FITNAH BESAR

225 8 0
                                    

Sejujurnya aku tidak terlalu suka dengan ide bang Fay untuk tidak mengijinkan aku bertemu dengan Lia. Aku tau bagaimana Lia, dia pasti akan merasa galau dan bimbang disaat seperti ini, bukan tidak mungkin jika dia benar-benar akan memilih pergi menjauhiku seperti beberapa saat lalu saat dia kembali bersama Ardan. Lia manusia normal, dia tumbuh dan dikelilingi dengan orang dan kehidupan normal, bukan tidak mungkin jika dia akan memilih pergi, aku ingin protes pada bang Fay kenapa dia memberikan saran seperti itu pada Lia, tapi aku tidak bisa. Hari-hari kulalui dengan hampa. Tidak ada Lia disampingku. Biasanya ketika aku membuka dan menutup mata aku melihat Lia disampingku, aku bahkan tidak pernah bisa tidur karena mengingat Lia, aku sering membelai bantal tempat Lia tidur, kuciumi dan kurasakan kehadiran Lia disisiku. 

"Lia tidur." Begitulah kata Lando. Setelah itu dia matikan telpon dan mengirimkan poto Lia yang sedang tertidur pulas.

"Lia nyuci baju."  Sesetik kemudian Lando mengirimkan foto Lia sedang mencuci baju. 

Seolah tau apa yang aku fikirkan kadang cuma mengirim pesan memanggil nama Lando saja dia langsung mengirimkan apa saja aktifitas yang dilakukan oleh Lia. 

"Lia baik-baik aja kan Do ?" Tanyaku. 

"Kan tiap hari juga udah aku kirimin pap Lia sih, sampai aku jarang keluar rumah lho cuma demi kasih kabar Lia ke elo." Kata Lando.

"Iya percaya. Aku cuma khawatir terjadi sesuatu sama Lia." 

"Aman sih sama aku." 

"Aku bawain nasi geprek kesukaan Lia. Nanti kasih ke Lia ya."

"Yaelah, antar aja sendiri."

"Ayolah Do." 

"Ah gangguin aja sih, baru juga gue mulai billyardnya." Ucap Lando kesal. Tapi tak lama kemudian dia beranjak keluar. 

Lando memang begitu orangnya. Dia suka marah-marah tapi hanya sekedar omelan belaka, selanjutnya dia tetap melakukan apa yang menurutnya  baik. Aku sengaja menemuinya di tempat billyard karena aku tau dia sangat hobi billyard. 

"Zee, ngeroom yuk ." Ajak Dara. 

Selama Lia menyendiri Dara seperti sengaja untuk mendekatiku, dia bahkan suka ikut kemana pun aku pergi, aku pikir tidak masalah karena aku dan Dara memang tidak ada hubungan apa-apa. Mungkin dengan begini dia bisa lebih baik lagi, bisa menerima keadaan bahwa aku dan dia hanya sebatas teman. 

"Seru juga Dar, kamu ajak temen-temen yang lain ya ?" 

"Oke Zee." 

Aku dan Dara pergi menuju tempat karaoke langganan kita. Dara mengajak beberapa  teman beloknya, bukan dari circle bang Fay. Tapi aku juga mengenalnya saat kita masih pacaran dulu. Dara banyak minum, aku juga minum alkohol untuk menghilangkan rasa rinduku pada Lia.

"Zee .... Aku masih sayang sama kamu Zee." Kata Dara sambil mabok.

"Dar udah yuk stop kamu minumnya, kamu udah mabuk parah Dara." Kataku.

"Zee bawa  balik aja Dara." Kata Mel salah satu buci teman kami.

"Iya ini juga mau balik. Kita berdua  balik dulu ya ?" 

Kita berdua pamit pulang. Awalnyaaku mau antar Dara pulang ke rumahnya, tapi karena jauh dan aku ngerasa udah ngantuk aku berfikir untuk membawanya pulang ke rumahku. 

"Zee.. Kenapa sih kamu gak mau ngasih kesempatan buat aku ?" Tanya Dara begitu kita sampai di rumah. 

"Dara udah deh, gak usah bahas masalah ini lagi. Sekarang kamu tidur aja, aku ngantuk." 

Aku beranjak  meninggalkan Dara, tapi Dara mengejarku dan memelukku. Dia bahkan menangis dipelukanku. Aku mencoba untuk mendorong Dara, tapi tenaga Dara cukup kuat juga, bahkan Dara meraih bibirku dan mengecupnya.

"Dara stop !" Bentakku.

"Kita hanya teman. Dan jika kamu berani bertingkah kurang ajar seperti ini lagi maka hubungan kita akan berubah jadi musuh!" Bentakku kemudian aku pergi meninggalkan Dara dan tidur di kamarku. 

***** 

 Aku mencari keberadaan ponselku yang dari semalam tidak kusentuh sama sekali.  Ternyata tergeletak di atas kulkas. Aku menyalakan rokok sambil menyalakan tv. Tidak ada pergerakan Dara, mungkin saja dia masih tidur fikirku. Kubuka ponselku dan melihat aplikasi hijau bergambar telepon itu, aku masih berharap jika Lia segera mengubungiku, meskipun pada kenyataannya juga hasilnya nihil. 

Bruk bruk bruk !!!!! 

Aku terkaget karena ada yang mengggedor pintu rumahku dengan kencang. Aku meletakkan ponselku dan menuju ke depan untuk membuka pintu. Aku melihat Lia dan Clara di depan rumahku, entah kenapa rasanya begitu rindu sekali pada Lia. 

Plak ! Clara menamparku. Jangan tanya bagaimana rasanya, biar bagaimanapun kulitku juga kulit seorang perempuan. Rasanya tentu sakit. Tapi aku tidak bisa membalas Clara, justru aku malah bingung bagaimana akku bisa ditampar oleh Clara. Aku melihat wajah Clara penuh dengan emosi. Sementara aku melihat ke arah Lia dia membuang muka melihatku, bahkan di pipi lembutnya keluar bulir air mata. 

"Ada apa ini ?" 

Setelah aku tau permasalahannya ternyata ini adalah ulah Dara yang mengangkat telepon dari Lia dan mengatakan sesuatu yang bohong, dia bahkan dengan tega mengatakan aku dan Dara tidur bersama, padahal menyentuhpun tidak.

"Gila kamu Dara !" Aku menunjuk Dara penuh emosi.

"Kamu yang bikin aku gila! Kamu gak pantes Zee sama Lia. Lihat dia itu siapa, bahkan dia jauh dibawahku, apa yang kamu lihat dari Lia sampai kamu sebegitu sukanya sama Lia?" 

"Berhenti merendahkan Lia !"

"Aku tidak merendahkan Lia, apa yang aku bilang ini benar Zee !"

"Kamu yang lebih rendah dari Lia !"

"Apa maksud kamu ? Lihatlah aku, aku cantik, putih, tinggi, sedangkan Lia dia itu apa ?"

"Aku tidak pernah memandang fisik seseorang !" 

"Ya tapi apa yang kamu lihat dari dia ? Dia cuma pelayan rendahan, cantik juga enggak, jauh dari kamu."

"Setidaknya  dia tidak murahan seperti kamu yang mau tidur dengan sembarang orang. Tidur dengan siapa saja baik itu perempuan atau laki-laki!"

"Zee!"

"Aku sudah menjaga diri untuk tidak mengeluarkan kata-kata seperti ini ke kamu Dara, tapi hari ini kamu yang membuatku berkata kasar dan merendahkanmu. Jika kamu dan mulutmu tidak sejahat ini aku tidak akan berkata sekasar ini padamu!" 

Aku meninggalkan Dara sendiri yang masih berdiri dan tergugu dengan perkataanku. Kali ini Dara sudah sangat keterlaluan. Aku tidak perduli lagi dia akan sakit hati dengan perkataanku atau bahkan mungkin membenciku, sekarang yang aku fikirkan hanyalah mengejar Lia dan menjelaskan semua pada Lia bahwa apa yang Dara katakan itu bohong.

"Lia dengerin aku. Ini gak seperti yang kamu bayangin."

"Lepasin aku!" Lia memberontak, dia melihatku penuh rasa kecewa, aku ingin memeluknya tapi pasti dia akan tambah marah. 

"Dara bohong, aku tidak pernah tidur sama dia." 

"Bohong!" Lia memukuli Dadaku. Kubiarkan dia meluapkan amarahnya padaku, aku tak membalas dan melawan dia sedikitpun. Setelah dia tenang kupeluk dia dan kutenangkan dia. 


cinta yang sakit(gxg) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang