30. Ini Mimpi, kan?

31 5 0
                                    

Waktu berlalu dengan cepat, tak terasa sudah berjalan dua tahun pernikahan Wira dan Senja. Selama itu sudah tidak ada masalah apapun yang menimpa keluarga kecilnya. Hanya ada kebahagiaan yang berlarian datang menghampiri mereka. Wira dan Senja pun sesaat lagi akan menjadi orang tua. Ya, tepat hari ini wanita bernama Senjani itu akan melahirkan buah hati mereka setelah setahun menanti.

Ah, iya, hubungan Ajay dan Pita pun berjalan lancar. Keduanya menikah tak lama dari pernikahan Wira dan Senja. Bahkan, Pita pun sedang mengandung.

"Wir, kamu teh jangan mondar-mandir kayak gitu atuh, saya teh liyer liatnya."

Mata sipit milik Wira itu menoleh ke sahabatnya yang saat ini sedang berdiri di belakangnya, membuat Ajay berjaga-jaga, jikalau Wira akan melayangkan tinjunya ke punggungnya.

"Nanti pas kamu ada di posisinya baru tau gimana rasanya!"

Itu bukan Wira yang bicara, melainkan Abah Dahlan, sedangkan Wira masih terlihat mundar-mandir, lagi. Pria itu tampak sangat gugup dan khawatir, terlihat dari caranya yang menggigit kuku ibu jarinya. Tak henti-hentinya juga ia berdoa untuk keselamatan istri dan anaknya.

Pandangan Pita tidak lepas dari pintu berwarna biru tua itu. Kalimat Senja semalam sangat mengganggunya.

Di siai lain, di dalam rumah itu, Senja sedang berjuang dengan di bantu seorang bidan desa. Nek Esih dan Bu Ratri pun ikut menemaninya.

Rasa khawatir mereka pun berubah menjadi gembira setelah mendengar suara tangisan bayi dari dalam rumah. Tak hanya satu, mereka mendengar dua suara bayi.

Mendengar suara bayi Wira membuat Ajay refleks memeluk sahabatnya itu. "Selamat ya, Wir."

"Akhirnya saya teh udah menjadi ayah, Jay," balas Wira Dengan buliran bening pun yang keluar dari mata sipit miliknya.

Tak lama pun pintu biru tua itu terbuka, membuat mereka kompak menoleh dan melihat bidan desa.

"Selamat, Wira. Kamu teh punya anak kembar. Perempuan dan lelaki," ucap bidan itu, yang membuat mereka terkejut, bahagia, haru, semua tercampur menjadi satu pada saat itu.

"Terima kasih bu bidan sudah menyelamatkan istri dan kedua anak saya," kata Wira, lalu menoleh ke Ajay. "Kamu denger kan, Jay? Saya punya anak kembar!" Lanjutnya. Sebuah senyuman itu pun terlukis di wajahnya.

"Horeee... Saya punya ponakan sekaligus dua," kata Ajay yang ikut gembira.

Semua yang berada di luar pun memasuki rumah itu.

Suasana haru itu menghiasi rumah kecil Mahawira Samudra. Ia terlihat menangis tetapi tersenyum ketika bergantian menggendong anak kembarnya.

***

"Putri ayah kenapa menangis?" Wira menggendong putrinya itu. Sedetik kemudian, sang putra pun ikut menangis.

"Lho... Lho.. kenapa jadi pada lomba nangis?"

Wira pun kembali meletakkan putrinya.

"Sayang," panggil Wira yang berusaha menenangkan si kembar.

Namun, tidak ada sahutan.

"Tunggu sebentar ya, sayang. Ayah panggil Bunda dulu."

Setelah itu, Wira berlari menuju dapur.

"Sayang, si kembar lagi lomba balapan nangis."

Senja yang sedang memotong sayuran tampak terkekeh mendengar laporan dari suaminya itu. "Balap mobil kali ah, mana ada balapan nangis. Ihh, kamu mah ada-ada sih, sayang."

Lentera Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang