31. Boleh Sekali Lagi? Tolong, Kembalilah

24 4 0
                                    

Kamu harus tetap hidup tanpaku. Aku akan selalu di sisimu, walau kamu tidak bisa melihatku."


***

"Enggak. Aku nggak bisa meninggalkan Samudra seperti ini."

"Ini belum terlambat, kan? Lebih baik aku kembali ke ragaku."

Bayangan itu pun berusaha memasuki raganya kembali, namun tidak bisa. Sekeras apapun bayangan itu berusaha. Takdir sudah tidak dapat diubah. Dirinya telah meninggalkan dunia ini.

Bayangan yang tak lain adalah arwah Senja itu terlihat menangis di samping suaminya. Ia tak menyangka jika akan kehilangan nyawanya dan meninggalkan suaminya tanpa pamit.

Sebulan berlalu sejak kematian Senja. Sudah tak terdengar suara tawa dari rumah itu. Wira selalu mengurung dirinya di kamar, ia tidak mau berbicara, bahkan tidak memikirkan kedua anaknya. Hal itu membuat arwah Senja frustrasi.

Arwah itu terlihat sedang berkeliaran. Bahkan, setelah menjadi arwah, Senja tetap bersedih. Senja bisa melihat pria yang dicintainya, tetapi Wira tidak bisa melihatnya. Penyiksaan itu harus ia hadapi sebagai arwah. Raganya sudah terkubur, tetapi jiwanya masih berada disamping Wira. Jiwa Senja terkurung bersama Wira dan kedua anaknya.

Orang-orang berjalan berlawanan arah, menembusnya begitu saja. Awalnya Senja tak terbiasa, namun perlahan ia dapat menerima kenyataan. Kenyataan bahwa dirinya sudah menjadi arwah.

"Hey!"

Arwah Senja itu menoleh. Ia melihat seorang wanita dengan kedua tangan yang dilipat di depan dadanya.

"Kamu manggil aku?" Tanyanya sambil sesekali menoleh ke kiri dan kanan.

Wanita itu mengangguk. "Orang yang ada di depanku cuma kamu."

Senja mendekati wanita itu, lalu mencoba menyentuh lengannya, sedetik kemudian raut wajahnya berubah. Ia menghela nafasnya kasar. "Aku kira kamu manusia. Ternyata kita sama."

Wanita itu menatap iba Senja. Ia telah menyaksikan segalanya. Mulai dari perjuangan Senjani untuk mendapatkan Wira, sampai ia memiliki anak kembar.

"Senja, kenapa kamu masih sedih? Padahal udah sebulan kamu menjadi arwah."

Ucapan arwah itu membuat Senja terkejut.

"Aku udah lebih dulu menjadi arwah. Kamu pasti banyak pertanyaan, kan? Sebelum itu, biar aku ceritain semuanya," katanya setelah melihat ekspresi yang ditunjukkan Senja.

Senja hanya menganggukkan kepalanya sebagai respon dari kalimat itu.

"Namaku Sekar. Aku siswi SMK Rajawali yang sempat Wira tolong. Dulu, waktu di bangku kelas 11, aku mengalami kecelakaan dan suamimu menyelamatkanku. Dia sampai memberikanku pertolongan pertama sampai ikut ke rumah sakit. Saat itu aku sempat sadar, tetapi selang seminggu dirawat ternyata aku nggak kuat, sampai akhirnya aku meninggal. Terus mendadak aku keluar dari ragaku dan gentayangan seperti ini. Sejak itu, aku sering memperhatikan keluargamu."

"Jangan-jangan kamu wanita yang pernah dilecehkan anak merpati itu?"

Sekar tersenyum getir. "Iya, itu aku. Selain membantuku disaat kecelakaan, ternyata suamimu juga pernah menolongku dengan membalaskan semua perbuatan para bajingan itu."

Senja menepuk-nepuk pundak Sekar setelah melihat air wajahnya yang berubah menjadi sedih. "Aku udah tau ceritanya dari Samudra, dan aku nggak nyangka kalo kita bakal ketemu dengan cara kayak gini."

"Takdir itu unik," ucap Sekar. Ia memandang ke depan, di mana orang-orang sibuk menjalankan aktivitasnya, ada yang ingin bekerja, ada pula yang ingin pergi ke sekolah.

Lentera Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang