10. Pertengkaran Tiada Henti

11 4 0
                                    

"Senjani," gumam Wira.

Pria yang terkena tamparan, berjongkok dan menangkup dagu Senja secara kasar. "Jangan sok jual mahal! kalo kamu sama saya, kamu akan tentram bersekolah di sini."

"Pergi!!" Teriak Senja.

Senja menepis tangan pria lalu berdiri, ia ingin melarikan diri, tetapi terlambat. Keenam pria itu sudah mengepung dirinya. Bahkan pria yang terkena tamparan tadi semakin mendekatinya dan seperti ingin menciumnya.

"Siapapun tolong aku, kalo yang nolongku wanita, akan aku jadikan sahabat, jika itu pria maka akan aku jadikan kekasih. Tolong," batin Senja.

"Woi!!"

Semua atensi menoleh ke belakang, di mana Wira sudah berdiri sambil berkacak pinggang. Untung saja Wira datang tepat waktu, telat semenit saja mungkin Senja sudah diapa-apakan oleh pria itu. Mata Senja berbinar menatap Wira. Kali ini, ia merasa senang setelah melihat Wira.

"Kalian teh nggak punya malu, ya? Udah ditolak tapi tetap memaksa."

"Kamu jangan ikut campur, Wira!"

Wira menggeleng santai lalu beranjak ke belakang dan mematahkan sapu ijuk. "Saya rasa saya harus ikut campur," balasnya sambil memegang sebuah kayu patahan sapu itu. Wira menatap keenam pria yang berada di hadapannya. "Wanita yang kalian ganggu itu orang saya."

Keenam pria itu lantas saling pandang. Melihat mereka yang mulai lengah, Senja langsung berlari menuju Wira. Ia memegangi ujung almamater pria itu.

Wira bisa merasakan hembusan nafas kasar Senja, Wira tahu bahwa wanita itu sebenarnya ketakutan. Tetapi, berpura-pura berani di depan mereka.

"Orang kamu?"

Wira mengangguk. Ia menarik lengan kanan Senja agar berada di belakangnya. Senja pun sekarang bersembunyi di balik tubuh Wira.

"Dia teman sekelas saya." Wira menjeda kalimatnya sambil menatap keenam pria yang notabenenya kakak kelasnya. "Kalian teh nggak ada kapok-kapoknya, ya? Karena ulah kalian, sekolah kita pernah diserang, dan kalian masih aja suka gangguin wanita. Jangan sampe jadi senjata makan tuan, nanti malah pacar kalian yang digangguin lelaki lain."

"Saya bilang nggak usah banyak omong!!!"

"KUKANG!" Teriak Senja.

Bukan. Bukan Wira yang terkena pukulan. Senja berteriak karena melihat Wira mengayunkan kayu itu ke arah mereka. Tetapi, Wira tidak benar-benar memukul, ia hanya menakuti saja, dan sekarang pria itu tertawa setelah melihat reaksi keenam kakak kelasnya itu.

"Lihat.. gaya kalian sok-sokan, giliran mau saya pukul, kalian malah menciut."

Keenam pria yang semula melindungi dirinya dari pukulan Wira lantas berdiri tegap, menetralkan dirinya agar tidak terlihat seperti pecundang. Apa yang dikatakan Wira ada benarnya, geng itu banyak gaya tetapi sebenarnya mereka pun tidak berani melawan Wira. Duh, mas-masnya banyak gaya sih.

"Ehem! Kalo wanita itu emang orang kamu, yaudah saya lepasin."

"Enggak mau minta maaf?"

"Untuk apa?"

"Enggak usah pura-pura bodoh, Mar!" Wira mengayunkan kayu tersebut membuat pria bernama Komar itu menelan salivanya.

"Iya. Maaf."

Wira memukul pelan kaki Komar. "Yang bener atuh minta maafnya!"

"Aish!"

"Aish apa?" Ucap Wira dengan ekspresi menantang.

Lentera Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang