Seharusnya hari ini perempuan berbaju putih yang memasang senyum terpaksanya itu berada di rumah, melakukan riset tentang universitas yang menarik untuknya. Namun, karena paksaan dari Ayahnya yang sayangnya tidak bisa ditolak, sehingga harus berada di sana, bergabung dengan jejeran kursi yang tersusun rapih di lapangan di bawah tenda.
Kakinya yang duduk menyilang memperhatikan kegiatan yang sedang berlangsung di depannya. Di sampingnya ada wanita cantik duduk dengan anggun, tersenyum penuh haru begitu melihat suaminya ada di sana menerima jabatan barunya, mengemban amanah untuk melayani Negara dengan sepenuh hati.
Gaura, perempuan itu ikut bertepuk tangan begitu semua orang melakukannya. Kali ini bibirnya tersenyum dengan begitu tulus saat matanya bertemu dengan pria paruh baya di depan sana.
"Mi, abis ini Gaura nggak ikut pulang ke rumah yah." Bisiknya pada wanita di sampingnya.
"Nggak boleh. Tadi kan Ayah mu udah bilang, kumpul di rumah dulu, syukuran."
Gaura memutar bolamatanya, dia sudah malas sekali meladeni seluruh kegiatan Ayahnya yang tiadahabisnya.
Gaura bersyukur,sangat bersyukur menjadi anak mereka. Berkat Ayahnya, dia bisa bersekolahsesuai dengan keinginannya, membeli apapun yang dia inginkan dan melakukanapapun.
Sejak kecil, Gaura selalu mendapat apa yang dia inginkan walau tidak secara cuma-cuma. Basri-Ayahnya- selalu membuatnya meraih goals sebelum menuruti keinginan putri cantik semata wayangnya. Walau Basri ingin dan bisa memberi Gaura apapun yang perempuan itu inginkan dengan mudah, namun Basri tidak membiarkan putrinya tumbuh menjadi perempuan yang terus bergantung dengan orang tuanya. Putrinya harus menjadi perempuan yang kuat dan bisa mengandalkan dirinya sendiri tetapi Basri akan selalu ada dibelakangnya.
Untungnya, Gaura berhasil tumbuh sesuai dengan harapannya. Putrinya menjadi anak yang sangat membanggakan, menuruti seluruh keinginannya tanpa paksaan sama sekali. Putrinya seakan mengerti bahwa Basri akan melakukan yang terbaik untuknya.
Gaura menyambut pelukan dari Basri begitu pria yang sudah menua namun tetap tampak tampan dan gagah itu mendekat, melebarkan tangan untuk memeluk putrinya.
"Selamat Ayah, selamat mengemban amanah barunya." Ucapnya begitu tangannya melingkar di pinggang tanpa lemak Basri.
Walau sudah menua, pria itu masih tampak bugar dan Gaura tidak heran karena dia melihat sendiri bagaimana Basri menjaga pola hidupnya. Makan dan olahraganya masih sangat terjaga sampai saat ini.
"Makasih sayang."
Kini Gaura kembali tersenyum begitu melihat dua sejoli di depannya ini berpelukan, kegiatan yang dari kecil sampai sekarang masih selalu dilihatnya. Gaura menyentuh baju biru tua kebanggaan Ayahnya, melihat dua bintang yang kini terpasang di bahunya. Gaura bangga dan dia merasa bahwa Ayahnya memang patut untuk mendapatkannya.
Gaura yang kini tampak begitu cantik dengan rambut hitam tebal yang ter-blow di bagian bawahnya menjuntai indah, tubuhnya dibalut dengan kebaya putih dengan rok pensil setengah betis melekat begitu pas di tubuhnya, wajahnya dilapisi riasan tipis dengan sentuhan lip gloss di bibir merah muda itu membuatnya telihat begitu menawan.
Ketiganya ber-pose saat kamera yang diarahkan ajudan kepadanya, Basri berada di antara kedua perempuan cantik berbeda usia itu. Lalu berganti lagi Gaura yang di tengah, kemudian berfoto berdua-dua. Acara sudah selesai, serah terima jabatan dan seluruh rentetan kegiatan lainnya sudah berakhir beberapa saat yang lalu yang ditutup dengan berfoto bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOLERATE IT
RomanceGaura terlalu terpaku dengan hidup nyamannya hingga tidak pernah terpikir untuk menikah. Tapi tanpa dia ketahui, ternyata Ayahnya memberikan syarat padanya jika ingin melanjutkan pendidikan doktornya. Yaitu, dia harus menikah. Lebih buruknya lagi, t...