Bab 45

77 10 1
                                    

Dua Bab terakhir....

Makasih yang masih ngikutin cerita ini.

Baca juga yuk novel on going Complicated Boss...


Normal life tidak semudah yang dibayangkan Sarah. Ia masih harus mengenakan masker dan topi setiap ke kampus atau orang-orang akan menatapnya dengan rasa ingin tahu bahkan ia pernah merasa dilihat dengan tatapan kasihan.

Yap dirinya masih jadi perbicangan hangat di kampus walaupun kasusnya sudah selesai di meja persidangan sebulan lalu. Ia masih shock dengan pemberitaan tentang dirinya yang menjadi headline di beberapa akun media massa. Mereka menulis dengan judul yang membuat perutnya mual saat membacanya; Gadis yang Disekap Ditemukan dalam Keadaan Luka Parah. Dramatis, Evakuasi gadis yang Disekap di Cianjur Selatan. Misteri Penusukan di Kelab Malam Menemukan Titik Temu. Gadis yang Merupakan Saksi Penusukan di Kelab Malam Disekap Pelaku. Berita itu secara tidak sengaja dibacanya saat membuka media sosial dari ponselnya setelah keluar dari rumah sakit.

Ia jadi paham kenapa Frans menguninstal semua media sosial kecuali WA di iPad yang dipinjamkannya saat di rumah sakit.

Beberapa awak media masih ada yang menghubungi meminta wawancara, bahkan ada yang meminta ijin kisahnya diangkat menjadi film dokumentar kriminal, tentu saja ia tolak.

Hari ini ia bertemu dengan dosen pembimbing tugas akhir kuliahnya. Draftnya sudah di acc. Jadi ia langsung ke tata usaha untuk daftar jadwal sidang. Rasanya lega, satu episode penting dalam hidupnya, tuntas. Langkah selanjutnya tentu saja berburu pekerjaan. Untunglah sekarang jaman internet, berburu pekerjaan bisa melalui LinkedIn atau website penyedia pekerjaan freelancer.

Notifikasi pesan masuk dari ponselnya membuat Sarah menghentikan langkah. Pesan dari Frans.

Sa, gue parkir deket danau

Deket pintu ke statsiun

Otw

Sarah mempercepat langkahnya, melintasi trotoar yang dinaungi pohon-pohon rindang. Melewati masjid kampus sebelum akhirnya sampai di dekat danau yang tidak jauh dari pintu keluar ke arah statsiun KRL.

"Sarah!" Frans menjulurkan leher dari jendela SUV nya.

Bergegas Sarah menghampiri dan membuka pintu kendaraan.

"Sudah keluar jadwal sidangnya?" Tanya Frans begitu Sarah sudah duduk di sampingnya.

"Sudah, minggu depan."

"Selamat ya."

"Thank's." Sarah tersenyum dengan mata berbinar.

"Kemana dulu kita, udah masuk jam makan siang nih? Ngafe atau nasi padang?" Frans menstarter kendaraannya.

"Nasi padanglah."

"Gass." Tak lama kendaraan meluncur melintasi jalanan rindang kampus UI depok.

Sarah menjangkau tombol radio di dashboard, memutar-mutar frekuensi mencari lagu. Ia berhenti di radio yang memutar lagu Ed Sheeren.

....

And if you hurt me

That's okay, baby, only words bleed

Inside these pages, you just hold me

And I wont ever let you go

Wait for me to come home

Wait for me to come home

....

Dengan ujung matanya Frans melihat Sarah bersenandung kecil mengikuti alunan lagu. Lagu yang membuat sedikit hatinya tergiris. Sarah, satu-satu perempuan yang berhasil membuatnya merasakan rasanya jatuh cinta seperti yang dikatakan orang-orang. Sarah membuatnya berada di titik ia mengatakan Everyting I do, I do it for you. Tentu saja ia tidak pernah mengatakannya langsung pada Sarah.

Jika dulu Sarah membuatnya ill feel karena tidak pernah mengenakan lipstick dengan warna menyala, tanpa make up tebal, dengan gaya fashion bohemiannya yang bikin mata sepet, kini apapun yang dikenakan Sarah terasa menarik hati. Gaya fashion Sarah kini terlihat nge art di matanya. Senyum tipisnya membuat gemas. Sayangnya ia tidak bisa menjawil pipinya atau melakukan physical touch seperti yang bisa dilakukannya pada perempuan yang ia sukai. Sarah bukan tipe seperti itu.

Sinyal-sinyal ketertarikan yang coba ia kirimkan direspon Sarah dengan biasa atau diabaikan. Ya mungkin ini kesalahannya karena Sarah sudah sering melihatnya melakukan ini pada perempuan lain. Bahkan Sarah melihat dengan mudahnya ia mencium perempuan di kelab malam. Tapi itu dilakukannya tanpa hati. Selama ini hubungannya dengan perempuan tanpa melibatkan hati, just for fun. Dulu ia berprinsip YOLO , You Only Live Once, karena hidup cuma sekali jadi lo harus menikmatinya dengan maksimal.

"Ya kalau gue jadi Sarah juga bakal gitu Frans, mana bisa percaya sama lo, playboy tengil. Nggak semua cewek bisa diiming-imingi dengan uang dan ketampanan, attitude and character is more." Komentar Alin ketika ia curhat kalau dirinya sepertinya jatuh hati pada Sarah.

"Komentar lo tuh, kesannya gue bejat banget." Saat itu mereka tengah kumpul berempat, selesai latihan, Sarah tidak ada karena dia mengundurkan diri dari talent pak Ardi dengan alasan untuk membereskan kuliahnya. Tapi mereka tahu, mengunduran diri itu juga karena setelah kasusnya selesai dan pelaku dipenjara, Sarah menghindari bertemu orang banyak dan orang tidak dikenal, karena media massa masih mengejarnya.

Alin mengangkat bahu."Sebenarnya ini soal value. Karena value versi lo berbeda dengan value versi gue dan Sarah."

"Saran gue, kelarin dulu kuliah, kerja yang bener, jadi orang bener, baru pepet Sarah. Ya walaupun gue nggak yakin dia luluh setidaknya usaha lo udah maksimal. Kalau emak gue bilang, laki-laki baik buat perempuan baik, perempuan baik buat laki-laki baik. Jadi kalau lo baik, jodoh lo baik juga. Kalau ternyata dapat perempuan nggak baik mungki itu cobaan hidup lo." Alin mengakhiri sesi nasehatnya dengan tawa, lebih tepatnya menertawai Frans.

"Sialan lo."

"Lo ngasih kodenya kurang jelas sih Frans, kayak becanda. Cewek lain dibecandain bisa langsung baper dan langsung buntutin lo. Sarah ya nggak bisa gitu. Harus beda pendekatan." Rudi memberi saran.

Entah berapa kali ia latihan menyusun kalimat untuk menyatakan perasaannya pada Sarah tapi begitu dihadapan Sarah, buyar, nyalinya ciut. Ia takut jika mengutarakan perasaannya pada Sarah secara langsung, lalu Sarah tidak suka, hubungan pertemanan mereka jadi renggang. Ia suka hubungannya saat ini dengan Sarah, akrab dan hangat. Tidak terbayangkan jika hubungan mereka seperti sebelum kasus penusukan, saling tak acuh.

"Tapi masa sih Sarah nggak nyadar kalau gue serius suka sama dia setelah banyak pengorbanan yang gue lakuin. Gue bukan perhitungan, maksudnya gue you khow lah."

"Menurut gue sih nyadar tapi karena dia hanya suka sama lo sebagai teman, jadi responnya biasa aja." Alin mengangkat bahu lalu menyesap kopinya.

Rudi menepuk-nepuk pundak Frans,"Intinya Frans, lo tuh ditolak Sarah tapi secara halus."

"Kalau ngomong pake majas dikit kek Rud, jangan terlalu terang benderang." Elvan mengikut lengan Rudi.

"Frans, kita makan di nasi padang mana? Barusan Simpang Raya sudah kelewat."

"Oh kelewat ya, sori. Gue cari puteran."

"Lo ngelamun ya."

Run To You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang