HARI BAHAGIA

452 19 1
                                    

"Pergi kamu dari sini !" Perintahku pada Dara yang masih duduk manis di rumahku, bahkan dia dengan santainya merokok. 

"Lia gak akan mau sama kamu Zee, dia udah benci sama kamu." Kata Dara sambil berdiri di depanku. 

"Dengan atau tidak dengan Lia aku tetap tidak akan kembali ke kamu Dar! Sekarang kamu pergi !" 

"Enggak!" 

"Oke. Aku yang akan pergi." Aku meninggalkan Dara mengambil kunci motor dan pergi ke rumah bang Fay. 

Sejujurnya aku ingin pergi menyusul Lia, aku ingin menjelaskan semuanya pada Lia, tapi Clara melarangku dan memintaku untuk tidak menemui Lia dulu, setidaknya sampai Lia tenang. 

Lia pulang sendiri naik angkot. Bahkan dengan Clarapun dia tidak mau diantar. Aku menceritakan sebagian fakta  pada Clara sebelum dia memutuskan untuk kembali ke cafe. Aku berharap Clara percaya sama aku dari pada ke Dara. 

"Ya kamu buktikan dong kalau memang tidak terjadi sesuatu diantara kalian berdua." Kata bang Fay.

"Mana ada bukti bang ? Akupun langsung tidur sampai rumah. Aku aja lupa naruh hp, bener-bener gak ada bukti bang. Tapi sumpah aku gak nyentuh Dara sedikitpun. Aku cuma bawa dia pulang, kutaruh dia di kamar trus aku ke kamar. Awalnya dia sempet mau cium aku, tapi gak jadi." Ceritaku.

"Biarlah dulu Lia merenung Zee. Besok kita coba ke cafe ya, nanti kita lihat bagaimana Lia dulu." 

"Oke bang." 

**** 

Semalam penuh aku tidak bisa tidur, aku masih mikirin Lia. Aku kangen sama Lia. Aku yakin dia pasti benci banget sama aku. Hari ini aku dan temen-temen ada rencana untuk ke cafe Clara. tujuan utamanya untuk melihat kondisi Lia. 

"Udah ayok Zee." Ajak Zee. 

Melihat ada motor Lia diluar rasanya aku berdebar. Aku tidak punya keberanian untuk menerima kenyataan kalau-kalau  Lia tidak mau mengenalku lagi. 

"Halo Lia, selamat siang." Sapa bang Fay pada Lia yang duduk di belakang meja kasir. 

Dari belakang aku melihat dia tertunduk, tak kulihat senyum di wajahnya. 

"Eh kalian, halo bang Fay, Anita, Jo, Maria." Sapa Lia dengan wajah senyum ramah.

Cantiknya dia jika sedang tersenyum. Gigi gingsul dan lesung pipi yang membuatku jatuh hati padanya. Meskipun aku sedikit kecewa karena dia dengan sengaja tidak menyebut namaku, bahkan melihat ke arahkupun tidak. Aku menarik nafas panjang dan membuangnya kasar. Jo yang menyadarinya langsung memberikan celetuk yang menggoda Lia akan adanya keberadaanku. 

"Sudah jangan marahan ayo pada mau pesen apa ini ?" Tanya bang Fay pada kami. 

Setelah semua pesan kamipun memilih untuk duduk di tempat favorit kami. Lia sama sekali tak melihat ke arahku. Aku mencuri pandang ke arahnya, tapi dia hanya menunduk dan bermain ponselnya tak menggubrisku sedikitpun. Sampai tak berapa lama dia datang bersama dengan Clara, dan betapa senangnya  ketika dia memilih duduk di dekatku walaupun mungkin terpaksa juga karena hanya sisa kursi di sebelahku. 

"Ikut aku!" Perintah Lia padaku saat Jo dari tadi sibuk menggoda kami. 

Lia berpamitan dengan teman-teman sementara aku memutuskan untuk mengekor dibelakang Lia. Aku yakin kali ini dia pasti akan meminta  penjelasan padaku soal kemarin. Atau malah jangan-jangan Lia mau menjauhiku. Ah entahlah, apapun keputusan Lia aku terima. 

"Mana bukti yang kamu janjiin ke aku ?" Tanya Lia.

"Lia aku gak ada bukti apa-apa, aku tidur. Kita  karaokean Dara mabok trus aku bawa dia pulang trus habis itu aku tidur di kamarku sendiri. Aku beneran lupa naroh Hp, aku gak tau kalau Dara yang angkat telepon kamu. Kalau kamu gak percaya ayo pulang ke rumah kamu lihat tuh kamar yang dipake Dara tidur masih berantakan, aku sengaja gak beresin dari dia pergi kemarin."

"Bohong !" 

"Aku nunggu kamu selama ini Lia, dan setelah aku tau kamu ke bang Fay dan mikir soal hubungan kita masak iya aku mau main sama Dara ?" 

"Bisa aja kan ?"

"Orang kenyataannya enggak. Lia tolong percaya sama aku." 

"Taulah!"

"Lia mau kan maafin aku ?" 

Lia mengangguk. Meskipun senyum itu belum aku lihat lagi dari bibirnya untukku, setidaknya aku sedikit bahagia Lia maafin aku. Aku ajak dia kembali pulang kerumah. Malamnya aku ajak dia ke kamar yang dipakai Dara buat tidur, dan akhirnya dia benar-benar percaya sama aku. Lia juga bantu-bantu buat beresin kamar yang dipakai tidur Dara. 

Aku merasa bahagia saat Lia mulai overprotektif sama aku, dia nglarang-nglarang aku buat deket-deket sama Dara. Entah kenapa aku jadi merasa keGRan, aku merasa Lia perlahan juga menyukaiku meskipun aku masih ragu. Sekali dua kali aku memberanikan diri mencoba untuk nembak Lia, dengan harapan dia bisa menerimaku, meskipun saat aku mengungkapkan perasaanku padanya aku takut dia akan marah, tapi aku tetap mencoba meskipun hasilnya tetap tak ada jawaban. Tapi tak apalah yang penting dia tidak marah denganku. Lia suka tanya-tanya soal hubunganku dengan Dara dan apa saja yang aku lakukan dengan Dara selama pacaran, aku tentu menjawab jujur semua pertanyaannya agar dia tidak marah, ya meskipun awalnya tetap marah dulu. 

Lia banyak ingin tau soal dunia belok lebih dalam, aku menjelaskan satu persatu dengan detail setiap pertanyaannya. Aku merasa Lia sedang memantapkan diri untukku. Aku berharap keputusan yang diambil Lia di akhir nanti akan menjadi yang terbaik untuk aku dan Lia. 

"Kan kamu sekarang GF aku." 

"Kata siapa ?" Tanya Lia dengan kaget saat aku bilang kalau Lia GFku.

"Emang gak mau ?" 

"Umm .... " 

"Kamu gak kasihan gitu sama aku ? Aku udah nembak kamu tiga kali Lia, masak iya kamu tolak lagi ?" Aku memelas.

Lia diam.

"Apa aku balikan lagi aja ya sama Dara ?" Aku sengaja memancing emosi Lia dengan menyebut nama Dara karena dia tidak ada respon sama sekali saat aku nembak dia lagi. 

"Gak boleh !" Lia memukulku dengan bantal.

Berhasilkan ? Lia pasti cemburu kalau aku menyebut nama Dara. Lia cemberut dan memutar tubuhnya membelakangiku. Melihat Lia marah aku jadi tidak tega, kuraih tubuhnya, kusentuh pipinya.

"Lia aku sayang sama kamu. Sampai detik ini perasaanku sama kamu masih sama. Gak ada yang berubah Lia. Aku sayang sama kamu banget." 

"Aku juga sayang sama kamu Zee." Kata Lia.

"Coba bilang sekali lagi ?"

"Aku sayang sama kamu, aku mau jadi pacar kamu!" 

Rasanya aku seperti ingin teriak. Akhirnya setelah sekian lama Lia nerima aku. Lia aku janji aku akan bahagiain kamu. Gak akan bikin kamu kecewa atau terluka. Aku gak akan pernah biarin kamu nangis. 


cinta yang sakit(gxg) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang