NAIK GUNUNG

4K 239 2
                                    

Hari ini hari pertama aku kerja. Kerjaanku lumayan ringan tapi berat . Cuma duduk di meja kasir menunggu pelanggan datang untuk memesan makanan. Sore hari cafe sepi, hanya beberapa orang yang mampir. Karena ini sudah bukan jam makan siang. Bos Clara belum datang, jadi aku belum bisa istirahat makan siang. Aku tiba-tiba rindu Ardan. Diotakku masih ada Ardan, masih mengingat hari-hari yang pernah kita lalui bersama. Kubuka ponselku, masih banyak tersimpan poto kita berdua. Nomer ponselnyapun masih kuberi nama "kesayangan" walau sudah ku blokir, entah kenapa aku ingin membuka blokirnya dan menghubungi Ardan. Betapa jahatnya Ardan kepadaku, tak ingatkah dia berapa lama kita bersama, bahkan sampai hari inipun Ardan tak menghubungiku, setidaknya minta maaf kepadaku. Dia sungguh ingin melupakanku. Aku masih menyukainya meskipun hatiku sakit karena penghianatannya. 

"Selamat siang mba." Sial ada pelanggan, dan aku menangis. Dengab sigap aku mengahapus air mataku dan melayani pembeli.

"Siang ada yang bisa di .... ?" Ternyata Zee yang datang.

"Haloo Lia."

"Zee ... Kamu ih bikin aku kaget."

"Udah makan ?"

Aku menggelengkan kepala.

"Makan dulu yuk, aku bawain kamu nih ayam geprek." 

"Nona Clara belum datang Zee, aku belum bisa istirahat." 

"Udah gak apa-apa, ayok makan dulu." Zee masuk kedalam ruang kasirku dan menarikku keluar.

"Eh nanti aku bisa dimarahin, ini hari pertamaku kerja Zee, jangan macem-macem deh kamu."

"Enggak apa, santai aja. Biar aku yang ngomong ke Clara nanti."

Hari makin hari berjalan begitu cepat. Aku masih bekerja sebagai kasir di cafe nona Clara. Nona Clara baik banget, dia pernah ngasih aku bonus uang kerja disaat pencapaian bulanan meningkat. Kata nona Clara, semenjak ada aku cafe jadi rame, seneng dong pasti, karena aku bisa biayain sekolah Lando, dan bisa nabung juga buat ibu dan adik-adikku. Tapi sejujurnya bukan karena aku juga sih, Zee yang udah baik sama aku, sejak aku kerja disini Zee selalu mampir kesini setiap hari, bersama dengan teman-temannya juga, tempat ini sekarang jadi tempat nongkrong Zee dan teman-temannya. Meskipun sempat aneh juga sih, karena sebagian besar teman-teman Zee orangnya tomboy. Tapi terserah deh, yang penting mereka membuat penghasilanku jadi bertambah.

"Sabtu besok jalan-jalan yuk!" Ajak Zee kepadaku.

"Tapi aku belum ijin mau libur sama mba Clara Zee."

"Yaudah nanti ngomong, apa perlu aku ijinin?"

"Eh, gak usah. Aku bisa ijin sendiri kok. Emang mau kemana sih ?"

"Aku sama temen-temen mau naik ke gunung, mau ikut ?" 

"Hah ? Musim ujan gini?" 

"Iya, kenapa ? Takut ?"

"Ya enggak sih, tapi kan dingin ? Nanti juga pasti tengah hari udah ujan kan ?"

"Gak apa-apalah, kan rame-rame ini, pasti asyik."

"Umm....." Aku berfikir sejenak mau ikut atau tidak dengan ajakan Zee. 

"Ayolah .... " Ajak Zee. 

"Yaudah noleh deh kalo gitu."

"Oke! Aku jemput ya sabtu dirumah kamu, berangkat jam 5 pagi nanti."

****

"Lia, ayo bangun. Ayo berangkat." Bisik Zee lembut membangunkan tidurku. 

Mataku rasanya masih terasa berat sekali saat Zee datang kerumah menjemputku. Semalam aku lembur sampai jam 12 malam karena cafe digunakan untuk anak-anak kuliahan rapat entah apa aku juga tidak tau. Tepat pukul 5 pagi Zee datang ke rumah dan mennjemputku. Lando masih tidur dikamarnya karena hari sabtu sekolahnya libur. Zee memang sudah tau rumahku karena selama ini Zee yang selalu mengantar jemput aku saat aku berangkat dan pergi kerja. Hubunganku dengan Zee sekarang sudahseperti sahabat. Berkat Zee juga aku udah berhasil move on dari Ardan. Tapi aku masih belum bisa membuka hatiku kembali untuk orang lain. Aku menikmati kesendirianku dan ingin mengumpulkan uang sebanyak mungkin agar aku bisa melanjutkan kuliah. Aku ingin bisa membuktikan pada Ardan bahwa aku mampu tanpa dia dan bisa hidup lebih baik dari dia.

