KERJA

251 15 0
                                    

Lia hanyalah gadis lugu dan polos yang tidak tau kerasnya dunia luar. Efek keluarga broken home membuat dia hidup mandiri. Tak jauh berbeda denganku sebenarnya, aku juga sudah hidup mandiri sejak awal masuk kuliah sekitar empat tahun lalu. Menyukai rokok elektrik membuat aku membuka usaha buat membuat toko rokok elektrik, dengan modal dari papa dan mama akhirnya usahaku bisa seperti sekarang, walau tidak terlalu besar setidaknya aku bisa beli mobil dan motor impianku sendiri. Saat tau Lia hancur karena kehilangan pekerjaan bisa saja dulu aku suruh dia kerja ditempatku daripada aku buang-buang uang untuk ngegaji dia di tempat Clara, tapi entah kenapa menurutku dia tidak cocok bekerja di kiosku karena pengetahuan dia yang begitu minim.

"Kamu serius Zee ?" Tanya Clara saat aku menemuinya untuk meminta pekerjaan untuk Lia.

"Iya Cla, ayolah tolongin aku. Kasihan dia." 

"Sejak kapan kamu begini ? Ini gede banget lho pengorbanan kamu buat seseorang yang baru saja kamu kenal." 

"Gak tau juga sih, pokoknya lihat dia itu kasihan aja, jadi kaya keingat sama adik aku Cla, usia mereka juga sama kan, jadi aku kaya yang kasihan aja gitu." 

"Ya tapi kan kasir itu masalah keuangan Zee, aku gak bisa sembarangan kasih posisi itu ke orang." 

"Satu bulan aja Cla, kalau kerjanya  gak bener dia akan cabut. Aku janji." 

"Oke. Satu bulan aja ya Zee ?" 

Aku tau cafe milik Clara dia bangun dengan susah payah. Dia juga tidak mudah percaya dengan orang lain, apalagi dia bangun cafe itu bersama dengan Jo, cafe bersama yang akan mereka gunakan untuk kehidupan mereka mendatang. Tapi entah kenapa aku percaya bahwa suatu saat pasti Clara juga akan dekat dengan Lia. Aku yang menggaji Lia atas nama Clara, dan tidak ada yang tau tentang hal itu selain teman-teman belok. Akupun menutup rapat-rapat hal ini agar jangan sampai Lia tau, aku tidak mau dia kecewa. Dan benar saja dugaanku baru sebulan kerja Clara sudah menyukai Lia bahkan pda bulan berikutnya Clara mengambil alih tentang Lia di cafe miliknya.

"Ternyata dia rajin dan pinter loh Zee. Aku suka sama kinerja dia. Aku ambil deh ya  mulai bulan depan dan selanjutnya." Kata Clara.

"Ambil Cla, bener kan dugaaanku kalau Lia bisa dipercaya." 

"Ciet .... Ada apa nih ? Jangan bilang ya Zee ...." Goda Clara.

"Aku udah kasih peringatan pokoknya Zee, jangan bikin Lia belok ya ?" Kata bang Fay.

"Iya bang aku inget. Tuh dengerin Cla." 

Clara ketawa terbahak melihatku sedikit manyun karena bang Fay yang sudah dengan tega melarangku kesekian kalinya untuk tidak membelokkan Lia. Tapi serius aku gak ada niat begitu. Aku cuma seneng aja ngelihat Lia, selama ini aku menutup diri, tapi Lia ini anaknya terlalu aktif sehingga membuatku merasa nyaman bergaul dengan dia. Meskipun usia dia terpaut jauh dibawahku tapi dia cukup asyik untuk diajak ngobrol.

**** 

Mengunjungi kios vapor sudah kujadwalkan setiap dua hari sekali. Lia tidak pernah tau kalau aku punya usaha ini. Yang dia tau aku hanyalah mahasiswa biasa yang hidup mandiri. Biarlah aku juga tidak ingin dia tau banyak tentangku. Aku tidak ingin dia terlalu banyak mengenal sekelilingku sehingga nanti dia malah tau tentang aku dan siapa aku, jujur saja meskipun tidak ada apa-apa diantara kita tapi aku masih belum berani jujur kalau aku adalah seorang perempuan tomboy atau butchi. 

"Misi kak." Ada seorang anak SMA masuk ke kiosku. 

Kebetulan karyawanku sedang istirahat makan siang jadi aku yang menunggu toko sendirian. 

"Iya silahkan." Kataku ramah.

"Mau lihat-lihat liquid kak." Katanya.

"Iya silahkan tester juga ada kalau mau." 

Anak SMA tersebut duduk di depanku, dia meletakkan ponselnya di meja etalase kami. Lalu dia melihat-lihat liquid yang ada di dalam etalase, sampai tanpa sengaja aku melihat ponselnya menyala dan kulihat wallpapernya seperti gambar seseorang yang tidak asing. 

"Halo kak ." Ucapnya saat mengangkat telpon.

"Iya sekitar tujuh ratus lima puluh ribu kak, pikniknya ke Bali selama tiga hari. Iya oke." 

Telepon mati. Dia kembali meletakkan ponselnya yang masih menyala, aku kembali melihat wallpapernya dan aku benar-benar tidak salah lihat kalau itu adalah Lia.

"Kamu Lando ?" Tanyaku begitu saja. 

"Kok tau ?" Tanyanya heran. 

"Aku teman Lia." 

"Oh iyakah ? Aku Lando kak, adik Lia. Aku gak tau semua teman-teman Lia soalnya." 

Darisitulah awal perkenalanku dengan Lando. Perkenalan pertama kami berlangsung lama dan asyik. Seperti remaja pada umumnya, Lando tidak terlalu banyak bicara, dia hanya bicara seperlunya dan sangat cuek. Entah kenapa sejak hari ini aku merasa ingin sok akrab dengan Lando. Kuanggap dia seperti adikku sendiri dan kuberikan apa yang dia mau meskipun kadang dia tidak minta. 

***** 

Aku terbangun karena lapar yang melanda. Entah kenapa semenjak mengenal Lia nafsu makanku jadi bertambah. Ingin ku bangunkan Lia untuk mengajak dia makan di dini hari, tapi melihat dia tidur dengan nyenyak aku sangat tidak tega. Aku melihat wajah polosnya  yang lelah. Dia memang tidak cantik, tapi entah kenapa begitu menarik untukku. Aku mengusap pipinya yang mulus tanpa jerawat sedikitpun. Entah kenapa melihat bibir mungilnya membuatku ingin sekedar mengecupnya. Awalnya aku sempat memukul kepalaku sendiri agar tidak  terlalu jauh melangkah, tapi sepertinya jiwa butchiku tidak bisa lagi kusembunyikan ketika melihat seorang perempuan cantik tidur di sebelahku. Lia mengubah posisi tidurnya membuat belahan dada mungilnya sedikit terbuka. Disaat seperti ini aku benar-benar tidak bisa bekerjasama dengan otakku, dengan berani ku kecup bibirnya dan kulumat pelan. Setelah sepersekian detik aku melepasnya, aku tak berani melanjutkannya lagi karen takut Lia akan terbangun. Aku melangkah dari ranjang menuju sofa. Kunyalakan rokokku, sekarang aku baru sadar kalau aku sudah mulai jatuh hati pada gadis polos itu. 

"Kamu suka ya sama Lia ?" Tanya Lando begitu aku menemuinya di sekolah untuk memberikan dia uang saku. 

Aku lebih sering mendekati dan menemui Lando semenjak aku menyadari bahwa aku menyukai Lia. Bisa dibilang aku ingin mengambil  hati adiknya dulu sebelum Lia, ya meskipun kecil kemungkinan setidaknya semoga lama-lama juga Lando mengijinkan aku untuk pacaran sama Lia. 

"Hah ?" 

"Lia gak mungkin serutin ini ngasih aku uang jajan karena aku  tau gimana hematnya Lia, lagian setiap pemberian uang sakunya besar lho ini. Kamu gak lagi nyogok aku kan buat ngedukung perasaan kamu ke Lia ?" Tanya Lando lagi. 

"Aku .... " 

"Aku gak mau tau dan gak mau ikut campur gimana urusan yang menyangkut Lia. Aku sayang sama Lia, apapun itu asal dia seneng aku ikut-ikut aja. Lia udah aku anggap sebagai ibu sendiri, bahkan kalau disuruh milih aku lebih milih Lia dibanding ibu. Kalau emang kamu bisa nyenengin Lia, ya silahkan. Gua  gak perduli mau lu belok ato normal. Tapi sekali lu nyakitin Lia kaya apa yang dilakukan Ardan, gue habisin lu." 

cinta yang sakit(gxg) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang