34.Firasat

60 5 0
                                    

Hallo 👋

Jangan lupa tekan gambar bintang nya yaaa sama comment jugaaa

Semoga suka, AAMIIN...

Tandai typo ⚠️

Happy reading 💐
________________________________________

Setelah selesai makan, Aurel menyempatkan waktu untuk membeli lagi pulpen, karena hilang. Itupun dibantu Rahma dan Syifa ketika memasak, selain itu tidak ada yang mau membantunya. Walau sikap Rahma sedikit berubah, jarang berbicara, tak seperti biasanya, Aurel tetap senang, diantara mereka yang tak mau membantu, ada Rahma dan Syifa yang masih selalu membantunya.

Masih ada waktu 30 menit lagi, sebelum masuk jam pembelajaran. Aurel sedikit mempercepat jalannya, dan setelah sampai, ternyata ada Faiza, Rahma dan Najwa juga, yang sedang membeli sesuatu. Faiza melirik ke arah Aurel dengan tatapan malas. Sedangkan Aurel bersikap biasa saja.

"Mau beli apa, Neng?" Tanya si bibi penjual itu pada Aurel.

"Mau beli-"

"AURELLLL!"

Aurel langsung menoleh ke sumber suara, yang rupanya ternyata Utari dan Jihan yang memanggilnya. Mereka berlari ke arahnya, lalu Utari langsung memeluknya. "Gue kangen banget sama lo, beb" tutur Utari. Dan Aurel membalas pelukan itu.

"Bukan Lo doang kali, gue juga." Saut Jihan.

Aurel tersenyum kecil melihat kedua temannya ini, sudah lama mereka tidak bertemu, membuat nya rindu juga dengan suara cempreng milik Utari dan perdebatan antara Jihan dan Utari.

"Eh halo, kalian pasti temennya Aurel kan? Kenalin gue Utari, temennya Aurel juga, yang paling cantik sejagad raya," sapa Utari, sembari mengulurkan tangannya, dan tak lupa memuji diri sendiri. hiperbola sekali.

Rahma dan Najwa saling beradu pandang. "Halo juga," tutur Rahma membalas uluran tangan Utari.

Sedangkan Faiza, sedari tadi ia mengamati penampilan kedua orang di depannya yang ternyata teman Aurel. Berbeda dengan Aurel yang memakai pakaian tertutup dan memakai hijab, temannya memakai celana jeans, dengan kaos lengan pendek, rambut yang di kepang dua, memakai topi, dan satunya lagi memakai switer dan rambut kuncir satu.

"Gue tau kita cakep kok," tutur Jihan yang sadar diamati oleh Faiza.

"Eh? Maaf,"

"Bi, ini uangnya," tutur Rahma memberikan beberapa lembar uang.

"Kita duluan,"

"Lho, kenapa ga bareng sama Aurel?" Tanya Utari heran. Bukannya mereka satu pondok? Kenapa tidak bareng saja? Kenapa malah pergi duluan? Itulah yang dipikirkan Utari.

"Kang caper kayak dia, mana ada yang mau bareng," celetuk Najwa tanpa sadar, niatnya berbicara dalam hati, malah sebaliknya.

Rahma langsung menyikut nya, "Naj!" Najwa langsung tersadar dan ia langsung menutupi mulutnya.

Tapi sayangnya, Jihan dan Utari mendengar jelas penuturan Najwa.

"Bilang apa Lo tadi?" Tanya Jihan, ia sedikit maju ke arah Najwa. "Coba ulang!"

"Eh udah-udah gak usah dibahas," ucap Aurel mencoba melerai keduanya. Ia tak mau memperpanjang, dan tak ingin mereka semakin tak suka padanya.

"Ada masalah apa Rel?" Tanya Utari. "Pliss jelasin ke gue, biar otak gue yang ram nya 5 GB ini paham."

"Gak ada apa-apa,"

"Bohong Lo, jelas-jelas tadi dia bilang lo caper!" Sanggah Jihan. Ia mengangkat jari telunjuknya ke depan wajah Najwa. "Lo-"

ARSHALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang