Gaura sedang duduk di antara keluarganya yang tengah tertawa ntah membahas apa, sebenarnya Gaura tidak memiliki minat sama sekali untuk bergabung di sana andai saja dia tidak sedang menunggu kehadiran Praya yang sedang dalam perjalanan ke rumahnya. Gaura lebih memilih untuk mendekam di kamarnya sendiri.
Kedatangan Praya hari ini bertujuan menjemputnya ke gedung untuk melakukan gladi prosesi pedang pora. Pernikahan akan dilangsungkan besok, pagi untuk akad, malam untuk resepsi acaranya dan lusa resepsi acara Praya. Sudah dipastikan besok Gaura akan kelelahan. Jadi sebisa mungkin gladi ini akan dilakukan hanya sebentar lalu dia pulang untuk beristirahat.
Gaura berdiri dari duduknya. Senyum tergambar sempurna di wajahnya begitu melihat pria tampan itu sudah masuk ke dalam rumah, kaos hitam berkerah dengan celana tugasnya, sepertinya Praya baru saja mengurus sesuatu dan langsung ke rumahnya.
"Praya sini, makan dulu." Panggil Basri lebih dulu, dia sedang menyantap soto betawi yang terhidang di meja makan bersama dengan menu lain yang berjejer.
Praya tersenyum sopan sembari melangkahkan kakinya untuk mendekat pada Basri, pria itu menarik kursi dan duduk di sana. Gaura mengikut, duduk di seberang Praya walau dia tidak ada niatan untuk ikut makan.
Dengan telaten Praya mengambil daging dan menyendokkan kuah ke dalam mangkuknya. "Kamu nggak makan?" Tanyanya melihat Gaura yang hanya duduk dengan ponsel di tangan.
Gaura menggeleng, "Tadi udah, Mas."
"Dari kantor?" Kini Basri yang memulai pembicaraan, melihat Praya yang sepertinya baru saja menyelesaikan jam tugasnya.
"Iya Ndan, sengaja ambil cutinya setelah nikah." Jawab Praya lalu mulai memasukkan potongan daging berkuah itu ke dalam mulutnya.
Gaura sudah pernah bilang kan, kalau melihat Praya makan itu bukanlah hal yang membosankan, kalau bisa, Gaura ingin terus melihat pria itu makan. Baginya menyenangkan sekali, caranya sebenarnya normal saja, tidak ada yang spesial namun Praya seperti tau bagaimana cara menikmati makanannya.
"Kamu tuh liatin Praya aja, makan lagi sana!" Celetuk Riani yang berjalan keluar dari dapur, tangannya menuangkan emping yang baru saja dia goreng ke dalam toples kaca.
Gaura melirik Riani cemberut, "Mana ada aku liatin sih?" Elaknya tidak mau mengaku padahal siapapun yang ada di sana jelas sekali melihat Gaura yang memandangi Praya sejak tadi.
"Makan pake emping nih, enak loh." Kata Riani lalu mendekatkan toples itu ke Praya, padahal alasannya menggoreng kerupuk emping itu adalah karena permintaan suaminya. Tapi melihat kedatangan Praya, membuatnya lebih menawarkan emping itu pada calon mantunya.
"Iya makasih Tante." Praya tersenyum sembari mengambil emping yang ditawarkan Riani.
"Masa masih manggil Tante sih, panggil Mami aja sekarang, terus nggak usah panggil Komandan lagi lah, panggil Ayah aja." Komentar Riani, sudah sejak beberapa hari yang lalu sebenarnya Riani memperingatkan ini pada Praya. Namun sepertinya anak itu masih saja kaku untuk memulai perubahan panggilannya.
Praya hanya tersenyum menanggapi.
"Sudahlah, senyaman kamu aja, nanti juga terbiasa kok." Basri angkat bicara.
"Nanti kalau sudah selesai gladinya langsung pulang yah, kalian berdua harus istirahat."
Praya mengangkat pandangannya, tanpa diperingatkan oleh Basri sekalipun, dia sudah tau dan berniat untuk melakukan hal yang sama, dia tidak punya rencana apapun sehabis gladi pedang pora nanti. "Iya rencanya memang mau langsung pulang, Ndan." Mendengar panggilan itu, Riani dan Basri hanya saling pandang dan melempar senyum, Praya memang belum terbiasa untuk mengganti panggilan untuk mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOLERATE IT
RomanceGaura terlalu terpaku dengan hidup nyamannya hingga tidak pernah terpikir untuk menikah. Tapi tanpa dia ketahui, ternyata Ayahnya memberikan syarat padanya jika ingin melanjutkan pendidikan doktornya. Yaitu, dia harus menikah. Lebih buruknya lagi, t...