Bab 25

98 12 1
                                    

Hai hai maafkan kemarin ada bab yang post dua kali, sekarang udah di edit ya...jadi yang kemarin udah baca bab 24, silahkan baca ulang, isinya bab baru.....

Mau donk komennya biar semangat lanjutin ceritanya hehehhe...


Jalan hidup itu ibarat kepingan puzzle yang harus kamu susun namun tidak seperti puzzle dalam permainan di mana setiap pieces nya simetris satu sama lain sehingga bisa disusun rapat tanpa celah. Puzzle kehidupan tidaklah simetris, kamu akan menemukan lubang atau celah saat menyusunnya, itu karena jalan hidup yang kita lalui tidak selalu sempurna sesuai usaha dan harapan.

Saat harapan baik tidak terwujud bukan berarti Tuhan tidak adil tapi Tuhan tahu mana yang menurutnya adil untuk kita. Tuhan tidak pernah salah menempatkan keadilan walaupun waktunya tidak sesuai harapan manusia. Tidak ada satu kejahatanpun di dunia ini yang bisa disembunyikan, waktu akan membukanya, serapat apapun dirahasiakan. Kebenaran dan keadilan selalu memiliki celah untuk menunjukkan dirinya.

Manusia kadang terlalu sombong, mengira kejahatan yang dilakukan dengan sempurna dapat mengelabui semua orang. Seperti kasus kematian yang hasil visumnya ia tanda tangani kemarin. Seorang balita ditemukan mati dalam keadaan tenggelam di kolom renang di rumahnya. Menurut keterangan saksi yang tidak lain ibunya, si anak mencari ibunya ke teras belakang lalu jatuh ke kolam renang. Ada memar di dahinya, di duga si anak terbentur tembok saat jatuh. Setelah ia selidiki lebih lanjut, dengan mengamati semua luka, ternyata si anak meninggal sebelum masuk ke kolam renang. Si anak meninggal karena dibenturan ke tembok lalu dibuat seolah-olah anak tenggelam.

Ia selalu melihat setiap bukti yang terlihat sebagai kepingan puzzle yang harus ia susun untuk menemukan penyebab pasti kematian seseorang dan jika memungkinkan sedikit analisa mengenai pelakunya. Menggeluti dunia forensik, membuatnya tertarik pada psikoanalisis. Biasanya butuh berhari-hari

Ia terbisa bekerja dengan teliti dan hati-hati, mengingat detail. Kebiasaan yang akhirnya terbawa dalam kehidupannya dan itu kadang merepotkan. Sebut saja misalnya ketika ia merasa dejavu ketika melihat rumah Sarah saat mengantarnya pulang dari rumah sakit. Perasaan yang sama ketika ia melihat gadis yang bermain piano di coffee shop. Ia memikirkannya berhari-hari, mencoba mengingat setiap benang merah yang mempertemukan dirinya dan Sarah.

Satu teka-teki yang berhasil ia pecahkan, gadis yang bermain piano di coffee shop itu Sarah. Ia belum mengkonfirmasi tapi setelah bertemu Sarah di rumah sakit dengan penampilan baru berkacamata dengan potongan rambut sedikit lebih pendek.

Tapi entah bagaimana ia merasa pernah bertemu Sarah di masa lalu atau mungkin jalan hidup mereka pernah beririsan tapi secara logika tidak mungkin usia Sarah mungkin 7 atau 8 tahun di bawahnya jadi mereka tidak pernah bertemu sebagai teman sekolah atau kuliah. Akh mungkinkah Sarah pernah menjadi pasiennya saat ia jadi dokter residen.

Denting piano itu kembali terdengar disertai suara Sarah memberi aba-aba. Dari nada yang kudengar Alisa melakukan beberapa kesalahan lagi.

Ia lebih sering menginap di apartemennya yang dekat Rumah Sakit dan kampus, jadi walaupun tahu Alisa les privat piano sejak beberapa bulan lalu dari cerita ibu,     ia baru bertemu guru les yang tidak lain gadis yang ditabraknya, sekitar bulan lalu. Bisma melirik jam di dinding kamarnya. 15 menit lagi Sarah selesai mengajar dan ia memutuskan turun ke bawah, mencari kesempatan mengobrol dengan Sarah setelah sesi mengajarnya selesai.

Bisma menuruni tangga dengan langkah pelan, mengambil air minum dari dispenser, duduk di kursi meja makan dan meneguk airnya. Ia tidak mau kehadirannya mengganggu konsentrasi Sarah dan Alisa.

"Kirain ibu masih tidur," sapaan Ibu mengagetkannya.

"Eh iya bu." saat bersamaan dilihatnya Alisa menoleh ke arahnya, permainan pianonya terhenti.

Run To You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang