Bab 23

76 9 1
                                    


Alin menawarkan diri mengantar Sarah terapi. Mereka sampai di rumah sakit pukul 7 malam, antrian di ruang pendaftaran tidak begitu padat.

"Siapa tahu dengan melihatnya gue bisa menebak kenapa lo panggil dia Om."

Sarah memutar bola matanya,"Karena dia Omnya murid gue."

Sarah sudah menduga alasan Alin mengantarnya ke rumah sakit bukan sekedar berbaik hati tapi karena penasaran dengan Bisma. Itu tidak masalah karena sebenarnya ia pun butuh seseorang yang dapat membuat suasana tidak canggung saat bertemu Bisma. Kejadian saling bertatapan itu membuat membuat suasana hatinya tak karuan saat mengingat Bisma. Sejak kepergian orangtuanya tiga tahun lalu, ia membatasi interaksi dengan teman-temannya. Pergi ke kampus benar-benar untuk kuliah, menghindari ajakan nongkrong di cafeteria kampus, menghindari ajakan kegiatan ini itu. Jika harus berlama-lama di kampus karena memang ada yang harus dikerjakan berkaitan dengan kuliah atau tugas akhir. Ia bahkan merasa hilang rasa saat melihat lelaki yang menurut temannya ganteng.

Sampai beberapa hari lalu matanya berserobok dengan Bisma dan membuat debar jantungnya tak karuan.

Tidak, ia tidak mau terlalu cepat menyimpulkan ini jatuh cinta. Mungkin ini sebentuk rasa kagum karena Bisma memiliki apa yang dalam impiannya tentang seseorang di masa depan.

"Tetap aja aneh kecuali mukanya macam om-om. Kenapa lo nggak pake embel-embel Ka, Abang atau Mas?"

"Entahlah, gue spontan aja manggil Om."

"Tampan?"

"Tergantung standar lo. Kalau standar kegantengan lo Oppa Korea, jelas Om ini nggak tampan." Seketika detail wajah Bisma muncul di benak Sarah. Tulang pipi tirus dengan rahang yang tegas. Kacamata yang dikenakannya memberi kesan dewasa, serius dan pintar. Bukan tipe lelaki tebar pesona seperti Frans atau banyak bicara seperti Elvan. Tubuhnya atletis dan proforsional walaupun dadanya memang tidak sebidang dada Frans yang suka ngegym tapi tetap saja membayangkan menyandarkan kepala di dadanya membuat tubuhnya berdesir halus. Ya Tuhan, kenapa pikirannya jadi melantur! Sempet-sempetnya mengkhayal adegan romantis saat hidupnya begitu complicated. Urusan kuliah, masalah hukum dan keuangan. Ini pasti akibat sering mendengar Alin mereka ulang adegan drakor di depannya. Seperti tadi sore, saat ia ke rumah Alin dan menitipkan motor di sana,"Bayangin Sa, bayangin kalau gue yang bersandar di dada Oppa. Ya Tuhan cuma ngebayanginnya aja bikin gue kleper-kleper." Waktu itu ia melempar Alin dengan bantal sambil berkata,"Lebay lho akh."

Dan inilah karma, sekarang dirinya yang lebay. Sarah meruntuntuki dirinya sendiri, dipijit-pijitnya kening dengan harapan semua khayalan itu lenyap dari benaknya.

"Kenapa? Sakit ya," sebuah suara yang dikenalnya membuat Sarah sekilas menoleh. ia menghindari kontak mata dengan Bisma karena khawatir Bisma mengetahui jika isi hatinya. Mata itu jendela hati, kamu bisa mengetahui isi hati seseorang dari matanya, dari caranya menatap. Bisma sudah duduk di sampingnya seketika dadanya berdebar-debar. Astaga, be have Sa, be have!

"Sedikit." Ia tidak berbohong, kakinya masih berdenyut tapi intensitasnya sudah berkurang.

"Dari tadi? Sudah dapat nomor antrian dokter?" tanya Bisma begitu duduk di sampingnya.

"Antrian dokter nomor tiga,"Sarah mengacungkan kertas nomor antrian lalu memperkenalkan Alin pada Bisma yang dibalas dengan anggukan kepala dan senyum tipis sebelum menyebutkan namanya. Dari bahasa tubuhnya terlihat Bisma tidak ingin berbasa-basi, dia melipat kedua tangan di dada dan menatap ke depan.

Dengan ujung matanya Sarah melihat Bisma mengenakan kemeja kotak-kotak kecil biru lengan panjang yang digulung hingga siku. Kemejanya kusut di beberapa bagian. Ia bisa melihat garis-garis kelelahan di wajah Bisma. Kemungkinan Bisma baru pulang dari RS tempatnya praktik, pikir Sarah. Ya Tuhan kenapa sampai sedetail itu ia memerhatikan Bisma, Sarah buru-buru mengenyahkan pikiran apapun tentang Bisma. Alin yang duduk di sebelahnya tengah fokus dengan ponsel sepertinya dia tengah berbalas chat wa.

Run To You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang