2: permintaan

2.1K 144 1
                                    

                Gaura seketika merasa nyaman begitu tubuhnya hanya dilapisi dengan kaos kebesaran dan celana pendeknya. Hidup selama 25 tahun dibawah didikan Ayahnya, Gaura tumbuh menjadi perempuan yang displin. Basri memberinya waktu 10 menit yang berarti dia harus sudah berada di ruang kerja Ayahnya dalam waktu tersebut.

Ternyata beberapa bawahan Ayahnya masih ada di ruang makan. Gaura tersenyum pada mereka, dia mengenali beberapa orang diantaranya. Gaura sama seperti anak pejabat militer pada umumnya, banyak anggota militer yang berusaha mendekatinya, memulai pendekatan melalui dunia maya maupun secara langsung.

Instagramnya tentu saja mendapat banyak sekali request follow dari pria-pria dari bidang yang sama. Tapi nyatanya, request follow-nya lebih banyak daripada jumlah followers-nya sendiri. Gaura cukup tertutup, tidak terlalu suka memamerkan hidupnya disaat anak petinggi lain saling berlomba. Gaura merasa selagi semua yang saat ini dinikmatinya masih berasal dari Ayahnya, maka Gaura belum berhak untuk melakukan itu.

Gaura masuk ke ruang kerja Ayahnya setelah mengetuk pintu. Basri sedang duduk di kursi, melempar senyum begitu melihat kedatangan putrinya, dia melepas kacamata yang tadi bertengger di hidung.

"Gimana, udah tau mau lanjut di mana?" Basri melontarkan pertanyaannya, matanya mengamati putri cantiknya yang sudah duduk di sofa cokelat ruangannya.

"Udah. Gaura maunya sih di UGM Yah, tapi UI kayaknya lebih bagus, professornya juga lebih mantep."

"Nanti Ayah bantu urus kalau begitu."

Gaura mengangguk. "Ayah manggil Gaura buat itu?" Tanya Gaura bingung, hal seperti ini biasanya akan mereka bicarakan saat kumpul santai di ruang keluarga atau saat makan bersama.

Basri berdiri dari duduknya, berjalan menghampiri Gaura lalu duduk di hadapan putrinya yang masih memandangnya penuh kebingungan.

"Sayang. Ayah ada syarat buat kamu kalau mau lanjutkan pendidikan."

"Apa?"

"Ayah mau kamu menikah."

Gaura terdiam, masih mencerna kalimat Ayahnya. Diantara seluruh kemungkinan, Gaura tidak pernah menduga kalimat itu dilontakan Basri dengan begitu mudah dan gamblangnya. Sama sekali.

"Ayah lagi bercanda, kan?" Ditatapnya pria paruh baya di depannya lekat-lekat, berharap Basri akan tertawa dan mengatakan bahwa yang tadi disampaikannya hanya sebuah candaan. Namun sampai beberapa detik, keduanya hanya hening dan Gaura akhirnya tau bahwa yang dikatakan Basri memang sebuah perintah.

"Ayah tau kan, Gaura belum mau nikah, Gaura belum siap Ayah." Suaranya kini terdengar gelisah.

"Ayah tau, sayang. Di dunia ini, Ayah yang paling mengerti Gaura selain Mami. Dan karena itu Ayah tau kalau saat ini adalah saat yang tepat untuk kamu menikah. Percaya sama Ayah."

Gaura menggeleng, air matanya sudah jatuh dari pelupuk mata. "Gaura nggak mau, Yah. Kalau Gaura nggak usah lanjut doktor apa Gaura juga nggak perlu menikah?"

Sebenarnya Gaura sudah tau jawabannya, dia tau sekali bagaimana cara Ayahnya berpikir. Dan begitu mendengar jawaban itu, Gaura tetap merasa dunianya hancur. "Tetap. Kamu akan tetap menikah."

"Tapi Gaura nggak ada pacar, Yah. Gaura lagi nggak deket sama siapa pun."

"Memang kamu pikir, Ayah bakal setuju dengan kamu pacaran?"

TOLERATE ITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang