Riani dan Basri baru diberi kabar paginya. Sebab malam itu rasanya hanya ingin mereka nikmati berdua saja. Setelah memberi kabar orang tuanya yang tentu senang bukan main. Riani langsung datang tidak ada satu jam. Sementara Basri yang saat itu harus menghadiri sebuah pertemuan penting baru bisa menyusul setelah makan siang. Keduanya langsung memeluk putrinya dengan kebahagiaan yang membuncah.
Riani bahkan sampai menangis mendengar akhirnya putrinya diberi kesempatan lagi untuk mengandung. Riani sangat tahu rasanya harus menunggu bertahun-tahun untuk bisa mengandung. Dia tahu sekali. Karena Gaura sudah tahu bahwa Maminya pasti akan membelikan banyak vitamin, Gaura langsung menyampaikan untuk tidak usah membelikannya. Karena dia sudah punya banyak vitamin dari resep dokter. Dia tidak ingin memakan begitu banyak, nanti malah berpengaruh buruk jika tercampur-campur.
Sementara Basri yang baru saja selesai dengan urusannya, langsung memeluk putri kecilnya yang ternyata benar-benar sudah beranjak besar. Putrinya sudah mengandung. Basri merasa waktu begitu cepat berlalu. Dia memandangi putrinya lama. "Sehat-sehat, yah, Nak. Jangan pikirin apa pun. Gaura tau kan, Ayah yang akan jadi super hero yang kamu suka itu, yang ada perisainya, Ayah lupa namanya," berkatnya, Gaura bisa tertawa.
"Captain America, Ayah." Basri ikut tertawa lalu mengangguk. "Iya, itu. Tenang aja."
Ayahnya selalu punya 1001 cara untuk membuatnya tersenyum. Sejak dulu pun, baginya, Basri sudah lebih hebat daripada super hero mana pun.
Lalu sekitar satu minggu itu Basri dan Riani memilih untuk menginap di rumah mereka. Riani yang mengusulkan ide itu, dia ingin menemani putrinya. Basri tentu akan mengikut saja dengan keinginan istrinya. Sementara Praya menyambutnya dengan senang, setidaknya dia bisa tenang meninggalkan Gaura selama dia harus bekerja. Selama seminggu itu juga, semua pekerjaan dilakukan oleh Riani, Gaura membantunya sedikit-sedikit.
Basri justru menawarkan untuk menyewakan putrinya asisten rumah tangga selama dia hamil dan melahirkan nanti. Agar Gaura tidak perlu kelelahan. Namun Gaura menolak, dia tidak suka rumahnya dihuni orang asing. Sekali pun Praya setuju dan menawarkan asisten rumah tangga yang tidak perlu menginap. Tapi Gaura tetap tidak mau. Apa juga yang dia kerjakan. Toh, Praya juga banyak membantunya. Dia juga masih butuh kegiatan daripada hanya berbaring sepanjang waktu.
Mau tidak mau ketiganya hanya bisa menuruti Gaura. Karena Gaura benar-benar berkeras dengan keputusannya.
Trimester pertama benar-benar membuat Gaura kesulitan. Tiap tengah malam sampai subuh dia harus terbangun karena mual dan tak jarang memuntahkan isi perutnya. Itu terjadi hampir setiap hari selama trimester pertamanya. Seperti saat ini, waktu baru menunjukkan pukul empat pagi namun Gaura harus menegakkan tubuhnya ke kamar mandi karena mual itu kembali menyerang.
Gaura memuntahkan isi perutnya ke dalam kloset, dia membersihkan mulutnya dengan air. Setiap mual dan muntah begini, kepalanya selalu ikut sakit dan tubuhnya terasa lemah. Gaura membasuh wajahnya agar lebih segar. Bulan ketiga kehamilannya benar-benar menyiksa.
Gaura menoleh saat pintu kamar mandi dibuka, Praya masuk mendekat padanya. Pria itu selalu ikut terbangun tiap kali dia seperti ini. Padahal Gaura sama sekali tidak berniat untuk membangunkan Praya. Karena dia tau pria itu butuh tidur yang cukup karena harus bekerja paginya. Praya tidak mengatakan apa-apa. Tangannya memijat tengkuk Gaura pelan lalu membantu untuk keluar dari kamar mandi.
"Masih muntah terus, yah?" Tanya Praya. Gaura mengangguk lemah. Perempuan itu membuka mulutnya ketika Praya menyodorkan gelas kepadanya. Dia memang butuh air.

KAMU SEDANG MEMBACA
TOLERATE IT
Roman d'amourGaura terlalu terpaku dengan hidup nyamannya hingga tidak pernah terpikir untuk menikah. Tapi tanpa dia ketahui, ternyata Ayahnya memberikan syarat padanya jika ingin melanjutkan pendidikan doktornya. Yaitu, dia harus menikah. Lebih buruknya lagi, t...