"Selama dua tahun ini aku selalu menjadi pihak memberi, tapi sekarang aku merasakan berada di posisi menerima. Ternyata, dicintai jauh lebih baik." -Embun Puspita
***
Senja yang mulai jenuh dengan perlakuan sang Ayah pun memilih nekat. Iya, Senja mencoba kabur dari kamarnya di saat Delima lengah dan membiarkan pintu kamar Senja tidak terkunci.
Dengan cepat Senja beranjak menuju pintu keluar, tapi sayangnya ketika ia membuka pintu itu, Arsen dan Delima memergokinya.
"Bagus... Sudah berani melawan Ayah?"
Senja terdiam sejenak lalu menoleh ke belakang. "Izinin Senja keluar, Yah. Sebentar aja. Senja cuma mau periksa keadaan Samudra."
"ANAK MISKIN ITU TERUS YANG KAMU PIKIRKAN!! AYAH SUDAH MUAK, SENJANI!"
Mata Arsen melotot, kedua tangannya terkepal. "Ayah sudah capek dengar nama itu! Kalo kamu tetap mau temui dia, silahkan keluar dari rumah ini dan tidak usah kembali lagi!!!"
Senja maupun Delima sama-sama terkejut dengan ucapan Arsen. Segitu bencinya kah dia dengan Wira sampai-sampai tidak memikirkan keadaan putrinya sendiri?
"Senja cuma mau ketemu Samudra sebentar, Yah. Kenapa Ayah begitu benci sama dia? Kenapa Ayah sampe harus bertindak kayak gini," lirihnya, suara Senja bahkan terdengar gemetar.
Senja menahan tangisnya, menatap kedua orang tuanya.
"Jangan, sayang," ucap Delima yang sudah tidak kuasa menahan air matanya.
"Maafin Senja, Bu," ucapnya yang memalingkan wajah dan membuka pintu rumah besar itu, tentu membuat kedua orang tuanya tak menyangka dengan keputusan Senja.
"Kalau kamu melangkahkan kaki kamu, Ayah tidak akan menganggap kamu sebagai anak lagi, Senjani! Hubungan kita akan putus dan Ayah akan keluarkan kamu dari keluarga ini!!" Seru Arsen.
"Jangan, Yah... Senjani putri kita, kamu jangan bicara seperti itu," bujuk Delima yang sudah terlihat histeris.
Tetapi, Senja sudah mengambil keputusan. Rasa cintanya ke Wira membuatnya rela meninggalkan harta dan keluarga. Gadis itu memejamkan matanya, mengatur nafasnya yang mulai tersendat. Lalu, melangkahkan kaki keluar rumah.
Sekarang, Senja sudah tidak punya siapa-siapa lagi.
Gadis itu tetap melangkahkan kakinya tanpa menoleh ke belakang sedikitpun, walaupun suara tangisan sang Ibu yang menyayat ulu hatinya. Walaupun teriakan sang Ibu yang memanggil namanya untuk kembali, tetapi Senja mengabaikan itu. Bukan sengaja, namun ia terpaksa seperti ini.
Malam itu langit gelap, dan kilat putih menyambar-nyambar. Hujan turun dengan lebat, dan sesekali terdengar suara seperti petir. Di tengah hujan deras itu, Senja masih melangkahkan kakinya menuju rumah Wira.
Di sini lain, Wira sudah berada di kamarnya. Sekarang sudah menunjukkan pukul 11 malam. Namun, ia mendengar ketukan pintu dan suara yang akhir-akhir ini sudah tidak pernah terdengar.
Wira pun bergegas menuju pintu dan ketika pintu itu terbuka, betapa terkejutnya ia melihat keadaan Senjani. Gadis itu sudah basah kuyup, matanya merah, dan ia terlihat menggigil.
"Senja--"
Wira menghentikan ucapannya ketika Senja yang tiba-tiba memeluknya. Senja terisak di pelukan sang kekasih. Gadis itu meluapkan segala kesedihannya yang ia pendam.
Wira tidak bersuara, ia hanya mengusap pucuk kepala Senja. Membiarkan gadis itu menangis. Tangisannya pun terdengar menyakitkan yang membuat Nek Esih terbangun dari tidurnya dan menghampiri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Senja
Fantasy"Wira, kenapa suka Senja?" "Karena cantik." "Ih! bukan Senja aku, tapi itu, Senja di langit!" "Iya. Kalian sama-sama cantik. Aku suka." Mahawira Samudra, cowok berhati batu yang sama sekali tidak tertarik soal asmara. Wira terkenal sebagai jagoan da...