PERTEMUAN PERTAMA

12.8K 395 15
                                    

"Maaf ! Kamu tidak bisa lagi bekerja disini. Silahkan kemasi barang kamu dan kamu bisa pergi dari sini, semoga kelak kamu bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari tempat ini."

Kata-kata HRD tempat aku bekerja benar-benar masih terngiang dengan jelas di telingaku. Kenapa harus aku yang menerima pemecatan ini ? Apa salahku ? Kantorku memang sedang mengalami kerugian yang cukup besar, sehingga ada pengurangan beberaapa karyawan, dan itu termasuk aku.

Athalia Prameswari atau biasa dipanggil Lia adalah namaku. Aku bekerja di sebuah kantor penerbitan. Sudah hampir dua taun aku bekerja disini sebagai tenaga penyuntingan. Dan hari ini semua berakhir karena perusahaan mengalami kerugian. Aku anak pertama dari empat bersaudara. Ayahku pergi ke Bali untuk mencari uang buat keluarga kami, dia pergi sudah 4 taun semenjak aku masih duduk di kelas 3 SMP, dan hingga saat ini ayahku tak kunjung pulang sekalipun untuk menjenguk kami. Ibuku bekerja sebagai pembantu di kota Semarang bersama kedua adikku yang masih kecil. Sementara aku tinggal bersama adikku Lando yang masih duduk di bangku SMA. Kami berdua tinggal di sebuah kota kecil di kota Solo.

TUT TUT TUT ...

"Kamu dimana sih Dan ?" Aku berbicara pada ponselku sendiri.

Sedari tadi aku mencoba untuk menghubungi kekasihku Ardan. Aku membutuhkannya disaat seperti ini. Ardan adalah kekasih yang telah mendampingiku selama hampir 3 taun semenjak aku masuk sekolah di SMA. Ardan bisa melanjutkan kuliah di UNS, sedangkan aku tidak bisa karena keterbatasan biaya. Aku bukan orang yang berprestasi, jadi mengandalkan beasiswapun juga tidak bisa. Jalan satu-satunya adalah mengubur mimpiku dalam-dalam.

"Aku butuh kamu Dan, aku sedih, aku harus gimana lagi sekarang? Aku harus cari kerja dimana lagi ? Sementara Lando butuh uang juga buat bayar SPP ?" Aku masih saja berbicara sendiri, berharap Ardan akan segera menjawab teleponku.

BRUKK .....

"Auw...!" Teriakku.

Aku memegang keningku yang rasanya sakit sekali, aku sempat membuka mata sebentar, kulihat aku sudah terduduk di jalan raya, tapi setelah itu semua gelap dan tak kuingat apa-apa lagi.

****

Aku mencoba membuka mataku walau rasanya berat. Aku melihat selang infus yang mengalir di tangan kananku. Kulihat sekeliling ruangan bercat warna putih itu. Aku memegang keningku yang terasa sakit dan perih.

"Kamu udah bangun?" Pelan kudengar seseorang mendekat danbertanya kepadaku.

"Dimana ini?" Tanyaku bingung melihat tempat yang begitu asing menurutku.

"Kamu di Rumah sakit, aku tidak sengaja menabrakmu tadi waktu di jalan. Keningmu robek dan sudah dijahit. Kamu enggak apa-apa ? Atau ada yang sakit ditempat lain mungkin ? Biar aku panggilkan dokter."

"Aku gapapa kok. Kamu gak salah, aku yang salah karena ga lihat jalan tadi."

"Zee!" Ucapnya sambil mengulurkan tangannya tiba-tiba padaku.

"Aku Lia." Jawabku sambil meraih tangannya.

"Kamu butuh apa biar aku ambilkan."

"Aku mau pulang aja. Aku sudah gapapa. "

"Kamu yakin ?"

"Iya aku yakin. Aku mau pulang."

"Yaudah, aku urus administrasi dulu. Kamu tunggu aja disini ya. "

****

"Rumah kamu mana biar aku anter pulang sekalian?" Tanya Zee saat kami sudah dalam perjalanan pulang.

"Aku di Laweyan, tapi kamu enggak perlu anterin aku, aku bisa pu....... " Tak kulanjutkan kata-kataku karena dari dalam mobil Zee aku melihat Ardan sedang berboncengan dengan seseorang yang tak pernah ku kenal sebelumnya.

"Hei...... Lia ! Halo ! Lia ada apa apa ? "

"Ah.. Hei.. Ya ?" Mataku masih terus mengikuti arah Ardan naik motor dengan perempuan tadi hingga tak terlihat lagi bayangannya.

"Kamu kenapa ?" Tanya Zee.

"Bisa antar aku pulang sekarang ? Kepalaku sakit ?"

"Kamu yakin gapapa ? Atau kita perlu balik ke rumah sakit ?"

"Enggak usah, aku mau pulang Zee ."

"Oke."

Mulutku diam membisu. Tak sepatah katapun keluar dari mulutku. Di dalam otakku terus berputar-putar dengan berbagai macam pertanyaan tentang Ardan, dan siapa perempuan yang sedang Ardan boncengkan itu. Sesekali aku mengedipkan mataku agar aku tak menangis. Tanganku tak berhenti memegang ponsel dan tetap terus menccoba untuk menelfon Ardan meski kutau tak ada jawaban darinya.

GLUDUK !! Aku dengan sengaja mambanting ponselku hingga terpental mengenai kaca mobil Zee, Zee yang kaget langsung menepikan mobilnya.

"Hei, Lia, kamu kenapa ?"

"Sorry! Aku minta maaf Zee, tapi aku turun disini aja, aku butuh waktu sendiri." Aku membuka pintu mobil dan turun dari mobil Zee.

"Lia ! Lia ! Hei kamu mau kemana ?" Zee turun dari mobil dan mengejarku.

"Lepasin! Aku mau sendiri. Aku enggak kenal sama kamu, dan aku ga suka kamu ikutin aku !"

"Oke ! Aku pergi, sorry kalau aku ganggu."

Zee balik masuk kedalam mobil. Sedikit merasa bersalah karena aku sudah membentaknya dan berkata seperti itu kepadanya. Padahal dia sudah cukup membantuku. Tapi aku sendiri sedang kalut dengan fikiranku. tentang pekerjaanku, tentang kekasihku. Aku berjalan menyusuri jalanan yang penuh keramaian. Tak kurasakan saakit di keningku. Pegal di kakiku juga sudah tak berasa lagi.

Selama ini hanya Ardan yang aku miliki. Kedua orang tua yang jauh dan adik yang tidak dekat denganku membuatku menjadi pribadi yang tertutup. Hanya Ardan tempatku berbagi kebahagiaan dan kesedihan, hanya Ardan yang mampu mengrti aku. Aku tidak bisa membayangkan jika sampai aku harus kehilanan Ardan. Aku sampai di rumah Ardan. Perjalanan yang kulakukan cukup jauh, ada jika 10km. Kudapati dirinya masih bersama perempuan yang tadi kulihat di jalan bersama Ardan.

"Ardan !" Kudatangi Ardan yang duduk diteras rumahnya bersama perempuan itu.

"Ngapain kamu kesini Lia ?" Tanya Ardan yang nampak panik melihat kedatanganku.

"Siapa dia ?" Tanyaku sambil menunjuk perempuan yang duduk bersama Ardan.

"Dia ... "

"Kamu kemana aja Dan ? Kenapa kamu ga angkat telpon dari aku ? Dan tadi aku lihat kamu boncengan sama cewek, apa itu dia ? " Tanyaku lagi.

"Iya Lia." Jawab Ardan tanpa rasa bersalah.

"Memang dia ini siapa Dan ?"

"Dia Marisa, pacarku !" Jawab Ardan dengan mantap sambil meraih tangan Marisa di depanku.

"Apa ?" Betapa hancurnya hatiku mendengar Ardan mengatakan bahwa perempuan itu pacarnya di depanku yang masih berstatus pacarnya juga.

"Maaf Lia, aku merasa sudah tidak nyaman denganmu. Kamu sibuk dengan pekerjaanmu. Dan lagipula orangtuaku juga maunya aku pacaran sama anak kuliahan."

"Kamu jahat Dan !" Aku memukuli Ardan.

"Aku udah satu bulan jalan sama Risa, aku udah pernah ngajak kamu putus, tapi kamu gak mau kan ? Aku gabisa lagi sama kamu. Lebih baik kamu pergi sekarang sebelum ayah dan ibuku keluar mendengar keributan yang kamu buat!"

"Keterlaluan kamu Dan ! Aku habis kehilangan pekerjaanku, aku butuh kamu, kenapa kamu putusin aku kaya gini ? Kamu lupa berapa lama kita udah bersama ? Aku juga bakal nerusin kuliah kalau aku udah ada uang Dan !"

"Maafin aku, kamu harus pergi, kita bisa jadi temen. Aku pengen bahagia sama Risa. Risa ayo masuk." Ardan masuk rumah bersama Marisa meninggalkan aku.

"Ardan! Ardan !" Aku menggedor-gedor pintu rumahnya, tapi dia tak juga membukakan pintunya.

Aku merasa hari ini bener-bener hari yang sangat sial untukku. Dikeluarkan dari pekerjaan, diselingkuhin, diputusin pula. Ah shit! Aku mengumpat dengan keras. Kepalaku kembali terasa pusing, semua terasa kabur. Aku tak bisa mengingat apa-apa lagi.

###

cinta yang sakit(gxg) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang