05.Rindu

467 25 0
                                    

Assalamu'alaikum^^

Jan lupa vote><

Tandai typo ⚠️

H a p p y  R e a d i n g
_________________________________

Rindu yang paling berat ialah merindukan orang yang sudah pergi.



Suasana hujan yang turun dengan derasnya itu seolah sedang mengerti perasaan seorang gadis yang kini sedang menangis di balkon kamar nya.kehilangan seseorang yang sangat kita sayangi, sungguh sangat menyakitkan baginya. Dimana tak ada lagi malaikat tak bersayap itu untuk nya,dan tidak akan ada lagi suara dan kata penyemangat dari sang ibu untuk nya lagi,kini hanya ayahnya yang menjadi penyemangat nya.

"Mohon maaf... kami sudah berusaha sebaik mungkin..."

Perkataan dokter itu berputar kembali diingatan nya. Dada nya semakin sakit mendengarnya, hatinya mencelos seketika.

"Pengen dipeluk sama,Bunda.hiks.." lirih Aurel pelan.

"Pengen makan masakan Bunda,denger Bunda nasehatin Aurel lagi, bangunin Aurel,makan bareng sama Aurel,Bunda,juga Ayah,apalagi masak bareng sama bunda....hiks" suaranya sama sekali tak bisa didengar oleh orang lain,hanya dirinya saja.karrna rintikan hujan yang turun sangat amat deras,yang seolah sedang menggambarkan perasaannya saat ini.

Perlahan ia memejamkan matanya seraya mendengarkan tetesan demi tetesan air hujan yang menyentuh tanah,"tapi sekarang...udah gak bisa lagi yah,Bunda?" Lanjutnya sambil membuka matanya kembali perlahan, sampai air matanya jatuh membasahi pipinya.

Sedangkan diwaktu yang bersamaan, Maulana,Yang merupakan ayah Aurel itu berdiri di gagang pintu kamarnya anaknya itu,dan melihatnya dengan tatapan sendu.

Perlahan ia mendekati putrinya yang kini sedang rapuh itu,"Aurel..." Panggil nya pada putrinya itu. Aurel pun menoleh pada nya, terlihat dari matanya bahwa putrinya itu sedang menangis,namun tak terdengar, hanya terdengar samar karena suara hujan yang turun deras.

Belum sempat Maulana akan berbicara lagi, putrinya sudah lebih dulu memeluknya." Bunda, yah.hiksss"tutur Aurel dalam pelukan ayahnya itu."bunda, ninggalin kita yah,hiks"lanjutnya lagi.

Lalu Maulana membalas pelukan putrinya itu,"yang sabar ya,nak.kita harus kuat." ucapnya, walaupun sebenarnya ia juga merasa sedih,tapi ia tak boleh menampakkan kesedihan nya itu di depan putrinya."kita harus bisa ikhlasin kepergian Bunda." Sambungnya,lalu mengecup puncak kepala Aurel.

"Aurel gak bisa yah..."

"Mengikhlaskan kepergian Bunda memang tidak mudah,akan ada fase nya.fase terpaksa,lalu akan terbiasa dengan sendirinya."

•••

Sudah hampir dua tahun lebih, Aurel kini tinggal dirumahnya tanpa ditemani seorang ibu.gadis itu kini sedang berada di kamarnya sembari terus menerus memandangi foto dimana dirinya dengan ibunya, serta ayahnya juga, sedang memakan es krim."kangen Bunda..."

Drtttt....drttttt....

"Assalamu'alaikum,tuan putrinya Ayah"

"Waalaikumussalam,ada apa,yah?"

"Udah selesai belum kemas barang-barangnya?"tanya ayahnya diseberang telepon.

"Udah selesai kok,yah.baru aja, beberapa menit yang lalu mungkin,"

"Yasudah, tunggu bentar lagi ya? nanti ayah ke rumah.kalo gitu ayah tutup dulu sambungan telepon nya. Assalamu'alaikum."

"Waalaikumussalam, hati-hati ntar di jalannya,yah."

Tutttt....tuttt...

Sambungan pun terputus.

"Jakarta I'm coming!"

•••

Di Suatu tempat,kini Ariel berserta teman-temannya sedang mengaji.ya, mereka sedang di Mushola,mereka memang menyempatkan waktu untuk mengaji setelah sholat.

Biasanya kalau setelah sholat Maghrib, mereka yang mengajar anak-anak di Mushola, menggaji.Ralat! Hanya Ariel dengan Raffa.

Kalo ditanya yang ke empat temannya itu ngapain? biasanya mengobrol, menjaili anak-anak, bermain,atau bahkan membeli jajan.bener-bener emang. Tapi mereka kadang mengajar juga kok,iya.kalau lagi insyaf maybe.

"Eh dek,mau jajan gak?"tawar Ardan pada Eza,salah satu anak yang mengaji di Mushola.

"Mau!" Jawab Eza cepat."tapi,Eza lagi hafalan."

"Ya udah ntar dulu hafalannya,masih banyak juga tuh yang belum ngaji,"tutur Ardan, mengeluarkan ide sesad nya.

"Ardan....."Raffa melirik tajam Ardan.
Yang ditatap malah cengengesan.

"Jangan ganggu anak-anak yang lagi hafalan!" Lanjut Raffa memperingati temannya itu.

"Ampun,bos." Ucap Ardan sambil menunjukan dua jari nya.

Mereka memang suka datang ke Mushola,tiap hari. Kadang semuanya datang dan kadang tidak.

Selesai mengajar anak-anak mengaji dan selesai melaksanakan sholat isya,kini giliran mereka yang mengaji.

Mereka mengaji pada Ustadz Fahri,beliau merupakan guru di pesantren Al-hafidz, sekaligus paman dari Ariel.

"Heh Bin!" Panggil Ardan sedikit berbisik pada Bintang yang ada disebelahnya.

"Apa?" Tanya Bintang,masih menatap fokus mushaf yang ia pegang dan ia baca. Lalu Bintang melirik Ardan sekilas yang tak lagi bersuara. "Lo mau ngomong apa?"

"Gak jadi"

Kan!

"Pergi aja Sono lu ke mars,gak papa sumpah gue." Tutur Bintang sekenanya. Membuat Zidan dan Chandra menahan tawa bersamaan.

"Santai sobat, hidup itu harus santaiii," ucap Ardan.

"Santai sih santai,tapi Lo ganggu orang yang lagi hafalan Supri!" Tutur Zidan.

"Betul itu." Saut Chandra.

"Gue lagi yang salah,"

"KAN EMANG!" Ucap Bintang, Zidan, dan Chandra bersamaan, membuat beberapa orang didalam mushola melirik ke arah mereka yang berisik.

Setelahnya mereka mendapat tatapan tajam dari Ariel dan Raffa, langsung saja mereka menyibukkan dirinya masing-masing seolah tadi tak terjadi apa-apa.

"Bukan temen gue sumpah,Ril" tutur Raffa. Membuat Ariel yang mendengarnya terkekeh pelan.

•••

"Hafalkan surah Al-Fajr,setor ke saya Ahad depan!"

_____________________


Kenapa tuh???
Tunggu part selanjutnya

Mau bilang makasii sama yang udah mau mampir di lapak saya yang sunyi ini☺️❤️
Semoga suka ya><

Next>>>

ARSHALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang