35.Kemarahan Aurel

57 4 4
                                    

Hallo 👋

Melihat orang yang kita sukai dekat sama yang lain itu emang butuh energi, jadi untuk itu jangan lupa sarapan>< btw gimana kabarnya?

Seperti biasa, jangan lupa tekan gambar bintang nya yaaa sob

Tandai typo ⚠️

HAPPY READING 💐
-------------

Sore setelah selesai dengan kegiatan, Aurel di beritahu oleh Ustadzah Nur kalau dirinya dipanggil ke ndalem. Di tengah langkahnya, ada seorang santriwati yang menyenggol bahu nya, membuat Aurel yang tak siap hampir saja terhuyung ke belakang jika ia tidak bisa menahan tubuhnya.

"Maaf, gak sengaja..." Tutur santriwati itu.

Aurel hanya mengangguk tanpa bersuara, namun respon nya yang seperti itu malah membuat mereka yang melihat salah menilai.

"Sombong bangett sih!" Sinis salah satu dari mereka yang melihat.

"Ukhti...." Tegur Rahma pada temannya itu, ia memang tidak melihat nya tadi, tapi tetap saja, ia masih punya rasa peduli pada Aurel. Setelahnya, ia pergi karena memang ada hak yang harus ia kerjakan bersama Syifa.

'caper, sombong lagi.'

'gak punya sopan santun bangett sih!'

'suara nya ilang ya?'

Begitulah kira-kira ucapan yang keluar dari mereka.

Rata-rata yang menghujat nya itu orang-orang yang langsung mudah percaya pada Faiza. Bagaimana tidak? Dia kan seorang Ning, mana mungkin dia berbohong bukan?

Berbeda dengan senior yang diatas Faiza, kebanyakan dari mereka sedikit ragu, karena Faiza mengatakan bahwa dirinya melihat sendiri waktu itu. mereka juga tidak menghujat, hanya saja lebih memilih diam, sama halnya dengan Rahma, jika mereka melihat junior nya kesusahan, mereka akan selalu membantu. Dan jika ada yang saling menghujat, maka akan ditegur.

Tapi Aurel tetap mengacuhkannya, ia lalu melanjutkan langkahnya untuk bergegas ke ndalem, tanpa menggubris perkataan yang keluar satu-satu per satu dari mereka. Aurel berusaha untuk tetap mengabaikannya. Sampai-

"Pasti orang tua nya gak ngedidik dia," cetus salah satu dari mereka.

Aurel menghentikan langkahnya, seperti perkataan yang keluar mulus dari salah satu mereka berhasil membuat dirinya emosi. ia memutar tubuhnya. "Siapa tadi yang bilang?" Tanya nya datar.

"Aku! Kenapa?!"

Aurel langsung berjalan kearah orang itu dengan tatapan yang tak seperti biasanya, tatapan itu seolah mengatakan bahwa dirinya marah akan kata-kata yang keluar tadi. "Coba Lo ulang kalimat lo tadi," tutur Aurel.

Sebagian dari mereka terkejut dengan gaya bicara Aurel yang menggunakan kata 'lo gue?' sangat bukanlah Aurel yang mereka kenal.

Orang itu menelan saliva nya susah payah, karena tatapan Aurel yang tajam membuat nya takut. Ia sedikit menggeleng tanpa sepatah kata pun. Ia melihat bahwa yang didepannya ini bukan Maula yang ia kenali. Gadis yang selalu diam ketika dihujat habis-habisan, kini...

"Kalau mau ngomong pikir dulu!" Tutur Aurel dengan nada datar, ia masih berusaha menahan amarahnya. Aurel menatap satu-satu per satu dari mereka, ia sebisa mungkin mengontrol air wajahnya. Berusaha untuk tidak memperlihatkan sisi rapuhnya.

"KALIAN KALAU MAU JELEK-JELEKIN GUE GAK PAPA!" Ucapnya dengan suara yang ia naikkan satu oktaf, itu diluar kendali nya.

Biasanya ia bebal mendengar perkataan yang tidak mengenakkan, tapi entah hari ini, ia tidak bisa mengontrol emosi nya sendiri.

ARSHALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang