Sekarang sudah memasuki mata pelajaran terakhir. Selama waktu istirahat, Senja terus saja mengekori Wira. Gadis itu bahkan tidak malu menunjukkan perasaannya. Contohnya saja tadi ketika Wira ingin mengambil tisu untuk mengelap keringatnya, Senja justru mengambil alih. Wanita itu mengelap sendiri keringat di wajah Wira. Hal itu tentunya menjadi sorotan semua murid yang berada di kantin.
Saat ini pria itu sedang tertidur. Sepertinya tenaganya terkuras habis karena harus meladeni wanita terlalu aktif seperti Senja yang selalu merecoki hidupnya. Kalo yang gangguin itu Senja, ya... Wira suka.
Atmosfir di dalam kelas itu mendadak dingin tatkala seorang guru muda berkacamata memasuki kelas. Ia adalah guru killer nomor dua setelah Pak Abas. Lebih tepatnya kejam. Kalau Pak Abas sih masih memiliki hati nurani.
"Wir! Bangun! Ini teh pelajaran Fisika."
Sejak tadi Ajay terus membangunkan Wira, tetapi pria itu tidak kunjung bangun juga. Bahkan sekarang guru itu sudah berada di dekatnya. Ya... sejak masuk ke kelas, atensinya sudah ke Wira. Ia memang tidak suka jika ada murid yang tidur di kelasnya. Sudah berulang kali, guru itu menegor Wira tetapi hasilnya tetap saja, dia bahkan sering main tangan ke Wira. Seperti sekarang.
Plak!
Guru itu memukul kepala belakang Wira cukup keras yang lantas membuat Wira bangun. Murid yang lain tidak terkejut, karena ini bukan kali pertamanya Wira mendapatkan pukulan, terkecuali Senja. Mata gadis itu bahkan tidak berkedip menyaksikan hal itu.
"Sudah berapa kali saya bilang, jangan tidur di pelajaran saya!"
"Kamu itu harusnya sadar diri, kamu miskin! kamu bisa sekolah di sini karena Ayahnya Adhi, seharusnya kamu tidak terus-menerus mencari masalah!" Pekik guru itu.
"Murid seperti kamu ini memang harus dihajar biar kapok."
Guru itu kembali melayangkan tangannya, tapi tiba-tiba Senja berdiri di depan Wira dan menahan tangan guru itu. Senja sudah tidak tahan lagi melihatnya. Senja tidak suka jika ada orang yang berlaku kasar. Terlebih lagi kepada lelaki yang ia cintai.
Hidungnya kembang-kempis, sorot matanya tajam menatap guru yang saat ini berada di depannya.
"Bapak jangan kasar seperti ini dong. Kan, bisa dibicarakan baik-baik. Sejak tadi saya perhatikan Bapak terus saja memukul kepala Wira!" Sergahnya.
"Lepaskan!"
"Saya akan melepaskannya kalau Bapak tidak memukuli Wira lagi."
Wira menatap gadis itu dari belakang. Ia memegang tangan Senja sambil berbisik, "apa yang kamu lakuin, Senja? Hentikan, nanti kamu terkena masalah."
Tetapi Senja sudah terlanjur dimakan api amarah. Gadis itu tak mendengarkan Wira sama sekali.
"Kamu minggir atau saya pukul!"
Tidak. Ancaman itu tidak berhasil membuat nyali Senja menciut. Gadis itu justru berani menantang guru itu.
"Silahkan! Kalau bapak mau pukul saya, pukul aja!"
Guru muda itu melepaskan paksa tangan Senja dari tangannya. "Oh... kamu berani melawan saya, iya?!"
Di saat situasi semakin memanas, Wira melihat gerak-gerik guru itu pun lantas menggeser paksa tubuh Senja, agar tidak terkena pukulan.
Guru itu mengusap wajahnya kasar, tidak percaya dengan pemandangan saat ini. Dua murid yang saling melindungi satu sama lainnya?
"Senjani! Ikut saya ke ruang kepala sekolah!"
Setelah mengucapkan kalimatnya, ia pun pergi begitu saja. Sedangkan, Senja masih menatap tak suka ke arah guru itu. Dan, Wira menghela nafasnya melihat Senja. Baru saja ia ingin berbicara kepada Senja, tetapi gadis itu sudah melangkahkan kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Senja
Fantasy"Wira, kenapa suka Senja?" "Karena cantik." "Ih! bukan Senja aku, tapi itu, Senja di langit!" "Iya. Kalian sama-sama cantik. Aku suka." Mahawira Samudra, cowok berhati batu yang sama sekali tidak tertarik soal asmara. Wira terkenal sebagai jagoan da...