Terima kasih yang masih ngikutin cerita ini. Bisa diakses gratis sampai tamat.
Sarah memperhatikan Frans yang masuk ke dalam coffee shop, memesan kopi lalu duduk di sebuah kursi menunggu kopi pesanannya sambil mengetikkan sesuatu di ponselnya. Mungkin memang Frans sedang berantem dengan pacarnya, Sarah memejamkan mata sekaligus untuk meredakan kekesalannya karena ia benar-benar ingin segera sampai rumah dan tidur.
Tak lama Frans datang dengan secangkir kopi dan diletakkan pada penyimpanan gelas. Ia memutar kunci kontak. "Sa sepertinya ada yang mengikuti kita." Frans mengarahkan pandangannya pada kaca spion.
"Siapa?" Sarah mengikuti arah pandang Frans. Ia melihat sebuah city car merah, SUV hitam dan kendaraan box di belakang kendaraan mereka.
"SUV hitam itu terlihat sejak kita makan di warung sate. Dia ikut berhenti waktu gue ke mini market, juga saat ke toilet."
"Mungkin kebetulan, arah mereka sama dengan kita. Lo yakin itu mobil yang sama? Flat nomornya sama?"
"Ya."
"Mungkin dia pacar cewek yang lo goda di kelab tadi."
"Pantang buat gue rebutan cewek yang ada cewek rebutin gue."
"Kepedean lo akh."
Ekspresi Frans berubah serius, ia kembali menatap kaca spion samping,"Sepertinya mereka mengikuti lo, Sa."
"Gue?"
"Iya gue lihat pengemudinya salah satu pria yang di kelab tadi."
"Masa sih!" Suara Sarah terdengar tak yakin. Jantungnya mulai berdebar kencang. Hanya satu alasan jika kedua pria itu membuntutinya, mereka mengenalinya sebagai perempuan yang ditabrak saat kejadian penusukan dan tahu ia adalah saksi pada kejadian pembunuhan malam itu. Tapi harusnya mereka tidak mengenalinya, ia kini berkacamata, ya tuhan ia lupa tidak memakai kaca mata! Tapi bagaimana mereka bisa tetap mengingatnya? Kecuali mereka mengikuti berita, mencari tahu dirinya! Sarah merasakan tengguknya meremang, perutnya mulas.
Melalui kaca spion depan Frans melihat perubahan di wajah Sarah.
"Mereka nggak akan mengejar hanya gara-gara lo numpahin soft drink ke tangannya. Apa ini berhubungan dengan penusukan itu?"
"Gue nggak tahu."
Frans menghela nafas, rahangnya mengeras, otot lengannya yang memegang kemudi nampak tegang.
Sarah menoleh ke arah Frans yang pandangan masih terarah ke depan. "Kok belok ke sini Frans?" ketika disadarinya jalan yang mereka lalui bukan lurus keluar dari BSD menuju Pamulang tapi berbelok ke arah jalan utama BSD melalui deretan ruko dan pertokoan lalu berbelok masuk ke sebuah hotel.
"Frans gue benar-benar akan membunuh lo kalau macam-macam."
"Silahkan," sahut Frans dengan nada dingin lalu turun dari kendaraannya. Berjalan memutar menuju pintu di mana Sarah duduk dan membukanya.
"Ayo Sa turun dan bawa tas lo." Frans bicara dengan nada serius.
"Gue mau telepon bang Lubis," ujar Sarah tanpa beranjak dari kursi.
"Teleponlah." Frans terlihat gelisah.
Sarah menghubungi nomor bang Lubis dan langsung diangkatnya.
"Bang Lubis..."
"Ya Frans sudah cerita, turuti saja idenya, aku sedang mengecek flat nomornya."
Tiba-tiba Sarah merasa sekujur tubuhnya lemas. "Turunlah dan jangan lihat ke belakang," perintah Frans sambil menjangkau tas dari tangan Sarah. Ia berdiri di belakang Sarah dengan sikap posesif. Menutup kendaraan dan memijit remotenya.
