Yang ngikutin cerita ini, mau donk like dan komennya....
Sarah berjalan mondar mandir, hatinya merapalkan doa untuk meredam rasa takut dan was-was. Berurusan dengan petugas karena masalah pembunuhan walaupun sebagai saksi membuatnya tidak bisa tidur nyenyak. Hari ini petugas memanggilnya untuk meminta keterangan ulang.
Suara klakson menghentak kesadarannya. Di lihatnya SUV putih milik Frans berhenti di depan pintu pagar rumahnya. Bergegas Sarah menghampiri setelah berteriak pamitan pada Bi Lis. Sesaat ia tertegun melihat penampilan Frans yang berubah total sehingga ia hampir tidak mengenali.
Rambut gondrong Frans yang biasanya diikat asal-asalan kini kelimis dan tersisir rapih ke belakang. Mengenakan kemeja katun kotak-kotak yang tersetrika licin tanpa bekas lipatan. Matanya dibingkai kaca mata berframe hitam. Jika ia biasanya melihat Frans dengan sepatu sneaker kali ini pantovel hitam mengkilat.
"Gimana, terlihat tampan dan mapan kan?" tanya Frans sambil membukakan pintu untuk Sarah.
"Ya...ya..ya..." Sarah menatap Frans sekilas lalu meraih seat belt dan memasangnya.
"Ayolah Sa akui saja. Hanya perempuan nggak normal yang bilang gue nggak tampan."
"Ya Frans kamu tampan dan mapan." Sarah mendengus sebal.
Frans terkekeh, seulas senyum penuh percaya diri menghiasi wajahnya.
Sarah mendelik, "Emang harus ya serapih itu?"
"Biar kelihatan profesional Sa. Gue resmi jadi asisten bang Lubis."
Ya ya Frans sudah nampak seperti pengacara benaran.
Jam menunjuk di angka 9 ketika ia dan Frans sampai kantor petugas, bang Lubis sudah ada di sana. Bang Lubis memberikan beberapa nasehat dan arahan, mengenai kemungkinan beberapa pertanyaan yang akan diajukan petugas. Bang Lubis memintanya bersikap percaya diri, jujur dengan apa yang dilihatnya di tempat kejadian dan seterusnya. "Tenang Sarah, kau tidak bersalah, aku sudah mengantongi bukti kalau kau bukan pelakunya."
Sarah menatap bang Lubis dengan mata terbelalak keheranan,"Ada rekaman CCTV nya?"
"Bukan. Nanti aku jelaskan, sekarang jawablah pertanyaan mereka sesuai dengan apa yang kau lihat."
Petugas yang memeriksanya terdiri dari 3 orang, dua diantaranya yang menanyainya juga saat kejadian. Duduk di hadapannya dengan meja sebagai pemisah. Bang Lubis duduk di sisi kanan dan Frans di sisi kirinya. Frans dengan wajah serius sibuk mencatat di iPadnya. Dia benar-benar menjalankan perannya sebagai asisten bang Lubis.
Di hadapan 3 petugas Sarah menceritakan bagaimana ia menghajar teman korban karena tiba-tiba menciumnya, ia merampas ponsel yang digunakan untuk merekam adegan ciuman itu dan membawanya. Saat di lantai dansa yang agak sesak, tiba-tiba seseorang menarik tangannya dan ia melihat lelaki itu yang tak lain pemilik ponsel, mengerang sambil memegang dada di mana sebuah belati tertancap di sana. Dan ponsel milik korban yang ia simpan di saku rok celananya hilang. Seseorang memanfaatkan kekacauan malam itu dengan mencuri ponsel dari sakunya.
"Kenapa kamu lewat lantai dansa, bukankah itu sulit, berdesak-desakan."
"Karena melewati lantai dansa lebih pintas daripada memutar melewati deretan sofa." Alasan sebenarnya bukan itu, melewati deretan sofa dengan lampu yang remang-remang di mana duduk para pria dan wanita berpakaian seksi bermesraan membuatnya risi.
"Kau yakin tidak melihat sesuatu yang mencurigakan saat di lantai dansa?"
Sarah menggeleng. Ia menarik nafas lega ketika sesi tanya jawab yang berlangsung 3 jam itu selesai walaupun menyisakan denyutan di kepala. Hanya sebagai saksi tapi cukup menguji mentalnya. Kehadiran bang Lubis dan Frans mengurangi rasa takut dan khawatirnya, seperti sebuah kekuatan yang menopangnya untuk tetap bisa menjawab dengan kepala tegak saat beberapa pertanyaan terasa menyudutkan dan menjebak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Run To You (Completed)
General FictionKisah kriminal yang dibalut cerita romantis atau kisah romantis yang dibalut cerita kriminal, yang penasaran baca aja ya.... Bagi Sarah kehidupannya saat ini adalah segera menyelesaikan kuliah sambil mencari uang dengan maksimal agar bertahan hidup...