Minggu pagi hari ini disaat Gaura turun ke bawah dengan baju tidur bergambar kartun lotso berwarna merah muda hendak sarapan bersama keluarganya, tiba-tiba terkejut saat matanya menangkap sosok asing yang ikut bergabung di meja makan. Di sana tidak hanya ada Ayah dan Maminya, tapi Praya terlihat duduk di sana, menyendokkan sesuatu ke dalam mulutnya.
"Baru bangun kamu, nih Praya udah datang dari tadi, loh." Kata Riani menyambut putrinya dengan menuangkan susu ke dalam gelas lalu meletakkannya di depan Gaura yang sudah duduk di kursi yang kosong di depan Praya.
Pria itu tampak begitu tampan pagi ini dengan baju olahraga abu-abu yang melekat pas di tubuhnya yang kekar. Satu senyum Gaura hadirkan untuk Praya yang langsung mendapat sambutan hangat.
"Kamu pilates jam berapa?" Tanya Basri mengingat bahwa putrinya ada jadwal pilates hari ini.
"Jam sembilan." Jawab Gaura setelah menghabiskan segelas susunya.
"Ya udah nanti dianter sama Praya aja."
Gaura buru-buru menggeleng, "Nggak usah Yah. Aku sama Pak Edi aja."
"Nggak papa kok, sekalian saya pulang ."
"Tapi masih satu jam lagi loh? Aku baru mau siap-siap."
"Nggak papa, bisa ngobrol dulu sama Ayah." Basri menimpali percakapan itu.
Mau tidak mau Gaura hanya bisa menerimanya. Sarapan hari ini adalah bubur ayam buatan Bi Jum, rasanya enak seperti biasa. Maminya pandai memasak, tapi untuk makanan sehari-sehari, Bi Jum yang memasak karena terkadang Riani ada kegiatan lain di luar rumah.
Semuanya sudah menyelesaikan sarapannya kecuali Gaura, perempuan itu masih asik mengunyah roti yang sudah diolesi selai cokelat. Hari ini dia tidak ikut makan bubur ayam, hanya sedang tidak berselera.
"Ayah yang manggil Mas Praya ke sini?" Tanya Gaura pada Basri yang duduk di ujung meja.
"Bukan, dia yang dateng sendiri itu."
Praya tersenyum namun tidak membantah walaupun yang Basri katakan tidaklah sesuai dengan fakta. Kedatangannya pagi ini tentu permintaan dari Basri yang menelfonnya subuh tadi dan Praya tidak bisa menolak karena Basri tau dia tidak memiliki kegiatan apapun pagi ini.
"Bener Mas?" Tanya Gaura memastikan, Praya hanya bisa tersenyum tipis.
Setelah menelan kunyahan roti terakhirnya, Gaura pamit untuk naik ke kamarnya bersiap untuk segera berangkat ke salah satu studio pilates yang sudah menjadi tempat tetapnya melakukan olahraga peregangan.
Gaura memilih untuk tidak mandi, percayalah, perempuan cantik ini termasuk ke dalam golongan manusia yang jarang mandi, karena faktor jarang keringatan membuatnya merasa tidak terlalu butuh untuk mandi. Tidak sampai satu jam, dia sudah siap dengan legging berwarna ungu pudar dan sport bra yang kemudian dilapisi dengan jaket putih. Tangannya menggengam ponsel dan pouch kecil berisi dompet dan printilan kecil lainnya.
Terakhir, Gaura mengikat rambutnya serapih mungkin lalu turun ke bawah.
Ketiga orang yang tadi di meja makan sekarang duduk bersama di depan TV ruang keluarga. Ketiganya seketika menoleh saat merasakan kehadiran Gaura serta bau parfum yang menyeruak di sana. Praya berdiri dari duduknya.
"Udah siap?" Gaura mengangguk.
"Nanti Ayah suruh Pak Edi jemput kamu." Kata Basri yang masih duduk di sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOLERATE IT
Storie d'amoreGaura terlalu terpaku dengan hidup nyamannya hingga tidak pernah terpikir untuk menikah. Tapi tanpa dia ketahui, ternyata Ayahnya memberikan syarat padanya jika ingin melanjutkan pendidikan doktornya. Yaitu, dia harus menikah. Lebih buruknya lagi, t...