Bab 9 Sudah jatuh tertimpa tangga

80 14 1
                                    

Terima kasih yang masih mengikuti cerita ini...


Jam menunjuk di angka sembilan ketika Sarah keluar dari rumah Alin. Ia berniat pulang selepas magrib tapi malah ketiduran di sofa. Setelah dipikir-pikir pulang lebih malam ternyata membawa keuntungan karena kemungkinan kecil bertemu dengan tetangga yang mungkin beberapa dari mereka melihat atau membaca berita mengenai dirinya di televisi atau berita di media sosial. Sarah menstarter motor matiknya, membunyikan klakson sebagai tanda pamit. Udara dingin menerpa wajah hingga terasa kebas ketika ia melaju membelah jalanan perumahan yang lenggang. Sarah memacu kendaraannya lebih cepat, ia ingin segera sampai di rumah dan membuka laptop, merevisi tugas akhirnya. Ada perasaan tenang ketika mengetahui bang Lubis akan mendampinginya jika pihak polisi membutuhkannya selama proses penyelidikan. Bisa dibilang ia berhutang budi pada Frans, hal yang paling tidak ia sukai berhutang budi pada seseorang . Tapi ini semua gara-gara ide Frans ke kelab malam kan?

Tiba di sebuah pertigaan jalan sekaligus gerbang utama jalan keluar masuk perumahan, karena lenggang Sarah langsung belok ke kanan, bersamaan dengan itu sebuah sedan hitam melaju dari arah belakang. Kedua kendaraan saling menyerempet. Sarah tersentak kaget, ia mencengkram rem depan motor, tapi motor malah melaju terhentak-hentak dan hilang keseimbangan, motornya kembali menyerempet sedan hitam  di sampingnya, kembali ia mencengkram rem, hentakan motor makin keras, sampai ia tersadar tangannya yang mencengkram stang dengan keras otomatis menarik gas karena motornya matik. Sarah melepas genggaman di stang kanan, bersamaan dengan itu, mobil di sampingnya kembali mengenai body motornya, ia kehilangan keseimbangan, semuanya terjadi dengan cepat, hingga akhirnya ia jatuh terjerembab ke trotoar. Motornya jatuh dengan bagian stang menimba betisnya. Ia merasakan otot di betis kanannya seperti ditarik sehingga tidak bisa digerakkan. Berlahan rasa sakit itu merambat hingga kepala. Namun ia berhasil menarik satu kakinya yang tidak cedera hingga bisa duduk.

Seorang lelaki berjaket seragam ojek online mendekati dan menanyakan keadaannya.

"Hanya keseleo," Sarah berkata tanpa ditanya. Ketika dilihatnya abang ojek online melihat ke arah sedan hitam dengan tatapan berang Sarah cepat-cepat berkata,"Saya yang salah Pak, belok tanpa tengok kanan-kiri." Tanpa diminta si Bapak ojol mendirikan motor Sarah yang posisinya terjatuh, memarkirkan di sampingnya dan menyerahkan kuncinya.

"Yakin hanya keseleo Ka?" tanyanya sambil membungkuk.

"Ya."

***

Bisma masih mencengkram setirnya erat-erat walaupun  sudah berhenti. Jantungnya berdebar kencang, kejadian beberapa menit lalu benar-benar mengangetkannya. Apakah pengendara motor itu terluka parah? Walaupun jelas yang salah pengendara motor, hukum jalanan antara motor dan mobil tidak seperti itu, tetap mobil  yang disalahkan jika tanpa saksi. Di titik ini ia menyesal belum memasang kamera di dash boardnya. Ia melihat kaca spion kanan, dilihatnya pengendara motor itu terduduk, seorang pengendara motor dengan jaket ojek online berhenti, terlihat mereka bercakap-cakap lalu pengendara ojek online itu mendirikan motor yang terjatuh. Tidak terjadi luka serius jika pengendara itu masih bisa duduk dan bercakap-cakap, pikir Bisma.

Bisma menghela nafas, melepas sabuk pengaman, membuka pintu dan keluar dari kendaraannya. Kekhawatiran pada pengedara motor tadi berubah jadi kesal. Terlebih setelah ia melihat guratan panjang di pintu di kendaraannya dan meraba kedalamannya. Lalu ia mengalihkan pandangan pada pengendara motor yang masih terduduk di trotoar. Bisma mengepalkan tangan, betapa ia ingin melontarkan makian pada pengendara motor itu tapi saat bersamaan ia berdoa semoga pengendara itu tidak terluka parah karena jika terluka parah, masalahnya akan berbuntut panjang dan bukan tidak mungkin malah dirinya yang diminta bertanggung jawab walaupun ia tidak bersalah.

Sarah melihat seorang lelaki berkaca mata, dengan perawakan tinggi, keluar dari sedan yang tadi ditabraknya. Lelaki itu membungkuk mengamati goresan memanjang di kendaraannya lalu menyentuhkan tangannya di sana sebelum berjalan ke arahnya.

Dalam hati, Sarah meruntuki diri sendiri, penyesali keteledorannya, menyebut nama Tuhan untuk menahan rasa nyeri di betisnya yang terus berdenyut. Harinya terasa buruk sempurna saat ingatannya kembali ke kejadian malam kemarin. Sarah mengerjap-ngerjapkan matanya yang terasa panas. Jangan menangis Sa, be brave lo bukan anak kecil lagi, bisik hati kecilnya.

"Bagaimana keadaannya, Pak? Dia langsung belok kanan, saya kaget tidak sempat ngerem," ujar Bisma itu pada pengendara Ojek online. Dilihatnya pengendara itu terduduk mengurut-ngurut kaki kanannya.

"Hanya keseleo kayaknya, Pak." Tukang ojek online berjongkok,"Nggak berdarah kan Ka?"

Bisma menghela nafas, ya tidak heran pengendaranya seorang perempuan, mungkin ibu-ibu. Astaga, harusnya ia sudah bisa menduga kalau pengendaranya seorang perempuan.

"Iya Pak hanya keseleo."

Bisma tertegun ketika pandangannya jatuh pada perempuan yang diserempetnya, seorang perempuan muda, mungkin usianya sekitar awal 20 an. Ya tidak heran juga kejadiannya seperti ini, abg labil mengendarai motor. Semua teguran yang sudah ia siapkan seperti tersangkut di tenggorokan, terbersit rasa iba tapi juga kesal,"Kaki kamu? Tidak berdarah?" Bisma jongkok, mengamati kaki yang terbungkus celana kulot sebatas betis dan sepatu boots berwarna coklat. Model sepatu yang cukup mencolok saat banyak orang lebih suka mengenakan sepatu kets.

"Hanya keseleo. Ga apa-apa kok Om," jawab Sarah  sambil meringis. Ya mungkin hanya keseleo tapi rasa sakitnya luar biasa, kalau tidak malu ingin rasanya ia mengaduh. 

Run To You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang