13 tahun yang lalu
Katakan Praya gila atau mungkin dia punya sedikit kelainan. Diumurnya yang sudah tujuh belas tahun, dia malah tertarik dengan bocah SMP. Padahal, di sekolahnya ada begitu banyak perempuan cantik yang sepertinya mau-mau saja jika Praya mendekati mereka.
Tapi dia tidak pernah tertarik dengan siapapun sampai akhirnya kemarin dia diminta ikut bersama Ayah dan Ibunya ke rumah teman lama mereka dalam rangka perpisahan karena Ayahnya dipindah tugaskan, yang berarti mereka akan pindah ke luar kota, lagi. Praya biasanya tidak suka ikut kegiatan mereka, tapi untuk kali ini kedua orang tuanya memaksa dia untuk ikut.
Salah satu alasan mengapa dia tidak pernah memiliki hubungan dengan perempuan adalah karena mereka terlalu sering pindah kota. Karenanya Praya memilih untuk tidak menyukai siapa-siapa. Berteman pun rasanya tidak perlu terlalu dekat, dia memang sudah memberi batasan pada dirinya sendiri.
Bibirnya tiba-tiba tertarik membentuk sebuah senyum saat melihat perempuan itu. Wajahnya cantik, rambutnya sebahu, tubuhnya tidak terlalu tinggi, dibanding dengan Praya, perempuan itu memang jauh lebih pendek. Mungkin masih dalam masa pertumbuhan.
Perempuan itu terlihat begitu dekat dengan kedua orang tuanya. Dia tidak terlalu banyak bicara, terlihat asik mengobrol dengan Ayahnya, ditangannya ada sebuah buku, sepertinya sedang membicarakan buku itu, Praya hanya berspekulasi.
Mereka sempat berkenalan singkat, hanya sebatas bersalaman dan menyebutkan nama. Tidak ada interaksi lain. Kemudian perempuan itu pamit dan naik ke atas kamarnya. Setelahnya Praya tidak pernah bertemu dengan perempuan itu lagi. Kabar terakhir yang pernah didengarnya adalah perempuan itu mengalami kecelakaan yang lumayan parah. Ingatannya ada yang hilang.
Bahkan ketika akhirnya mereka bertemu lagi, Praya mengira setidaknya dia diingat, walau hanya sebagai anak teman Ayahnya. Tapi ternyata pertemuan mereka hari itu adalah salah satu memori yang hilang.
"Mas, kok nggak pernah coba cerita ke aku?" Tanya Gaura penuh kebingungan. Dia tidak pernah menyangka bahwa pria yang kini menjadi suaminya adalah orang yang pernah dia temui sebelumnya.
Sebelumnya, Gaura memang cukup yakin dengan feeling-nya yang mengatakan dia seperti pernah melihat Praya. Tapi karena pria itu mengatakan mereka tidak pernah bertemu, maka Gaura menyimpulkan bahwa sepertinya dia memang hanya salah ingat saja.
"Untuk apa juga? Mungkin kamu memang tidak akan ingat juga sekali pun kamu tidak pernah kecalakaan." Ujarnya.
Gaura tidak menganggapi apa pun. Apa yang dikatakan Praya memang mungkin benar. Dari yang tadi Praya ceritakan, pertemuan mereka ternyata hanya sesingkat itu. Dan itu sudah lama sekali.
"Terus, kapan Mas pertama kali ngeliat aku lagi?" Tanya Guara kembali.
"Acara pelantikan Ayah."
Gaura menyipitkan matanya, "Ha? Di mana?"
"Di rumah kamu,"
"Ha? Ayah ngasi tau aku pas di mobil, belum nyampe rumah. Sedangkan Mas liat aku di rumah. Terus ngomong sama Ayahnya kapan? Kok Ayah tiba-tiba nyuruh kenal sama Mas?" Akhirnya setelah sekian lama, Gaura bisa mempertanyakan hal ini, walau pun disituasi yang cukup membuatnya bingung dan tidak percaya.
Praya tersenyum. Mereka berdua sudah membersihkan diri dan sedang duduk di atas ranjang. Praya menahan penjelasannya tadi walau Gaura sudah tidak sabar. Praya mengatakan akan menjelaskan setelah mereka bersih-bersih agar bisa langsung tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOLERATE IT
RomanceGaura terlalu terpaku dengan hidup nyamannya hingga tidak pernah terpikir untuk menikah. Tapi tanpa dia ketahui, ternyata Ayahnya memberikan syarat padanya jika ingin melanjutkan pendidikan doktornya. Yaitu, dia harus menikah. Lebih buruknya lagi, t...