Ajay menepuk bahu Wira dan berbisik, "jangan terlalu benci, nanti jatuh cinta."
"Akh! Sakit tau, Wir!"
Ya... Karena ucapannya itu Ajay mendapatkan pukulan di punggungnya. Pria itu terkekeh melihat reaksi sahabatnya yang saat ini sudah seperti dirinya. Mengomel. Ternyata satu kalimat itu berhasil membuat Wira mengomeli Ajay.
"Ternyata manusia batu kayak kamu bisa ngomel juga."
Ajay sontak berlari ke depan, tepatnya berdiri di samping Senja.
"Hahaha...."
Pria genter itu tertawa puas setelah mengetahui sekarang sahabatnya memiliki kelemahan, yaitu Senjani. Sepertinya saat ini Wira tidak bisa berkutik jika berada di dekat Senja. Jelas, Wira tidak ingin berurusan dengan Senja. Oke, Ajay bisa pakai senjata ini untuk menggoda manusia berhati batu itu.
***
"Kunaon, Jay?"
*Kunaon: kenapa"Gimana kalo kita rayakan gabungnya Senja?"
"Ide bagus!"
"Akhir pekan kita ke kota. Nonton bioskop, gimana? Aku yang traktir, deh," ucap Ajay, lagi.
"Setuju." Pita menoleh ke Senja. "Kamu gimana, Senja?"
"Tentunya aku setuju dong. Aku senang bisa di terima menjadi bagian dari kalian, bahkan Ajay sampe ada pikiran buat ngerayain kayak gitu, tapi --" kalimat Senja terhenti, ia lalu menundukkan kepalanya.
"Kunaon?" Tanya Pita menepuk pelan bahu Senja.
*Kunaon: kenapa"Ada ayahku. Aku nggak bisa keluar kalo ayah ada di rumah."
Senja masih tertunduk.
"Yaudah enggak papa, kita bisa rayain lain kali, iya kan, Jay?"
"Tentu!"
Senja menegakkan kepalanya, ekspresinya seketika berubah, wanita itu tersenyum, ia teringat akan sesuatu.
"Aku baru ingat! Ayah akhir bulan dinas ke luar kota. Gimana kalo akhir bulan aja?" Tanya Senja yang sudah antusias.
"Setuju!" Ucap Ajay dan Pita secara bersamaan.
"Kamu gimana, Wir?" Tanya Pita.
"Saya nggak ikut," sahut Wira.
Senja melirik Wira, rasa bersalah itu kembali terlukis di wajahnya. "Kamu masih marah ya sama aku? Maaf."
"Kalo kamu mau marah sama aku, nggak papa kok, kukang. Tapi, ikut ya? Kan, nggak lengkap kalo ketua bandnya nggak ada." Senja tanpa ragu memegang telapak tangan Wira, yang tentu membuat Pita melirik ke arahnya. "Ikut, ya? Hmmmm.... Ya? Kukang, ayolah...."
Wira menghela nafasnya, tidak tahu untuk yang ke berapa kalinya pria itu menghela nafas. Padahal, baru tiga hari bertemu dengan Senja. Tapi, rasanya ia akan selalu direpotkan dengan wanita itu.
Wira menatap wajah gadis itu. "Dengarkan saya, yang pertama, saya nggak marah sama kamu, yang kedua, saya minta maaf kalo kemarin saya kasar, yang ketiga kalo kalian mau jalan-jalan ke kota silahkan aja, dan yang terakhir saya beneran nggak bisa ikut."
"Tapi kan kamu--"
"Stttt!" Wira menunjuk bibirnya sendiri. "Jangan bawel!"
"Jay, lakbanin mulut dia, berisik bener," ucap Wira kepada Ajay.
Sedangkan Senja mempoutkan bibirnya sambil menatap Wira yang saat ini sudah menyender di bangkunya sambil memejamkan mata.
Percakapan itu berakhir dengan keputusan final mereka akan pergi tanpa Wira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Senja
Fantasy"Wira, kenapa suka Senja?" "Karena cantik." "Ih! bukan Senja aku, tapi itu, Senja di langit!" "Iya. Kalian sama-sama cantik. Aku suka." Mahawira Samudra, cowok berhati batu yang sama sekali tidak tertarik soal asmara. Wira terkenal sebagai jagoan da...