Masih lanjut nih ceritanya, ga kerasa bentar lagi ceritanya tamat. Yang nggak sabar nunggu endingnya, pantengin terus ya...
Jangan lupa follow akunnya, biar update terus. Setelah Run to You tamat bakal ada cerita baru yang manis dan bikin greget ...
Sarah duduk menyandar pada tembok sambil memeluk lutut. Melalui lubang angin ia bisa melihat langit yang kelabu, entah cuaca mendung atau waktu menjelang magrib, ia tidak tahu. Iwatch yang dipinjamkan Frans entah kemana. Mungkin kedua orang itu melepas dan membuangnya saat ia tidak sadarkan diri. Situasinya saat ini buruk, ia tidak menemukan jalan atau cara untuk melarikan diri tapi ia bersyukur kedua lelaki itu tidak melakukan apa-apa terhadap tubuhnya. Ia sudah memeriksa, meraba dan merasai area pribadi di tubuhnya dan tidak merasakan ada kejanggalan. Namun tidak mengenyahkan ketakutannya begitu saja, bagaimana kalau nanti mereka melakukannya? Ia harus bersiap untuk melawan sampai titik darah penghabisan. Sarah mengepalkan jari-jari tangannya. Matanya memindai seluruh ruangan, mencari sesuatu yang sekiranya bisa ia jadikan alat untuk membeli diri, sayangnya ia tidak menemukan. Tidak mungkin menggunakan gayung kamar mandi yang berbahan plastik. Think Sarah, think! Sarah memaksa dirinya berpikir keras, mencari akal.
Seberkas cahaya membelah langit disusul suara petir. Tak lama titik air turun dari langit. Langit berubah menjadi hitam. Ruangan tempatnya berada bertambah gelap. Udara semakin terasa dingin. Tadi Sarah mencoba menyalakan stop kontak tapi tidak ada lampu yang menyala. Sarah merasakan bulu kuduknya meremang. Ia merapalkan semua doa yang dihapalnya dengan suara hampir berbisik. Di luar hujan makin deras ditingkahi angin dan petir. Udara dingin kian menusuk membuat gigi Sarah gemeretuk. Sarah memejamkan mata, berharap segera tidur walaupun ia tidak mengantuk sedikitpun tapi tidur salah satu cara mengusir rasa takutnya.
Tiba-tiba Sarah merasakan sesuatu merayap di kakinya. Ingatan tentang kecoak membuat Sarah menjerit sambil mengibas-ngibaskan tangan kesana kemari dengan panik dan nafas memburu, dadanya berdebar kencang. Ia berdiri dan berpindah posisi, matanya awas menatap sekeliling yang gelap ketika tatapan matanya jatuh ke bawah tangga, Sarah terkesiap karena merasa sepasang mata di sana tengah memperhatikannya. Sarah menarik nafas mencoba memenangkan diri. Pasti itu hanya halusinasinya, mungkin pantulan dari cahaya kilat. Rasa takut kadang menciptakan imajinasi yang lebih menakutkan dari kenyataan itu sebabnya setelah menonton film honor rasa takutnya masih terasa hingga beberapa hari. Itu juga salah satu sebabnya tidak pernah menonton film honor, seviral apapun film itu, ia tidak tertarik menonton. Cukup mendengarkan Alin atau Elvan menceritakannya. Kedua temannya itu penyuka film horor selain drama romantis.
Sarah buru-buru mengalihkan tatapannya dari sana. Dienyahkannya beragam ketakutan dari benaknya dengan cara berjalan mondar-mandir sambil membayangkan hal-hal menyenangkan sebelum ia berada di sini. Hal-hal random yang suka ia lakukan bersama Alin seperti menghabiskan beberapa jam dengan duduk di kursi trotoar jalan BSD sambil menyesap kopi. Tengah malam menikmati mie di warung warmindo yang buka 24 jam. Ke Bioskop hanya untuk membeli popcorn dan menghabiskannya di sana. Naik KRL pagi di jam orang berangkat kerja hanya untuk merasai suasananya. Sesi latihan yang selalu menyenangkan dan semangkuk sup kambing panas, entah kenapa ia tiba-tiba teringat sup kambing Madura.
Rasa lelah membuat Sarah kembali duduk. Di Luar hujan sudah berhenti. Sesekali terdengar suara burung hantu. Sarah memejamkan mata, berusaha untuk tidur.
Sayup-sayup Sarah mendengar suara tangisan pelan seorang anak kecil. Ia membuka matanya dan mendapati dirinya berada di sebuah kebun teh. Ia menoleh mencari asal suara, lalu dilihatnya seorang gadis kecil dengan bercucuran air mata menatapnya. Gadis itu mendekap sebuah boneka beruang berwarna coklat. Gadis kecil itu pasti tersesat. Sarah berjalan mendekatinya tapi gadis itu malah berlari ke arah barisan kebun teh hingga hilang dari pandangannya. Sejenak Sarah merasa bingung. Bagaimana ia berada di sini dan bagaimana gadis sekecil itu berada di sini seorang diri. Ia harus pulang, Bi Lis dan adik-adiknya sudah menunggu di rumah. Apakah Alin sudah mengabari bi Lis jika ia akan pulang terlambat. Tapi ia tidak tahu arah pulang, sejauh mata memandang hanya kebun teh. Sarah dilanda ketakutan karena tidak bisa pulang. Lalu matanya menangkap gadis kecil itu, tengah menatapnya sambil menangis. Lalu sebuah bayangan hitam menarik tangan gadis kecil itu dan membuatnya menjerit karena terkejut. Kemudian Sarah mendapati dirinya berada di ruangan gelap ini dengan nafas tersengal-sengal. Mimpi buruk! Pikir Sarah sambil mengurut-ngurut dadanya untuk menenangkan diri. Rasa kantuknya hilang kini ia jadi takut untuk memejamkan mata khawatir mimpi itu datang lagi.
Tiba-tiba ia mendengar tangisan gadis kecil itu lagi. Tidak! Itu pasti hanya halusinasi dari mimpi yang baru dialaminya. Tempatnya berada jauh dari mana-mana. Ataukah rumah ini berpenghuni? Sarah menajamkan pendengarann ya, suara itu datang dari luar bukan dari atas pintu masuk ruangan ini. Tidak mungkin! Itu pasti suara burung hantu yang menyerupai suara tangisan anak kecil. Buku kuduknya meremang juga bulu di tangannya. Sarah merapalkan doa kali ini dengan suara agak keras untuk menyaingi suara tangisan itu sambil memejamkan mata, berharap tertidur. Seketika Sarah meloncat kaget ketika terdengar sebuah bisikan yang begitu dekat,"Ka, tolong aku." Pasti mimpi! Hanya mimpi! Sarah mengatur nafas, jantungnya berdebar depat, buku kuduknya meremang. Air matanya jatuh karena rasa takut. Ia menahan diri untuk tidak terisak. Melisa. Sarah yakin gadis kecil itu bernama Melisa walaupun ia tidak ingat bagaimana ia bisa tahu.
Tiba-tiba Sarah merasakan sesuatu merayap pelan di betis, spontan ia menghentakkan kaki sambil terteriak dan berlari ke sisi lain. Sarah menjerit dan mengibaskan tangan saat menangkap bunyi kepak sayap serangga mendekat ke arahnya. Ia berlari kenaiki anak tangga, menggedor-gedor pintu sambil berteriak dengan air mata bercucuran,"Buka! Buka! Tolong buka pintunya! Aku mohon! Tolong! Buka..." Lalu entah bagaimana Sarah kehilangan keseimbangan hingga jatuh terjerembab dari tangga. Pelipisnya terbentur lantai, denyutan rasa sakitnya merambat hingga kepala. Sarah menyebut nama Tuhan berkali-kali sambil menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Run To You (Completed)
General FictionKisah kriminal yang dibalut cerita romantis atau kisah romantis yang dibalut cerita kriminal, yang penasaran baca aja ya.... Bagi Sarah kehidupannya saat ini adalah segera menyelesaikan kuliah sambil mencari uang dengan maksimal agar bertahan hidup...