Zee duduk disampingku, dia mengambil kapas dan membersihkan sisa-sia darah yang mengering di kakiku. Tak banyak kata, Zee memang sedikit pendiam. Dia lebih banyak bertindak daripada berbicara saat bersama teman-temannya. Dia lebih banyak tersenyum dan menjadi pendengar yang baik. Padaku Zee memberikanku perhatian yang lebih. Dia sahabat yang baik untukku, dia selalu ada untukku saat aku butuh. Zee suka memberikan kejutan-kejutan kecil untukku, dan itu selalu membuatku tersenyum. Seperti contoh jaket yang sedang kupakai saat ini, tiba-tiba sudah ada di kasurku saat aku pulang kerja. Ada pesan yang dia tuliskan "hadiah untuk gadis cantik yang akan dipakai naik gunung, semoga suka dan tak membuatmu kedinginan." Ada lagi satu bulan lalu, saat hak sepatuku patah saat hari kedua kerja aku telat, tiba-tiba sudah ada sepatu baru di loker kerjaku. ada pesannya juga, waktu itu dia tulis "Hati-hati di jalan dan selamat bekerja"
"Lia gimana kakinya? Masih sakit ?" Tanya Zee menyadarkan lamunanku.
"Enggak Zee, udah mendingan kok."
"Mau pulang aja ?"
"Heh ? Kok pulang ?"
"Kamu kan luka ? Pulang aja kalau mau, urusan ini biar aku nanti bilang sama bang Fay kalau kita gak jadi ikut."
"Eh, gak usah. Aku kan gak kenapa-napa, lanjut lagi juga aku bisa kok."
"Yakin ?"
"Heem."
Aslinya sih aku pengen pulang. Selain karena enggak nyaman juga sama teman-teman Zee, kakiku juga sakit banget sebenarnya. Tapi aku enggak enak sama Zee, apalagi dia udah beliin aku jaket segala, prepare bawa makan minum dan semua buat piknik ini. Entahlah tapi aku merasa teman-teman Zee melihat aku aneh, bukan sih, aku yang melihat mereka aneh lebih tepatnya. Ada satu perempuan, cantik. Pakaiannya bermerk, lebih cantik dari nona Clara,kulihat dari tadi dia seperti meminta perhatian pada Zee, namun Zee selalu cuek tak memperdulikannya. Namanya Dara kalau aku enggak salah. Dia juga selalu mencoba mengajak bicara pada Zee, namun kulihat Zee hanya menjawab seperlunya. Lalu bang Fay sama perempuan yang namanya Nikmah, daritadi berangkat sampai saat ini gandengan tangan mulu, mereka saudara atau apa sih sebenarnya ? Sempat terfikir bahwa mereka itu .... ah kubuang jauh-jauh pemikiran itu. Tapi Clara ? Dia juga terlihat begitu dekat dengan Jo. Mereka berdua begitu saling tolong menolong saat menaiki gunung. Saling membersihkan keringat masing-masing. Ah sudahlah lupakan . Aku tak mau memiliki pikiran buruk kepada bosku. Biar bagaimanapun dia sudah baik kepadaku.
Kira-kira pukul 12 siang kita sampai. Tenda sudah berdiri semua, tinggal tendaku dan Zee yang belum karena kita berdua sampai tujuan yang terakhir. Zee tak lelah memapahku sesekali bahkan menggendongku jika memang medannya sedikit berbahaya. Aku tiduran di tenda Clara. Lelah sekali rasanya. Sambil menunggu Zee memasang tenda dibantu teman-temannya yang lain aku beristirahat sebentar.
Pyur !! Seperti hujan, wajahku basah tersiram air. Kupikir sedang hujan, aku terkaget nyawaku belum sepenuhnya terkumpul karena aku ternyata ketiduran. Dara masuk ke dalam tenda dan menyiram wajahku dengan soft drink.
"Kenapa ini ?" Tanyaku bingung.
"Aduh !" Dara tiba-tiba masuk tenda dan menarik rambutku dengan kencang. Spontan aku berteriak karena memang tarikan Dara begitu sakit dan membuat kepalaku sedikit pusing karena tarikan Dara.
"Aduh sakit ! Tolong ! Lepasin rambut aku !" Teriakku.
"Gue benci sama lo !" Ucap Dara sambil terus menjambak rambutku.
"Apa salahku ? Aku gak kenal ya sama kamu."
"Gara-gara elo, sekarang Zee ninggalin gue, bahkan Zee ga peduli lagi sama gue. Harusnya lo itu sadar lo itu cuma babunya Clara, matre kan lo? Pasti lo mlorotin duitnya Zee kan ? "
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta yang sakit(gxg)
Teen Fictionpertemuan Lia dengan Zee membuatnya melupaka sakit hatinya kepada Ardan sang mantan yang telah menghianati cintanya. Zee banyak membantu Lia dalam hal apapun termasuk cinta dan materi . Hingga pada akhirnya Lia tau bahwa Zee adalah seorang perempuan...