Bab 37

97 7 2
                                    


Terima kasih yang masih ngikutin cerita ini. Makasih votenya. Oh ya ini adaalah cerita asli imajinasi saya, dilarang repost di aplikasi novel lain ya.....

Menangis bukan solusi, kedua lelaki tadi tidak akan mengasihaninya karena menangis. Mengingat apa yang mereka lakukan di kelab malam, bukan tidak mungkin mereka akan melakukan hal sama padanya. Jadi ia harus melakukan sesuatu untuk keluar dari sini. Sarah berdiri, menarik nafas dalam-dalam, berjalan ke arah tangga, mengangkat kursi tapi kemudian ia menjerit dan membanting kursi yang dipegangnya ketika seekor kecoak meloncat ke lengannya. Dengan panik Sarah mengibas-ngibaskan lengan. Kecoa itu jatuh lalu berlari ke belakang tangga yang gelap. Sarah mengurut dada, menenangkan diri.

Sarah menendang kursi untuk mengusir kecoa lain yang mungkin masih ada di sana. Setelah yakin tidak ada kecoa ia membawa kursi ke bawah lubang angin, berdiri di atas kursi dan menjulurkan tangan tapi lubang angin itu terlalu tinggi untuk digapai. Ia turun dari kursi lalu duduk di lantai. Dadanya terasa sesak, air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan. Setelah terisak beberapa saat Sarah melap air matanya dengan punggung tangan. Ia menarik nafas dalam-dalam mencoba menenangkan diri. Tiba-tiba perutnya terasa sangat lapar. Ia mendekati kantung plastik yang ditinggalkan kedua pria itu ternyata berisi satu botol air mineral ukuran besar, roti sobek dan kemasan stereoform berisi nasi dan ayam goreng. Mereka sepertinya mampir di minimarket.

Sarah menunda keinginannya untuk makan karena kandung kemihnya terasa penuh, tangannya juga kotor dan mulutnya terasa asam. Ia menuju pintu di pojok ruangan di samping tangga, yang ia duga sebuah toilet. Dengan perasaan takut ia membuka pintu, yang ditakutkannya bukan penampakan hantu karena ini pagi hari tapi kecoa. Benar saja ini sebuah toilet. Ada toilet jongkok dan bak mandi bersebelahan. Di atas bak mandi terdapat sebuah jendela dengan kaca yang sudah pecah, walaupun letaknya di atas tapi terlihat lebih rendah dari lubang angin tadi. Setelah cuci tangan, buang air kecil, dan mencuci muka, Sarah naik ke atas bak mandi, menjulurkan kepala ke arah jendela, jauh di bawah sana ia melihat pohon teh yang berbaris rapih, menutup semua permukaan bukit dan lembah. Sarah menduga ruangannya tempat berada di sebuah ruang bawah tanah di atas bukit yang berbatasan dengan lembah. Tidak ada harapannya untuk bisa kabur melalui jendela ini. Kali ini Sarah membiarkan dirinya menangis dengan suara keras.

***

Frans terbangun karena bunyi bel di apartemennya. Ia mendapati diri tidur dalam keadaan duduk di sofa. Rupanya ia ketiduran setelah berdoa. Ingatan tentang doa dan malam tadi membuat jantung Frans kembali berdegub kencang. Bagaimana kabar Sarah?

Bel kembali berbunyi. Frans berjalan menuju pintu, ia mengintip dari lubang di tengah pintu. Dilihatnya Elvan berdiri di depan pintu.

"Pagi Frans, sori ganggu," kata Elvan sambil menggaruk-garuk rambutnya walaupun tidak gatal, begitu Frans membuka pintu.

"Gue bawain sarapan nih buat lo," Elvan mengacungkan plastik berisi kemasan makanan lalu membuntuti langkah Frans dan duduk di sofa.

"Gue ke toilet dulu."

Tak lama Frans kembali dengan wajah segar lalu duduk di hadapan Elvan,"Tumben datang pagi-pagi bawain gue sarapan pula, ada apa?" Frans membuka kemasan makanan yang ternyata berisi bubur ayam lengkap dengan sate telur puyuh dan ati ampela.

