Bab 38

87 7 2
                                    

Terima kasih yang masih ngikutin....


Bisma menelepon bang Lubis untuk menanyakan perkembangan kasus Sarah dan menjelaskan jika ia mengenal Sarah dan almarhum Ayahnya. Tanpa diduga bang Lubis menawarkan diri menemuinya dengan alasan ada hal penting yang ingin dia bicarakan.

"Apa kabar dok," sapanya dengan senyum lebar sambil menjulurkan tangan. Seperti kebanyakan orang Medan yang Bisma temui, walaupun memiliki garis wajah tegas dan keras, keramahan bisa ia lihat dari cara mereka tersenyum.

Tapi senyum lebar lebar bang Lubis tidak bisa menyembunyikan wajah lelah dan kantung mata yang sedikit bengkak.

"Baik, silahkan duduk. Kabar bang Lubis bagaimana, sepertinya abis begadang nih."

Bang Lubis menghempaskan tubuhnya diiringi hembusan nafas."Ya, semalam begadang."

"Saya dan Sarah harusnya bertemu pagi ini tapi teleponnya tidak bisa dihubungi."

"Telepon Sarah rusak, pecah."

"Oh, jadi dia masih di rumah temannya?"

Bang Lubis menggeleng lalu mengusap wajah dengan telapak tangan. Bisma bisa melihat kegelisahan di sana dan entah bagaimana ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Mulut bang Lubis terbuka seperti hendak mengucapkan sesuatu tapi kemudian menutup lagi dan menghela nafas.

"Sarah baik-baik sajakan?"

Bang Lubis menatapnya, "Aku harap begitu." Dia menghela nafas lagi. Keadaan ini membuat Bisma makin tidak sabar menunggu bang Lubis bicara.

"Tiga hari lalu, Sarah mengajak Frans ke kelab malam, katanya untuk mengingat kejadian malam itu. Frans menduga Sarah melihat orang yang ada di tempat kejadian penusukan tapi Sarah tidak mengatakannya. Sarah terlihat panik. Saat mereka pulang seseorang menguntitnya. Sarah kami sarankan bersembunyi apartemen Frans. Frans mencatat nomor kendaraan penguntitnya. Aku cek nomor kendaraan penguntitnya ternyata palsu." Bang Lubis berhenti bicara, memberi jeda untuk menarik nafas.

Bisma menahan diri untuk tidak menyela. Ia meraih botol air mineral di meja dan meneguknya, semata untuk meredakan debar jantungnya yang tak karuan karena rasa khawatir.

"Kami menghubungi petugas malam itu juga. Dua hari kemudian aku mendapat kabar katanya petugas sedang melakukan pengejaran pada pelaku penguntit jadi Sarah sudah aman untuk kembali pulang ke rumahnya dan beraktivitas normal. Semalam seseorang menculik Sarah."

Bisma tersentak kaget. "Tapi semalam saya makan di café hotel bersama teman dan melihat Sarah tampil." Masih terbayang dibenaknya saat Sarah mengedarkan pandangan pada seluruh tamu sambil tersenyum. Dan mata Sarah yang berbinar setiap kali menekan tuts-tuts piano. Sesuatu seperti menekan ulu hatinya saat ingatannya tertuju pada lelaki korban penusukan yang terbujur kaku.

"Iya kejadiannya di parkiran hotel saat mereka hendak pulang."

"Tidak ada pihak keamanan yang melihat? CCTV?"

"Lagi-lagi mereka menggunakan plat nomor kendaraan palsu. Katanya petugas sedang melakukan pengejaran tapi belum ada kabar terbaru."

Lalu hening, Bisma dan bang Lubis sibuk dengan pikirannya masing-masing. Dering telepon menghentak keheningan.

Bang Lubis mengeluarkan ponsel yang masih berdering dari saku celananya.

"Halo Frans. Apa? Di mana? Kenapa kau tidak cerita? Jangan gegabah, tunggu petugas datang. Kirim lokasimu sekarang."

Dengan ekspresi serius bang Lubis menatap layar ponselnya.

"Ada perkembangan bang?"

"Sarah mengenakan iwatch Frans dan terdeteksi di Cianjur Selatan," bang lubis menyodorkan ponsel hingga Bisma melihatnya lalu menzoom lokasi yang dikirim Frans.

"160km dari sini?"

"Ya." Bang Lubis menarik ponselnya."Aku akan mengabari petugas." Tak lama bang Lubis sudah berbincang-bincang di telepon dengan petugas. Selesai menelpon bang Lubis menampakkan wajah bingung membuat Bisma bertanya,"Ada apa Bang?"

"Mungkin aku akan ke sana."

"Saya ikut."

"Perjalananya jauh Dok, kemungkinan tidak bisa bolak-balik." Bang Lubis melirik jam tangannya. "Sekarang jam 10, perjalanan kurang lebih 5 jam."

"Saya libur hari ini dan bisa mengajukan cuti besok satu hari." Pengajuan cuti mendadak sebenarnya tidak boleh dilakukan kecuali hal yang sangat urgent, tapi mengingat ia tidak memiliki janji konsultasi atau bimbingan mahasiswa, ia bisa memaksa cuti. Ia juga bisa mendelegasikan beberapa pekerjaan di lab forensik pada Don.

***

Jakarta – Cianjur Selatan terasa sangat panjang untuk Bisma terlebih ini pertama kalinya ia mengunjungi Cianjur Selatan. Selama ini Cianjur yang ia kenal hanya Cianjur yang letaknya tidak jauh dari puncak Bogor. Sepanjang perjalanan kendaraan yang dikemudikan secara bergantian dengan bang Lubis melintasi bentangan perkebunan teh. Pada beberapa tempat nampak begitu lenggang dan sejauh mata memandang hanya perkebunan teh sampai ia berpikir mungkin mereka tersesat. Tapi kemudian bertemu perkampungan lengkap dengan pasar, setelah beberapa kilometer bentangan kebun teh lagi, meliuk memenuhi perbukitan dan lembah. Sesekali kendaraannya berpas-pas an dengan truk-truk besar pengangkut kayu.

Bisma menatap google map di ponselnya memastikan perjalananya jalur yang benar.

"Ini baru pertama kali saya kemari bang."

"Sama. Jika tadi dokter tidak ikut mungkin saya akan meminta Frans menjemput di salah satu perkampungan tadi di bawah darimana naik sendiri ke atas."

Udara mulai terasa dingin, matahari mulai condong ke bawah.

"Sudah sampai mana kap. radit?"

"Setengah jam di belakang kita."

Terselip ketakutan setiap Bisma menatap bentangan kebun teh di kanan kiri jalan. Sarah disembunyikan di tempat sangat sempurna untuk sebuah penculikan. Jantungnya berdebar cepat saat terlintas kemungkinan buruk yang menimpa Sarah. Lamat-lamat ia melantunkan doa untuk keselamatan Sarah.

***

Frans memarkir kendaraannya di pinggir jalan, tak jauh dari situ terdapat sungai dengan air yang nampak jernih. Gemericik air yang mengalir ditinggahi suara tongeret , menciptakan suasana asing, jauh dan senyap. Macbooknya mendeteksi keberadaan iwatch tidak jauh dari sini. Frans berusaha menyingkirkan semua dugaan buruk dari benaknya tapi tidak berhasil. Bukan hanya jantungnya yang berdebar cepat, dadanya kini terasa sesak. Bang Lubis melarangnya turun dari kendaraan sebelum petugas datang untuk memastikan tidak ada jejak atau petunjuk yang rusak.

Di titik ini Frans merasa lemah, kalah dan tidak berdaya. Ia tidak akan memaafkan dirinya jika terjadi sesuatu pada Sarah.

***


Run To You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang