33. "BERCANDANYA ENGGAK LUCU! KAMPRET KAMU, MAS!"

9.6K 749 150
                                    

Setelah baikan dengan Mas Nata, aku jadi sadar kalau salah satu kunci keharmonisan rumah tangga adalah komunikasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah baikan dengan Mas Nata, aku jadi sadar kalau salah satu kunci keharmonisan rumah tangga adalah komunikasi. Sekecil dan sesepele apa pun, komunikasikanlah, karena hal-hal besar terkadang datang dari masalah yang dianggap kecil dan sepele.

Sangat valid dengan masalahku dan Mas Nata.

Terkadang hanya masalah kecil. Mas Nata yang abai dan tidak peka, bertemu aku yang apa-apa maunya dimengerti dan diperhatikan. Mas Nata yang setelannya memang udah datar dan tidak romantis dari orok, bertemu aku yang penggila keromantisan.

Kami sungguh berbeda.

Apakah kalau berbeda artinya tidak cocok? Tidak perlu bersama lagi? Oh tentu tidak. Jalan keluarnya bukanlah berpisah, tapi memperbaiki.

Aku sadar, di sini bukan cuma Mas Nata yang salah, tapi aku juga. Kadang aku kekanak-kanakan, apa-apa tantrum, bukannya berkomunikasi baik-baik. Ketika ada satu hal dari kelakuan Mas Nata yang tidak aku senangi, aku diam dan ngambek, bukannya memberitahu apa yang tidak kusukai darinya. Ketika ada sesuatu tentang Mas Nata yang tidak baik dan aku melihatnya, aku langsung menyimpulkan sendiri, tanpa mau mencoba mendengarkan dari sudut pandangnya.

Dikarenakan aku sudah sadar akan kesalahanku dan Mas Nata pun begitu, aku ingin mencoba memberi perubahan yang lebih baik di rumah tanggaku ini.

Yang pertama-tama adalah mengkomunikasikan segalanya. Apa pun itu. Baik dan buruknya.







1. "Aku enggak suka dicuekin, diabaikan dan enggak dianggap sebagai istri."

Mas Nata yang sudah memejamkan mata hendak tertidur karena ini memang sudah waktunya tidur, kembali membuka matanya.

"Kapan aku ngelakuin itu?" tanyanya dengan alis mengernyit.

Haishh dasar suami tidak tahu diri!

"Berkali-kali." Aku menatapnya kesal. "Kamu ninggalin aku sendirian waktu pertama kali tau aku hamil, padahal aku bingung mau ngapain, aku capek mual-mual terus. Kamu anggap sepele ngidam aku dengan alasan "Lupa", tanpa ada satu kata maaf pun. Kamu anggap sepele kehamilanku dengan selalu bilang "Cuma hamil", padahal aku yang ngalaminnya hampir gila rasanya. Kamu masih biarin aku ngerjain pekerjaan rumah sendirian, padahal aku lagi hamil. Sekalinya angkat Mbok Lina jadi pekerja rumah tangga, kamu tetep bikin emosi dengan ngelarang dia kerjain ini itu dan harus aku yang kerjain. Itu apa namanya kalau bukan cuekin, abaiin dan enggak nganggep, Mas?"

Mas Nata merenung mendengarnya.

Aku mengibaskan tangan di depan wajahnya, takut kalau-kalau dia kesambet.

Setelah itu kulakukan, Mas Nata akhirnya menatapku, mengangguk. "Iya juga ya? Aku sejahat itu ternyata ...."

Aku menggeleng. "Enggak jahat, kurang baik aja. Bisa jadi baik kalau misalnya kamu ngelakuin itu karena punya alasan sendiri. Jadi ... apa alasannya?"

Kemelut Rumah Tangga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang