KEDATANGAN ZEE

3.8K 189 3
                                    

"Heh! Ngelamun!" Clara membuyarkan lamunanku. Semenjak hubunganku dengan Zee makin menjauh, hubunganku dengan Clara menjadi semakin membaik, kita jadi seperti saudara, bahkan aku tak lagi memanggil dia non Clara seperti yang lainnya.

"Zee apa kabar ya Cla ?" Celetukku tanpa sadar.

"Dih.... Tumben nanyain Zee ?" Tanya Clara heran.

Jujur semenjak waktu itu aku seperti menutup segala kenangan dengan Zee, Clarapun juga tak pernah menyinggung Zee di depanku. Dia sama sekali tidak pernah menyebut nama Zee seolah tau kalau aku tidak suka dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Zee.

"Enggak, cuma tiba-tiba kepikiran aja sama dia." Kataku sambil memainkan sendok es teh milikku.

"Telfon dong Lia, gak ada salahnya kan kalau nelfon ? Masih ada nomernya enggak ?"

Aku diam masih mengaduk-aduk minumanku yang bahkan belum aku minum sama sekali.

"Zee bahkan tak pernah menghubungiku barang sekali aja, untuk mendatangikupun dia juga gak pernah. Apa dia marah sama aku ya Cla ?"

"Ya Zee emang orangnya kaya gitu, dia bukan tipe orang yang suka memohon dan memaksa, jika kamu bilang tidak, maka dia juga tidak akan melakukannya."

"Tapi kenapa dia tidak berusaha sekali saja untuk tetap ingin bersamaku ? Setelah hari dimana aku meminta Zee untuk tidak menemuiku dia lalu menghilang tanpa kabar. "

"Ya begitulah Zee. Makanya kalau ngomong sama dia ati-ati, sekali kamu bilang tidak ya jangan harap buat bisa melihat dia lagi."

Aku menunduk, entah kenapa tanpa Zee rasanya jadi sunyi begini, aku rindu Zee, aku merasa kehilangan dia.

"Aku rindu Zee Cla." Kataku sambil menempelkan wajahku di meja kasir.

"Hah ?"

****

Selesai dari jam istirahat aku kembali ke singgasana kerjaku di depan meja kasir. Selama tidak ada Zee aku lebih sering membawa bekal atau kadang jajan nasi padang di samping cafe, tak jarang juga cuma beli siomay atau cilok yang lewat karena malas makan. Tiba-tiba aku lihat ada sekotak pizza berukuran jumbo disamping komputerku. Kubuka dan kulihat, tak ada nama pengirimnya, tapi ada nama penerimanya. "Untuk Lia."

"Mas Anton ini dari siapa ?" Tanyaku ke mas Anton yang kebetulan lewat.

"Itu tadi temen kamu yang nganter."

"Temen siapa ?"

"Siapa sih namanya aku lupa, yang dulu sering kesini, yang tomboy itu lho temen non Clara juga, Zee kalau gak salah."

"Zee? Sekarang dia dimana ?"
Tanyaku sambil berdiri dengan begitu semangatnya.

"Udah pergi lagi, tadi nyari kamu, tapi aku bilang kamu lagi istirahat, trus dia nitip itu dan pergi."

Astaga ! Zee datang kesini ? Mencariku ? Mengantarkan pizza untukku ? Ah aku menyesal kenapa tadi aku harus istirahat dan mencari makan diluar. Seandainya aku ga keluar aku pasti bisa ketemu sama Zee. Kubuka tasku dan kucari-cari ponselku. Kucari nama Zee pada aplikasi hijauku tak ada pesan masuk dari Zee, dan itu membuatku kecewa.

"Aku rindu kamu Zee."

****

"Hai Lia !" Sapa seseorang yang sudah berdiri di depan meja kasirku.

"Ardan ? Ngapain kamu ?"

"Mau ketemu kamu."

"Aku kerja, dan gak penting buat ketemu kamu."

"Yaudah deh aku pesen makanan, onion ring sama jus jeruk 1 ya."

"Oke, kamu bisa duduk."

Ardan tak pernah putus asa untuk kembali menarik perhatianku, apalagi semenjak dia tau aku dan Zee tak pernah lagi bersama. Dia berfikir bahwa aku sudah putus dari Zee, yaa Ardan benar-benar berfikir kalau Zee itu cowok, dan dia pacarku.

Seberapapun usaha Ardan aku sama sekali tak berniat untuk bisa kembali padanya. Hatiku sudah tertutup untuknya. Segala sesuatu yang dia lakukan untukku sama sekali tak membuatku luluh dan mau untuk kembali bersamanya. Saat Ardan masih terus menerus mencari perhatian dariku, tiba-tiba dari luar aku melihat mobil Zee berhenti di depan cafe. Aku tersenyum, entah kenapa aku bahagia sekali, seolah ingin melepas rinduku pada Zee, aku ingin melangkah keluar untuk menyambut Zee, tapi kuurungkan niatku karena aku melihat Zee membukakan pintu untuk Dara dari dalam mobilnya . Ya ! Zee bersama dengan Dara.

Dara tersenyum sinis melihatku, dia bahkan dengan sengaja menggandengkan tangannya pada lengan Zee. Dulu Zee selalu menepisnya, tapi sekarang Zee diam saja ketika Dara melakukan hal itu.

"Hai Lia! Apa kabar ?" Sapa Zee dengan senyum khasnya padaku.

"Baik Zee." Balasku tanpa mengedipkan mataku sedetikpun, melihat wajahnya yang masih tampan seperti dulu, tak kulihat lagi kesedihan di wajahnya seperti terakhir aku bertemu dengannya.

"Hai Lia." Dara juga menyapaku, tangannya terus menggelendoti Zee. Dan aku tak suka melihatnya.

"Hai." Jawabku ketus sambil menundukkan pandanganku.

"Ada yang bisa dibantu ?" Tanyaku mencoba profesional.

"Aku mesen jamur crispi 1, sama white coffe panas 1 ya." Pesan Zee. 

"Kamu apa?" Tanya Zee pada Dara.

"Aku jus alpukat sama roti bakar stroberry 1." Jawab Dara dengan nada manja.

"Baik. Silahkan ambil nomer antrian dan sebentar lagi pesanan akan kami antar." Kataku berusaha seramah mungkin di depan Zee dan Dara. 

Aku kembali duduk setelah Zee pergi mencari tempat duduk bersama Dara. Aku merasa marah dan tak suka ada Zee dan Dara disini. Aku tak suka melihat Zee bersikap seperti itu pada Dara, dulu dia begitu baik kepadaku. Mungkinkah kini Zee dan Dara kembali bersama ? Seneng dong Dara karena akhirnya dia bisa balikan sama Zee? 

Aku tak tau rasa apa yang aku rasakan . Aku merindukan kebersamaanku dengan Zee, aku merasakan kecemburuan yang begitu hebat saat aku melihat Dara dengan Zee, aku sakit melihat semua itu.

"Hei, kamu kenapa ?" Tanya Clara saat melihatku meneruh kepalaku di meja.

"Aku ijin istirahat sekarang boleh ?"

"Loh ? Kenapa ? Ada acara ?"

"Aku mau keluar sebentar Cla. Ada urusan mendadak. Bolehkah ?" 

"Itu ada Zee, katanya kemarin kamu rindu ? Gak mau nyamperin ?" 

"Itu kemarin, tapi tidak sekarang apalagi saat aku melihatnya dengan Dara." Aku mengambil tasku dan pergi begitu saja tanpa persetujuan dari Clara.

Aku tak perduli setelah ini aku akan dipecat Clara atau tidak atas ketidaksopananku yang meninggalkan tempat kerja tanpa seizin dia. Yang kutau aku mau pergi dari tempat itu dan aku tak ingin melihat Zee dan Dara . Disaat seperti ini rasanya akan lebih baik jika Zee tidak ke cafe . Akan lebih baik jika suasananya seperti kemarin saat Zee tak pernah berkunjung kesini lagi. Zee kalau  disuruh milih mending aku pilih kamu tidak pernah kesini lagi, daripada kamu datang hanya membawa luka untukku. 

***

Hari ini aku bekerja seperti biasanya. Aku sudah bisa mengatur hati jika nanti, besok atau kapanpun itu Zee akan sering datang bersama Dara. Bisa gak bisa terima gak terima aku tetep harus bisa memposisikan diri, karena biar bagaimanapun juga ini cafe milik Clara, aku harus bisa memperlakukan Zee dan Dara seperti pelanggan cafe pada umumnya. 

cinta yang sakit(gxg) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang