Terima kasih yang masih ngikutin cerita ini, menuju ending......
Mampir ke novel on going Complicated Boss ya, udah mulai gregetan ceritanya.
Sarah terbangun dan mendapati dirinya terbaring di tempat tidur sebuah ruangan di rumah sakit dengan selang infus di tangan dan selang yang terpasang di hidungnya. Ia selamat. Malaikat maut tidak jadi mencabut nyawanya. Ia tidak ingat bagaimana petugas menemukannya dan membawanya ke sini. Ada beberapa yang diingatnya secara samar yaitu saat beberapa dokter mengelilinginya. Setelah itu ia tidak ingat apa-apa. Ingatan kedua, ia dimasukkan ke dalam mobil ambulans, dalam pandangan matanya yang kabur ia melihat ada Frans dan bang Lubis di sana. Entah mimpi atau nyata, Frans memegang tangannya dan berbisik di telinganya, "Kita akan pindah rumah sakit. Gue janji lo akan baik-baik aja."
Kini kepalanya terasa pusing, betisnya berdenyut, bagian tubuh lainnya terasa sakit dan perih termasuk jari tangannya. Sarah mencoba mengangkat tangannya, beberapa jari tangan kirinya merah dan lebam karena luka. Oh sempurna sekali cobaan hidupnya, Sarah tersenyum sinis. Ia ingin marah entah pada siapa tapi ia juga merasa sedih, sangat sedih. Sekuat tenaga Sarah menahan diri untuk tidak menangis, menghapus dengan cepat setiap air mata yang menetes dengan punggung tangannya, yang terjadi air matanya makin deras keluar. Kesedihan yang juga membuat ingin marah. Ingin rasanya membanting sesuatu untuk melepaskan rasa marah itu tapi ia tahan dan akhirnya kemarahan itu berujung dengan tangisan lebih keras. Sarah merasa lemah dan bodoh, karena hanya bisa menangis. Semuanya terasa kacau, hidupnya kacau, dan takdir menyempurnakan kekacauannya dengan banyak luka di tubuhnya.
Sebuah ketukan di pintu membuat Sarah buru-buru menghapus air matanya. Pintu terkuak, seorang lelaki berjas putih masuk diikuti seorang perempuan, sepertinya perawat. Sarah tidak bisa melihatnya dengan jelas, air mata yang belum juga bisa ia tahan menghalangi pandangannya. Sarah menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya berlahan-lahan, memejamkan mata, menahan air matanya jatuh, ia mensugesti dirinya untuk tenang. Ia tidak suka orang lain melihatnya menangis.
Ia mendengar langkah kaki itu makin mendekat.
"Bisa dengar suara saya Ka?" tanya sebuah suara perempuan yang ia duga perawat.
Sarah mengangguk. "Visit dokter ya Kak."
Sarah merasakan sebuah tangan melingkari pergelangan tangannya, dokter itu memeriksa urat nadinya. Percakapan dokter dan perawat tidak ia pahami mereka menyebutkan istilah-istilah yang tidak ia mengerti kecuali beberapa seperti infeksi, peradangan, obat pereda nyeri., rehabilitasi medik dan lain-lain.
"Sarah, bisa mendengar suara saya."
Sarah mengangguk. Suara yang rasanya ia kenal entah di mana.
"Masih pusing dan sakit?"
Sarah mengangguk.
"Mual?"
Sarah menggeleng.
Ia merasakan dokter itu mendekat, terdengar helaan nafasnya."Maaf saya akan memeriksamu," katanya." Lalu dokter itu merasakan stetoskop diletakkan di dadanya. Ia bisa mencium bau tubuh yang rasanya kenal. Mungkin hanya halusinasinya, ingatannya masih tumpang tindih, ia tidak tahu bagian mana yang mimpi dan bagian mana yang nyata. Seperti, apakah Melisa itu nyata atau hanya mimpi? Apakah seseorang yang mengenggam tangannya saat ia merasa diambang kematian itu nyata atau mimpi.
Ya mimpi buruk ini belum berakhir sampai ia bisa kembali ke rumah, bisa memilah antara mimpi dan kenyataan dan menjalani kehidupan normal seperti semula.
Sarah ingin segera pemeriksaan ini berakhir. Ia ingin sendiri di sini. Tak lama Sarah mendengar suara langkah menjauh dan daun pintu yang dibuka tutup. Bahu Sarah terguncang, ia kembali menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Run To You (Completed)
General FictionKisah kriminal yang dibalut cerita romantis atau kisah romantis yang dibalut cerita kriminal, yang penasaran baca aja ya.... Bagi Sarah kehidupannya saat ini adalah segera menyelesaikan kuliah sambil mencari uang dengan maksimal agar bertahan hidup...