"Gue sih paham karena gue kenal lo bukan setahun dua tahun, tipe introvert yang lebih nyaman sendiri, jauh dari kerumunan orang, tidak suka jadi pusat perhatian, tapi hidup kan dinamis. Kadang lo harus keluar dari cangkang. Memang nggak nyaman tapi lama-lama akan terbiasa," itu yang diucapkan Alin ketika menawarinya gabung jadi talent musik Pak Ardi sekitar dua bulan lalu.
"You have talented, Sa. Sayang kalau disia-siakan."
Ia suka musik tapi tidak pernah terpikir untuk mencari uang dari bermain musik. Bertahun-tahun les piano karena suka dan membuatnya senang. Kedua orang tuanya pun tidak pernah menanyakan atau sekedar melempar gagasan apakah kelak ia akan menjadi musisi. Atau mungkin tidak terpikirkan oleh orang tuanya yang notabene adalah akademisi. Ayahnya dokter, Ibu seorang guru matematika. Diantara ketiga anak orang tuanya, ia yang paling lemah secara akademis, jika nilai rata-rata kedua adiknya selalu di atas 9, ia harus puas dengan nilai kisaran 7 sampai 8.
"Sebenarnya lo nggak bodoh Sa, kemampuan akademis lo nggak jauh beda sama gue, yang salah kedua adik lo yang kepinteran."
"Sangat menghibur." Sarah menyeruput teh hangatnya, menatap kelipan bintang di langit jauh. Mereka tengah duduk di balkom rumah Alin, ngobrol dengan tema random.
"Kedua adik lo pintar matematika, tapi mereka kan nggak bisa main musik sejago lo bahkan adik lo nggak bisa bedain nada. Sumpah gue nggak percaya kalau nggak dengar langsung waktu lo suruh dia nyanyi. Lagu kemana musik kemana. Eh sorry Sa, bukan maksud gue menghina adik lo tapi biar pikiran lo kebuka, kepintaran setiap orang tuh beda."
Alin selalu menghiburnya saat ia malu melihat nilai rapotnya yang didominasi angka 7 dan 8. Mereka satu SMA, dan adiknya yang terpaut usia 2 tahun. Adiknya popular di sekolah karena kepintarannya, selalu menjadi perwakilan sekolah untuk macam-macam lomba sains. Dan ia harus terbiasa dibanding-banding dengan adiknya oleh guru dan teman-temannya.
Sekarang adiknya kuliah di Bandung, mengambil jurusan teknik sipil. Karena kepintarannya adiknya mendapat kesempatan mewakili kampus di pertukaran mahasiswa ke luar negeri. Kini adiknya berada di selama satu tahun. Programnya gratis tapi tentunya ada keperluan pribadi yang harus dibayar sendiri, dengan keuangan pas-pasan ia mensupport sekuat tenaga karena bagaimana pun ini sebuah kebanggaan. Dan ini yang menyebabkan keuangannya, uang peninggalan ayahnya berupa tabungan, asuransi jiwa, menjual kendaraan, menjual satu rumah lain (orang tuanya memiliki dua rumah), berkurang di luar perhitungan.
"Tapi gue nggak maksa Sa, it's your decision. Gue nawarin karena kemarin lo bilang butuh kerja sampingan. Nggak mungkin kan gue ngasih ide aneh-aneh, ya you known lah di jaman banyak aplikasi kencan seperti sekarang."
"Open BO maksud lu, gila aja." Sarah meninju bahu Alin sambil tertawa.
"Bercandalah."
Alin memiliki suara bagus, pernah ikut kontes bakat yang diadakan di stasiun tv walaupun tidak menang itu mendongkrak popularitasnya di sekolah. Alin aktif di ekskul paduan suara sekolah dan ia juga penyanyi cord di Gereja.
