Makasih buat yang masih ngikutin cerita ini.....
Sarah terbangun ketika sinar matahari yang menerobos masuk melalui kaca jendela tanpa gorden mengenai matanya. Wajahnya terasa panas. Ia harus menjatuhkan diri dari sofa untuk menghindari sinar matahari yang menyilaukan mata. Hampir menjelang pagi akhirnya ia bisa tidur karena memikirkan beragam kemungkinan yang bisa terjadi.
Pilihan menginap di apartemen Frans bukan pilihan nyaman. Ia belum mengenal Frans kecuali reputasinya sebagai bad boy seperti yang diceritakan teman-teman bandnya.
Dengan langkah gontai Sarah menuju kamar mandi. Kepalanya terasa sakit efek kurang tidur dan kelelahan. Ia mencuci muka dan kumur-kumur. Perut keroncongannya spontan mendorong Sarah berjalan menuju pantry, mencari makanan. Toples berisi kopi, gula, teh, creamer, sereal, macam-macam selai dan madu berderet rapi di meja pantry. Di ujung meja terdapat mesin pembuat kopi.
Sarah membuka lemari pendingin, nampak sepotong pizza yang sudah kering, beberapa kaleng minuman bersoda dan sebatang coklat. Sarah kembali menutupnya. Ia meraih cangkir yang tergantung di rak dan mengisinya dengan air mineral. Duduk di sofa, meneguk airnya dengan mata berkeliling mengitari apartemen Frans yang tak sempat diperhatikannya semalam. Apartemen dengan desain minimalis namun tidak meninggalkan kesan mahal. Didominasi warna putih dan hitam memberi kesan maskulin. Rak setinggi tembok di samping pintu kamar diisi deretan buku, cd film, miniatur aneka kendaraan, godam dan alat musik. Sebuah tv besar menggantung di tengah-tengahnya.
Di depan dinding kaca yang menghadap balkon, terdapat meja dengan computer pc. Di sampingnya terletak gitar dalam posisi berdiri, speaker dan satu set drum elektrik.
Bunyi bel mengagetkan Sarah.
"Siapa?" teriaknya, tak ada jawaban.
Bel kembali berbunyi. Sarah menepuk jidatnya sendiri setelah menyadari orang di luar tidak bisa mendengar suaranya karena apartement didesain kedap suara.
Sarah mengintip dari lubang kecil yang ada di tengah pintu, terlihat Frans dan bang Lubis berdiri di depan pintu.
Dengan susah payah Sarah menggeser sofanya ke samping dan membuka pintu. Untuk mengantisipasi segala kemungkinan, semalam ia menggeser sofanya hingga tepat di depan pintu masuk.
"Hai," sapa Frans begitu pintu sedikit terkuak.
"Sori sofanya gue geser."
Frans hanya mengangguk lalu menyelinap masuk dan membantu Sarah mendorong Sofa ke tempat semula sehingga pintu bisa terbuka lebar dan bang Lubis masuk.
"Kantung belanja semalam ketinggalan di mobil," Frans mengacungkan tas belanja. "Wa dari gue belum dibaca ya?" tanya Frans.
Sarah menggeleng lalu meraih ponsel yang tergeletak di meja dan membuka pesan wa.
Sa, gue ke apartemen jam 10 an.
Kalau mau mandi ada handuk bersih di laci bawah wastapel.
Ada sikat gigi baru juga di sana
Kalau mau ganti baju pake kaos gue aja di lemari. Pesan yang membuat Sarah menggidikkan bahunya, yang benar saja, pikirnya.
Belanjaan semalam kebawa mobil gue
Mau dibawain sarapan apa?
Sarah membalas pesan Frans. Thank's.
Lalu dia berdiri dan berjalan menuju wastapel. Mencari sikat gigi dan handuk yang dimaksud Frans. Selesai mandi Sarah bergabung dengan bang Lubis dan Frans di sofa dan ia masih mengenakan pakaian yang dikenakannya semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Run To You (Completed)
General FictionKisah kriminal yang dibalut cerita romantis atau kisah romantis yang dibalut cerita kriminal, yang penasaran baca aja ya.... Bagi Sarah kehidupannya saat ini adalah segera menyelesaikan kuliah sambil mencari uang dengan maksimal agar bertahan hidup...