menenggelamkan wajahnya di bantal, Anya benar-benar sukses membuat lelaki itu bermimpi indah malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fearless (selesai)
Romance- Di sudut kota yang berkilau dan gemerlap, terdapat dua dunia yang bertabrakan namun saling melengkapi. Dua sosok yang hidup dalam realitas yang berkebalikan, terjerat dalam takdir yang tak pernah mereka bayangkan. Dalam sorotan cahaya kemewahan, A...