2 tahun pernikahan
Gaura baru saja menyelesaikan jus seledri yang dia buat malam ini. Satu bulan belakangan dia rajin meminum jus seledri, walau awalnya terasa sangat aneh hingga meminumnya pun butuh pengorbanan, namun sekarang Gaura justru menyukainya. Lambat laun rasanya menjadi enak, tidak aneh sama sekali.
Jika Gaura mulai menikmati jus seledri, Praya justru menolak minuman itu di hari kedua Gaura membuatkannya. Dengan tegas pria itu menolak, dia menggeleng begitu Gaura menawarkan untuk membuatkan untuknya. Dia sama sekali tidak suka. Rasanya sangat tidak layak masuk tenggorokan.
Jadi ketika Gaura menikmati malam dengan jus seledri, Praya memilih teh sebagai minuman malamnya. Sama seperti biasanya, Gaura membawa nampan di kedua tangannya, berjalan ke sofa lalu meletakkan nampan itu di atas meja.
"Masih minum seledri?" Tanya Praya tidak habis pikir bahwa istrinya betul-betul kuat meminum jus mengerikan itu.
Gaura tersenyum, duduk di samping Praya. "Enak tau, Mas. Emang rada aneh awalnya, tapi sekarang malah enak banget."
"Sama aja, tetap aneh itu."
Gaura tidak membalas, dia meneguk jusnya sampai habis. Lidahnya berputar disekitar bibir, membersihkan sisahan jus.
"Mas lagi sibuk banget yah di kantor? Ada masalah apa?" Tanya Gaura, teringat beberapa hari ini Praya terlihat begitu sibuk.
Sering kali Praya pulang selepas isya, kadang juga ketika Gaura sudah tidur. Pria itu sudah mengatakan bahwa memang sedang ada kasus yang sedang dia tangani. Tapi Praya belum menceritakan yang lebih jelas dan Gaura tidak menuntut, mungkin Praya terlalu lelah dengan pekerjaannya.
"Aku tuh nggak begitu suka ngomongin kerjaan ku sama kamu. Di kantor ngurusin masalah orang, masa di rumah aku masih ngomongin itu lagi?" Kata Praya jujur. Memang benar, dia tidak terlalu banyak membagi masalah pekerjaannya dengan Gaura. Paling dia hanya bilang dia sedang sibuk di kantor karena ada kasus.
"Tapi aku tuh pengen tau juga Mas kamu sibuknya karena apa. Nggak pa-pa lah bagi isi pikiran kamu ke aku."
Praya tersenyum, dia memandang istrinya. Sepertinya perempuan itu sudah salah paham. "Aku kurang bagi isi kepala apalagi sama kamu, hm?" Tanya Praya. "Masalah kerjaan ku di kantor tuh udah bikin pusing. Di rumah nggak mau inget rasanya,"
"Emang kenapa sih, Mas? Kamu kerjanya ngurusin anggota yang bermasalah, kan?" Praya mengangguk membenarkan.
"Terus apa? Ihh kamu mah, aku beneran kepo tau!" Tanyanya sebal, dia berharap Praya akan menjawab dan menjelaskannya.
Praya tertawa lalu mengambil gelas yang ada di meja, meminum teh hangat yang dibuatkan Gaura. "Apa yang mau kamu tau? Waktu itu kan sudah aku jelasin juga kerjaan aku gimana."
"Iya emang udah. Tapi belakangan kamu kayaknya lagi sibuk, pulangnya juga malem terus, ada masalah apa di kantor?" Tanya Gaura lebih jelas. Bahkan Praya beberapa kali tidak sempat makan malam bersamanya karena masih harus di kantor.
Pasti ada hal besar yang terjadi.
"Kamu ingat Pak Indra? Yang kita ketemu waktu ke nikahannya Rama itu." Gaura langsung mengangguk, dia masih ingat dengan pria yang dulu ditemuinya dua tahun lalu.
"Kenapa, Mas?"
"Dia dilaporkan melakukan pelecehan."
Gaura terkejut, dia masih ingat dengan jelas wajah pria yang ditemuinya waktu itu. "Sudah terbukti, Mas?"
![](https://img.wattpad.com/cover/361842524-288-k833918.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TOLERATE IT
RomanceGaura terlalu terpaku dengan hidup nyamannya hingga tidak pernah terpikir untuk menikah. Tapi tanpa dia ketahui, ternyata Ayahnya memberikan syarat padanya jika ingin melanjutkan pendidikan doktornya. Yaitu, dia harus menikah. Lebih buruknya lagi, t...