15. Wanita Gila

11 3 2
                                    

Sebuah kamar yang luas dengan langit-langit tinggi dan jendela besar yang menghadap ke taman, terlihat rapih dan sangat nyaman. Kamar berwarna biru itu memiliki dua lantai, yang di mana tempat tidurnya berada di lantai dua, sedangkan lantai satu terdapat beberapa sofa yang biasa sang empunya gunakan untuk bersantai, meja rias, lemari dan beberapa rak yang digunakan untuk menyimpan barang-barang kesayangannya.

Hanya dengan melihat kamarnya saja bisa di pastikan bahwa gadis itu sangatlah dimanja oleh kedua orang tuanya. Senja memanglah salah satu anak yang beruntung terlahir di keluarga kaya raya. Segalanya sudah ia miliki, semuanya sudah tersedia, apapun keinginannya pasti akan langsung dikabulkan oleh orang tuanya.

Sejak lima menit yang lalu, Senja hanya membulak-balikkan tubuhnya, kakinya sesekali menendang angin.

Senja tersenyum lalu tersipu malu tatkala mengingat kebersamaannya dengan Wira.

"Tatapan Wira tadi beda banget ih, keliatan teduh gitu. Apa jangan-jangan... dia juga memiliki perasaan yang sama?"

Satu detik kemudian ia kembali kegirangan. Rasanya Senja ingin terbang melayang. Mahawira berhasil mencuri hati Senjani. Rasa benci yang ia rasakan seketika berubah menjadi cinta.

Namun, kesenangan itu tak berlangsung lama ketika ada yang mengetuk pintu kamarnya. Ia pun bangkit dari posisi tidurnya dan mendekati kaca pembatas untuk melihat orang yang mengetuk pintu itu.

"Iya, masuk aja."

Seorang pria paruh baya terlihat membuka pintu kamar Senja. Melihat kehadiran sang Ayah, Senja pun berlarian menuruni anak tangga kayu dan langsung memeluk Ayahnya.

"Ada apa ini? Anak Ayah terlihat bahagia sekali."

Senyuman itu masih terlukis di wajah Senja. Ia menggeleng pelan. "Hanya senang karena Ayah sudah pulang," bohongnya yang kemudian menengadahkan satu tangan. "Mana oleh-olehnya?"

Sang Ayah pun memberikan beberapa plastik oleh-oleh. "Sesuai dengan permintaan putri Ayah."

"Wuahhh.... Makasih, Ayah!"

"Sama-sama, sayang," ucap Ayah Senja yang ikut tersenyum melihat ekspresi anaknya.

***

Gadis dengan rambut panjang berwarna hitam, dan kulitnya putih seperti susu, saat ini sedang bersenandung sambil menyisir rambut panjangnya. Paras cantiknya membuatnya memiliki banyak penggemar dalam sekejap. Tidak hanya cantik, gadis itu juga terlihat sangat imut dengan baby face-nya. Dia selalu tersenyum menampilkan gummy smile-nya. Wajahnya selalu bersinar dengan kebahagiaan.

"Aku harus tampil cantik! Pokoknya aku harus bisa mengambil hati dia," ucapnya kepada bayangannya yang ada di cermin.

Tidak butuh waktu yang lama sampai wanita itu tiba di gedung sekolah.

"Kukang!"

"Astaga!"

Wira menghela nafasnya sambil memegangi dadanya. Kedatangan tiba-tiba gadis itu membuat jantungnya hampir saja terlepas dari tempatnya.

"Kamu itu jangan suka muncul tiba-tiba, sih!"

"Lah... Sama kayak kamu, kan? Suka muncul dan hilang tiba-tiba," sewot Senja yang menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Siapa yang bilang begitu?"

"Ajay," balasnya dengan wajahnya yang polos melirik ke arah Ajay yang saat ini sudah lebih dulu melangkahkan kakinya lebih cepat, alias mencoba kabur daripada harus terkena ocehan Wira.

"Berarti kita cocok dong. Apa jangan-jangan kita berjodoh?!" Ucap Senja, lagi.

Wira spontan membelalakkan matanya begitu mendengar kalimat cewek itu.

Lentera Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang