35 Tahun Menikah
Setelah Hafizh menikah dan tinggal bersama istrinya. Praya dan Gaura kembali menjalani hari-hari berdua. Dihari tua mereka, tidak banyak yang mereka lakukan. Keduanya sudah mulai lemah, tenaganya sudah tidak sebanyak dulu. Atau mungkin bahkan sejak dulu pun keduanya memang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Mengobrol sebanyak mungkin. Karena begitu lah cara keduanya menghabiskan waktu.
Hafizh masih sering mengunjungi orang tuanya. Bersama dengan kedua anaknya. Satu tahun setelah menikah, istrinya melahirkan anak perempuan dan ditahun ketiga, mereka kembali dikaruniai seorang anak perempuan lagi. Dua-duanya cantik, perpanduan Abi dan Uminya sekali. Saat kelahiran kedua cucunya, Praya dan Gaura tidak pernah absen, mereka selalu ada di sana menemani.
Seperti dengan janjinya, Gaura akan menyayangi menantunya seperti dia menyayangi anaknya sendiri. Mereka seperti mempunyai anak perempuan.
Jika empat tahun awal pernikahan mereka tinggal berdua sebelum kehadiran Hafizh di dunia. Maka sekarang adalah empat tahun yang mereka habiskan setelah Hafizh mempunyai kehidupannya sendiri. Anaknya itu sudah menjadi kepala keluarga sekarang, sudah mempunyai kehidupan lain.
Hari-hari yang mereka habiskan hampir sama setiap harinya. Sebisa mungkin Gaura masih menyiapkan sarapan untuk mereka berdua dipagi hari. Lalu siangnya setelah makan siang, mereka akan tidur. Sorenya terkadang mereka berkeliling komplek berdua berjalan-jalan selagi mereka masih mampu. Malamnya seperti kebiasaan mereka sejak dulu, mereka selalu bercerita. Walau pun rasanya semua hal sudah mereka ceritakan, tapi obrolan itu tetap selalu ada.
Sudah lima hari mereka tidak jalan-jalan sore karena Gaura yang mengeluh sakit. Makanan selalu diantarkan Hafizh untuk orang tuanya. Atau saat dia bekerja, dia akan meminta istrinya untuk ingat mengirimkan makanan untuk orang tuanya karena Gaura sudah tidak mampu menyiapkan makanan. Hafizh selalu menyarankan untuk menyewakan asisten rumah tangga untuk mengurus mereka. Namun keduanya sama-sama menolak.
Dah Hafizh tidak bisa memaksa orang tuanya.
Disore ini ketika semua sedang berkumpul. Hafizh bersama istri dan kedua anaknya datang ke rumah, hari ini jumat dan dia akan menginap selagi akhir pekan. Di kamar yang tidak pernah berubah itu, bahkan sejak pertama pindah ke rumah ini, kamar itu masih sama. Keduanya tidak pernah mengubah apa pun. Dinding itu menjadi pendengar seluruh cerita mereka. Perekam seluruh hal yang pernah mereka bahas bersama.
Gaura berbaring dengan lengan suaminya sebagai bantalan. Posisi favorite-nya sejak dulu sampai kapan pun. Nafasnya yang sudah tidak semudah dulu kini terdengar jelas karena keduanya sama-sama diam. Gaura mengangkat tangannya dengan lemah, menyentuh dada suaminya yang sudah tidak sekeras dulu. Kulitnya sudah mengkerut, sudah kurus, tidak berbentuk seperti dulu lagi.
"Mas..." panggilnya lemah.
"Iya?" suara itu masih sama, suara yang tidak pernah mengucapkan kata yang menyakitinya.
"Terimakasih untuk semuanya,"
"Kamu selalu berterimakasih untuk apa pun itu. Tidak perlu berterimakasih, karena aku melakukannya karena aku ikhlas," Praya menyentuh lengan istrinya.
"Kalau saat ini aku dipanggil Tuhan pun, rasanya aku tidak perlu mengkhawatirkan apa pun. Kamu ada di sini, bahkan sejak dulu, kamu selalu ada di sisi ku,"
"Kamu pun begitu. Kamu selalu ada,"
"Rasanya aku benar-benar akan pergi sekarang, Mas..." ucapnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOLERATE IT
RomanceGaura terlalu terpaku dengan hidup nyamannya hingga tidak pernah terpikir untuk menikah. Tapi tanpa dia ketahui, ternyata Ayahnya memberikan syarat padanya jika ingin melanjutkan pendidikan doktornya. Yaitu, dia harus menikah. Lebih buruknya lagi, t...