"Tahu nggak Sa, lo tuh main pianonya jago, tampang nggak malu-maluin, cakep sebenarnya kalau lo bisa mengontrol muka lo biar nggak sejutek itu. Jadi kalau alasan lo nggak pede, takut ini itu, mindset lo yang harus dirubah. Nggak gampang memang meruntuhkan mental block yang udah secara nggak sadar lo bangun bertahun-tahun tapi kalau lo berhasil merobohkannya bakal berguna dalam kehidupan lo selanjutnya mau jadi apapun lo nanti."
Sarah terbiasa hidup nyaman, tenang dan damai, tanpa tantangan yang membutuhkan nyali kecuali saat pembagian rapot sekolah. Kini sebaliknya, tepatnya sejak kedua orangtuanya meninggal. Sarah menghela nafas, apa yang dikatakan Alin benar, ini soal bagaimana ia harus keluar dari cangkangnya.
"Ya ampun gue ngomong udah kayak motivator ya Sa, efek emak gue nyecokin buku self help nih, katanya gue harus mengurangi baca novel biar lebih realistis menghadapi tantangan hidup."
Akhirnya ia menerima tawaran Alin, gabung jadi talent musik pak Ardi . Pak ardi yang akan mencarikan pekerjaan untuknya mengisi macam-macam acara yang membutuhkan musik. Biasa main sendiri, berdua Alin, atau gabung ke dalam bandnya Alin, tergantung permintaan klien. Pak Ardi memiliki EO termasuk WO, sedangkan istrinya seorang MUA.
"Oh ya Sa, nanti lo jangan kaget ya kalau dengar candaan atau obrolan talent musik cowok."
"Memangnya kenapa?"
"Ya tahulah obrolan cowok seringnya nyerempet mesum. Tapi tenang mereka nggak macam-macam, tangannya nggak jahil, kalau itu terjadi udah gue hajar duluan dan pasti dipecat pak Ardi. Kita kerja professional."
Babak baru dalam hidupnya dimulai, bermain piano atau organ dari satu event ke event lain yang kadang masih membuat perutnya mulas karena demam panggung.
"Put smile on your face Sarah."
Sarah menarik bibirnya membentuk senyum.
"Bukan senyum sinis gitu." Alin menepuk bahunya."Gue tahu kesedihan lo, gue paham kemarahan lo, gue tahu lo jadi apatis karena kejadian itu. Tapi Sa, lo harus mulai membuat energi negatif lo. Alam bekerja sesuai dengan yang lo pikirkan. Lo marah, maka kemarahan yang akan menghampiri lo. Itu hukum tarik-menarik alam Sa."
Sarah mengerutkan kening mendengar penjelasan Alin."Lo kira gue medan magnet."
"Ya memang semacam itu alam dan pikiran bekerja. Kalau nggak percaya lo baca aja bukunya sendiri. Bentar gue ambilin." Alin beranjak dari kursi. Tak lama ia dating dan menyodorkan buku dengan sampul berwarna coklat bertuliskan The Secret. "Bacalah."
"Lo kan tahu gue nggak terlalu hobi baca kecuali merasa butuh. Lo ceritain aja deh ringkasannya."
Alin menghela nafas. "Ya tadi itu ringkasannya, apa yang lo pikirin itu yang terjadi. Kalau lo mikirnya hal negatif terus, hal-hal negatif yang akan menghampiri lo."
"Ngomong gampang Lin, coba lo di posisi gue." Sejak kedua orangtuanya meninggal ia berusaha menyembunyikan suasana hatinya, ia tidak suka mendengar orang berkata,"Kasian ya orang tuanya meninggal." Ia benci dikasihani.
"Sori Sa, maksud gue bukan begitu." Alin merengkuh bahu Sarah. "Kalau gue di posisi lo mungkin gue nggak sanggup tapi lo udah membuktikan selama 3 tahun ini survive dan kuat. Just smile and the world would be nice to you."
KAMU SEDANG MEMBACA
Run To You (Completed)
General FictionKisah kriminal yang dibalut cerita romantis atau kisah romantis yang dibalut cerita kriminal, yang penasaran baca aja ya.... Bagi Sarah kehidupannya saat ini adalah segera menyelesaikan kuliah sambil mencari uang dengan maksimal agar bertahan hidup...