Seorang gadis berambut gelombang pendek sebahu terlihat sedang bersenandung sambil menggoes sepedanya. Seperti biasa, gadis itu tampak riang setiap harinya. Senyuman manisnya tidak pernah absen dari wajah cantiknya itu.
Tin... tin..
Eye smilenya muncul, deratan gigi putihnya terlihat ketika menoleh ke samping. Ia segera turun dari sepedanya dan mendekati dua motor yang berada di dekatnya.
"Wow... sepeda motor baru, nih.."
"Iya, hadiah dari Abah. Gimana keren kan aku kalau naik sepeda motor kayak gini?"
Pita tersenyum setelah mendengar kalimat Ajay.
"Sini, Pit. Aku bonceng sampai parkiran," ucap Ajay lagi.
"Duluan aja, Jay. Aku kan bawa sepeda."
"Oiya." Ajay melihat ke kanan dan kirinya, "Tatang! Sini sebentar."
Pria yang dipanggil Ajay pun mendekati mereka. "Kenapa, Jay?"
"Tolong bawakan sepeda Pita sampai parkiran sepeda, ya."
"Oh, oke."
"Makasih ya, Tang," sahut Pita.
"Siap, Pita."
Pria itu membawa sepeda Pita menuju parkiran yang berada di area sekolah, sedangkan Pita menaiki motor Ajay.
"Ayok, Wir."
Kedua motor itu memasuki area sekolah menuju parkiran motor. Wira dan Ajay terlihat sangat gagah mengendarai motor barunya, membuat para siswi tidak melepaskan pandangan kepada dua sekawan. Seperti sekarang, mereka bertiga berjalan di koridor menuju kelasnya dan banyak siswi yang menatap dua sekawan. Mereka juga ada yang memberanikan diri menugur dua sekawan, walaupun dicuekin oleh Wira.
Selain terkenal akan kenakalannya, dua sekawan juga terkenal dengan visualnya yang menjadi incaran para wanita di sekolah maupun di luar sekolah. Ajay dengan ketampanannya dan Wira dengan karismanya.
"Lihat, 99,9999% siswi di sekolah ini udah menjadi penggemar kalian."
"99,9999% ?"
Pita menoleh ke Ajay. "Iya, karena aku gak termasuk ke dalam persenan itu. Aku, kan, bukan penggemar kalian."
"Suka-suka kamu aja," sahut Wira tanpa menoleh ke Pita.
Ketiganya pun masuk ke dalam kelas. Berjam-jam berlalu sampai tibanya terdengar lonceng istirahat di penjuru sekolahan. Dua sekawan dan Pita pun beranjak menuju kantin.
Pita yang berada di tengah-tengah Wira dan Ajay tentu ikut menjadi sorotan para siswi di sekolah itu. Tidak. Lebih tepatnya menjadi bahan gosipan mereka. Seperti saat ini, mereka merasakan iri dengan Pita. Bagaimana tidak, jangankan bisa dekat dengan dua sekawan, ingin kenalan saja mereka sudah ditolak mentah-mentah. Ya... walaupun Ajay dengan cara yang halus, berbeda dengan Wira yang ucapannya sangat tajam, bahkan Wira tidak segan-segan mengusir mereka jika tetap nekat mendekat. Kalau kata Ajay mah, Wira alergi wanita.
"Wira..."
Langkah ketiganya terhenti ketika ada seorang wanita yang tiba-tiba muncul di hadapan Wira. Wanita itu memiliki postur tubuh lebih pendek dari mereka, membuat Wira terutama Ajay menundukkan kepalanya.
"Apa?"
"Ini buat kamu, aku buat kue ini sendiri loh, khusus untuk kamu," ucapnya sambil memberikan wadah bekalnya kepada Wira.
Melihat itu, Pita berbisik ke Ajay, "Gak nyerah juga ya dia, padahal udah sering ditolak."
"Bener tuh, Pit. Aku yakin sih, Wira pasti nolak pemberian dia, secara dia kan gak suka sembarangan nerima pemberian orang. Apalagi pemberian dari wanita," balas Ajay.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Senja
Fantasy"Wira, kenapa suka Senja?" "Karena cantik." "Ih! bukan Senja aku, tapi itu, Senja di langit!" "Iya. Kalian sama-sama cantik. Aku suka." Mahawira Samudra, cowok berhati batu yang sama sekali tidak tertarik soal asmara. Wira terkenal sebagai jagoan da...