Tanpa diduga Frans meraih tangan Sarah dan menggenggamnya erat-erat. "Kita harus nampak seperti orang pacaran yang akan cek-in?" Frans tersenyum jahil namun Sarah bisa melihat ketegangan di matanya.
"Mereka masih mengikuti kita?" tanya Sarah hampir mirip bisikan.
"Aku tidak melihatnya masuk kemari."
Sampai di lobi hotel Frans menghampiri meja resepsionis menanyakan barang yang dititipkan untuknya dari tamu kamar 707.
Petugas menanyakan nama dan meminta ktp Frans lalu menyerahkan kunci sebuah kendaraan dan Frans memberikan kunci kendaraannya untuk diberikan pada tamu kamar 707.
Frans melepaskan tangan Sarah begitu mereka masuk lift. Sarah menarik nafas lega.
Frans memijit huruf B.
"Ke basement?"
"Kita tidak menginap di sini sayang tapi kalau kau mau aku tidak keberatan," ujar Frans dengan nada suara santai seperti biasanya.
Sarah mendelik lalu meninju bahu Frans. Frans mengaduh sambil tertawa. Sampai di basement parkiran, Frans menarik Sarah menuju sebuah Range Rover berwarna hitam.
"Masukkanlah." Lalu Frans menutup kembali kendaraannya.
"Mobil siapa?" tanya Sarah saat Frans sudah duduk di belakang kemudi.
"Abang gue, kebetulan lagi nginap di sini."
"Kita kemana?"
"Apartemen gue. Hanya 10 menit dari sini."
"Apa? Anterin gue pulang Frans. Mereka nggak tahu kan kita sudah ganti kendaraan?"
"Kita harus berjaga-jaga Sarah. Lebih berbahaya jika mereka tahu rumahmu, adik-adikmu."
Sarah kembali tegang. Apa yang dikatakan Frans ada benarnya. Lebih berbahaya jika keselamatan adik-adiknya terancam.
"Frans ayah gue bisa membunuh gue kalau tidur di kamar lelaki." Ia memang dididik dengan norma dan sopan santun yang cukup ketat. Value yang ditanamkan kedua orang tuanya didasarkan pada kepercayaan yang mereka anut.
"Yang bahaya itu kalau lelaki dan perempuan satu ruangan tidak tidur, kalau sama-sama tidur ya nggak bahaya. Tenang, Sa, gue lelaki bertanggung jawab." Frans mengedipkan sebelah matanya
Sarah mendengus. "Lo berani macam-macam, gue hajar!" Tentu saja ini bukan gertak sambal. Ia benar-benar bisa melakukannya. Pada titik ini Sarah merasa berterima kasih pada ayahnya yang dulu memaksanya les karate.
"Percayalah gue nggak seburuk dugaan lo," Frans berkata dengan nada sungguh-sungguh yang membuat Sarah tidak enak hati.
Sampai di depan lobi apartemen, Frans mengeluarkan selembar kartu dari dompetnya. "Ini akses masuk apartemen dan kamar gue. Ini nomor kamar gue. Apartemen ini aman, hanya bisa diakses oleh orang yang tinggal di sini. Gue mau ke tempat bang Lubis, mungkin baru pulang besok. Oh ya ini jam tangan lo pake, jadi gue bisa tahu posisi lo." Frans melepaskan jam iwatch dan menyerahkannya pada Sarah.
Sarah tertegun menatap kartu dan jam tangan yang ada di tangannya. Ia berharap semuanya hanya mimpi.
"Ayo sebelum terlalu larut."
Berlahan Sarah membuka pintu mobil. "Frans terima kasih banyak ya."
Frans mengangguk. "Jangan menoleh, gue ngawasin lo sampai masuk lift."
KAMU SEDANG MEMBACA
Run To You (Completed)
General FictionKisah kriminal yang dibalut cerita romantis atau kisah romantis yang dibalut cerita kriminal, yang penasaran baca aja ya.... Bagi Sarah kehidupannya saat ini adalah segera menyelesaikan kuliah sambil mencari uang dengan maksimal agar bertahan hidup...