Wangi bawang goreng dan seledrinya menerbitkan selera makan. Frans mengaduk buburnya menjadi satu lalu menyuapnya.

"Lumayan enak. Thank's ya."

"Frans gue minta minum ya. Lo mau sekalian gue ambilin, air putih atau teh."

"Air putih aja. "

Tak lama Elvan kembali lalu meletakkan dua gelas berisi air putih di meja.

"Sori banget Frans gue butuh bantuan lo. Bokap gue sakit jadi nggak bisa kirim uang buat bayar UKT. Uang simpanan gue kurang. Bisa ya Frans pinjemin gue, 8 juta, bayarnya gue cicil."

"Butuhnya kapan?"

"Terakhir bayar besok."

"Kirim aja no rek lo nanti gue transfer."

Elvan merogoh ponsel dari celananya.

"Udah gue kirim."

Frans tertegun, ia baru ingat ponselnya yang rusak. Buru-buru ia menghabiskan sarapannya. Lalu berjalan ke rak. Ia membuka laci, mengeluarkan ponsel lamanya lalu memindahkan simcard dari ponsel yang rusak ke sana.

"Bagaimana ceritanya sampai Iphone lo rusak parah begitu Frans?" Elvan yang mengamati Frans bertanya.

"Jatuh." Butuh waktu beberapa saat untuk simcardnya bisa sinkron dengan semua aplikasi di ponsel lamanya.

Frans lalu menyalakan macbooknya dengan tergesa-gesa, ia baru ingat iwatch yang dipinjamkan pada Sarah. Jadi harusnya keberadaan Sarah bisa ia deteksi. Secercah harapan yang membuat Frans melonjak kegirangan namun tidak serta merta menghilangkan rasa khawatirnya, bagaimana jika terlambat? Ia menyesali diri karena semalam tidak teringat soal iwatch itu

"Yes!" teriak Frans begitu ia melihat di macbook, iwatchnya terdeteksi di suatu tempat. Frans mencoba menzoom untuk melihat detail tempatnya, Cianjur Selatan, tepatnya berjarak 160 km dari apartemennya. Bisa diduga para penculik itu semalaman menyetir. Frans menelan ludah, mengingat jeda waktu lama itu membuat berbagai kemungkinan buruk bisa terjadi sebelum petugas menemukan Sarah.

Elvan yang dari tadi memperhatikan bertanya,"Ada apa Frans?"

"Van, lo bisa nggak nolongin gue. Nememin gue ke Cianjur Selatan."

"Kapan?"

"Sekarang."

"Cianjur yang deket puncak Bogorkan?"

"Ini nggak jauh dari puncak Bogor," Frans mengamati lagi lokasi iwatch."Lo ada jadwal kuliah hari ini?"

"Siang."

"Bisakan bolos?" Frans membalikkan badan, dilihatnya raut wajah bingung Elvan.

"Memang harus sekarang ya, maksudnya tidak bisa sore abis gue kuliah berangkatnya."

Frans menggeleng.

"Penting ya?"

"Ya," Frans meranjak dari kursi, masuk ke kamar tidak lama kemudian kembali dengan membawa baju, celana, jaket dan tas ransel.

"Menginap?"

"160km nggak mungkin bolak-balik, bisa gempor nyetirnya."

Elvan menggigit bibir, pilihan bolos kuliah adalah hal sulit tapi lebih sulit jika dia tidak bisa membayar UKT.

"Gue bisa bolos tapi pinjaman gue bisakan lo transfer hari ini?"

"Pasti."

"Tapi gue nggak bawa baju ganti Frans."

"Pake baju gue aja."

"Ada apa sih Frans lo keliatan panik. Keluarga lo ada yang sakit parah di sana?"

"Nanti gue cerita di jalan. Kita harus segera berangkat."

***  

Gak seru ya kalau tempat penyekapan Sarah langsung ketahuan dari iwatchnya. Biar seru dan dramatis, ngikutin terus ceritanya ya.....

Sekali lagi terima kasih yang ngikutin cerita ini. Ditunggu komentarnya 

Run To You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang