Hihihiii dua sekawan siap nih, menemani hari-hari readers🫶
***
Helaian rambut seorang pria menari-nari mengikuti arah angin. Ia terlihat sedang menikmati hembusan angin sambil merebahkan tubuhnya di saung dekat sawah milik orang tuanya. Pakaiannya pun sudah kotor, kelihatannya ia habis membantu pekerjaan Ibunya.
Sore itu suasana desa sangat sejuk, suara aliran sungai menemani pria itu. Tidak jauh dari sawahnya, terdapat sungai. Air sungai itu mengalir dari gunung yang membuat airnya jernih dan bersih.
Sungai itu adalah tempat penuh kenangan baginya. Di sungai itu, dulu Ayahnya selalu bermain air bersamanya setelah selesai bekerja di sawah. Tidak hanya itu, ia juga sering bermain selancar dengan menggunakan ban, dan juga memancing ikan bersama sahabatnya.
"Saat pertama ku terjaga, ku jumpa mentari... belaian ombak tepi pantai, menyentuh kalbuku..." (Lagu Fantasi - Pita Loppies)
Seorang pria bertubuh tinggi terlihat menggoyangkan tubuhnya ke kiri-kanan mengikuti irama lagu yang ia nyanyikan.
Suara nyanyian itu semakin terdengar jelas oleh indera pendengaran pria yang sedang rebahan. Ia sedikit menyunggingkan bibirnya ketika mendengar sahabatnya bernyanyi.
"Aduh.. si ganteng, suaranya merdu sekali."
Pria yang bernyanyi itu tertawa pelan sambil memegang tengkuknya. "Ah.. Ambu bisa aja... Oiya, Ibu membawakan kue ini untuk Ambu dan Wira. Sebaiknya Ambu makan dulu."
"Iya, nanti Ambu menyusul. Ajay duluan saja, Wira ada di saung."
"Iya, Ambu. Jangan lama-lama ya, nanti kuenya diabisin Wira."
Wanita yang tidak lain adalah Ibunya Wira itu tertawa mendengar guyonan Ajay.
Mahawira Sumudra, lelaki yang memiliki tinggi 180 Cm itu mengubah posisinya menjadi duduk, lalu melihat ke arah kiri, di mana Ajay sedang berjalan menuju saungnya sambil kembali bersenandungkan lagu favoritenya.
Wira memiliki rahang tegas serta matanya yang sipit selalu terlihat tajam, seakan mampu mengeluarkan kata-kata tajam hanya dengan melihat matanya saja.
Berbanding terbalik dengan Adhi Wijaya. Sahabat Wira. Pria genter yang memiliki tinggi badan di atas rata-rata, ia memiliki mata teduh dan senyum yang menawan. Rambut Ajay yang pendek membuat penampilannya terlihat lebih rapih dibandingkan Wira.
Wira tinggal bersama ibunya bernama Sari, seorang janda yang bekerja sebagai petani dan juga sang nenek yang bernama Nek Esih. Sedangkan, keluarga Ajay terbilang keluarga kaya raya di Desa Cempaka. Walaupun begitu, hubungan kedua keluarga itu sangat dekat, karena kedua orang tua Wira dan Ajay sudah berteman sejak lama.
"Kamu kenapa gak bantuin Ambu?" Tanya Ajay begitu sampai di saung.
"Kamu buta? Lihat, celana saya udah kotor kayak gini."
"Ah.. iya juga." Ajay naik ke atas gubuk, "itu kue dari Ibu."
"Udah tau, suara kamu kan besar, jadi saya bisa mendengarnya dari sini."
Wira mengambil sepotong kue itu lalu memberikan kepada Ibunya yang baru tiba.
"Ibu kamu ke mana, Jay?"
Ajay yang saat ini sedang merebahkan tubuhnya, menoleh ke Ibu dan anak itu. "Biasalah Ambu, Ibu sibuk gibah dengan Bu Kokom dan Mak Irah."
"Ibu kamu bisa dinobatkan sebagai ratu gosip di desa ini," sambar Wira yang langsung mendapat pukulan di bahunya oleh sang Ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Senja
Fantasy"Wira, kenapa suka Senja?" "Karena cantik." "Ih! bukan Senja aku, tapi itu, Senja di langit!" "Iya. Kalian sama-sama cantik. Aku suka." Mahawira Samudra, cowok berhati batu yang sama sekali tidak tertarik soal asmara. Wira terkenal sebagai jagoan da...