"Bangun Lia!" Zee mengusap lembut bahuku.

"Udah sampai?" Tanyaku dengan mata yang masih mengeriyip.

"Udah baru aja. Turun yuk, teman-teman udah pada nunggu."

Membuka pintu mobil hawa dingin pegunungan sudah mulai menusuk tulang. Aku mengenakan jaket tebal pemberian dari Zee 2 hari lalu. Aku melihat sekeliling, begitu indahnya pemandangan disini. Sekitar jam 7 pagi kita sampai ditujuan. Zee pergi menghampiri teman-temannya yang sudah menunggu kita. Beberapa diantaranya aku sudah sering melihat dia datang ke cafe bersama Zee, ada yang belum kenal bahkan belum pernah bertemu sama sekali.

"Ayo aku kenalin sama teman-temanku. Biar asyik kalau kita saling kenal." Ajak Zee padaku.

"Halo Zee.... " Sapa seseorang berparas tinggi besar berpenampilan tomboy. 

"Halo bang Fay ! Kenalin bang, ini Lia." Kata Zee sambil meraih tanganku ke seseorang yang dia sapa Fay itu.

Dia mengenalkanku pada seseorang berperawakan tinggi besar, berambut cepak, memakai anting disebelah telinga kanan.

"Lia kenalin ini bang Fay, dia udah kaya kakakku sendiri."

"Lia ... Bang !" Kuikuti memanggil dia bang, seperti Zee meskipun agak sedikit ragu.

"Fay. Hahaha" Bang Fay tertawa, dia melihatku dari atas sampai bawah. Membuatku jadi salah tingkah, takut jika aku salah memakai pakaian karena tadi sewaktu Zee menjemput aku memilih baju acak. Aku memilih untuk melangkah kebelakang tubuh Zee untuk bersembunyi.

"Jadi ini yang suka kamu ceritain ke aku Zee?" Tanya bang Fay sambil tetap terus menatapku dan jujur membuatku risih.

"Stt bang, udah bang jangan dibahas."

"Cantik sih Zee, pantas saja. Hehehe."

Apa sih yang sedang mereka bahas ? Aku tidak mengerti. Jadi Zee pernah cerita sial aku ke temennya, kira-kira apa ya yang Zee bicarakan ? Selain bang Fay, adalagi teman-teman Zee yang lain, diantaranya yang kuinget namanya ada Jo, Azka, Zul, Geo, Anita, Maria, dan ada nona Clara juga disini.

"Ketemu lagi kita disini?" Sapa nona Clara menghampiriku.

"Loh ? Kok nona juga disini?"

"Stt...." Nona Clara berbisik padaku. "Panggil aku Cla ya, disini jangan panggil aku nona, disini kita teman, bukan karyawan sama bos."

"Oh iya, non... eh Cla."

Sekitar pukul 8 pagi kita mulai naik gunung, ini pengalaman keduaku naik gunung, dulu pertama aku bersama dengan Ardan waktu ada acara dikampusnya, kebetulan Ardan ikut komunitas pecinta alam di kampusnya. Ah ingat Ardan lagi kan ? Aku merindukannya di saat mengulang kembali momen seperti ini.

Bruk !!

Aku jatuh, aku tak fokus saat aku mendaki, kakiku tersandung. Ada ranting pohon tertancap di ibu jariku, dan itu membuat darah mengucur deras di kakiku, akupun jadi meringis menahan sakit.

"Kamu gapapa Lia ?" Tanya Zee.

"Sakit Zee." Rengekku.

"Sedikit sakit, tapi tahan ya ?" Ucap Zee padaku.

"Maksud kamu apa ?"

Tiba-tiba Clara mendekatiku, dan memelukku. Bukan memeluk, lebih tepatnya mendekap agar aku tak memberontak saat Zee menarik ranting itu dari kakiku. Dan rasanya luar biasa sakit. Pengen nangis. Tapi malu. Semua mata menatapku. Aku menunduk antara sakit dan malu. Kalau saja aku tak mengingat Ardan pasti tak akan aku jatuh seperti ini.

"Rantingnya udah aku cabut, maaf ya, soalnya kalau gak gitu nanti darahnya gabisa berhenti." Kata Zee.

"Coba kasih obat merah dul Zee." Perintah Clara.

Zee mengeluarkan kotak kecil berisi p3k, dia meneteskan betadine ke lukaku, jangan ditanya gimana rasanya, sakit dan perih. Aku udah berusaha buat nahan air mata, tapi tetep keluar dengan sendirinya karena rasa sakit yang begitu menyiksa.

"Yang lain duluan aja, nanti aku nyusul. Aku nemenin Lia dulu disini, dia masih syok kayaknya." Zee seperti menyadari kalau aku tak nyaman menjadi pusat perhatian teman-temannya.

"Yakin Zee? Aku temenin ya ?" Tanya Clara.

"Gak usah Cla, its oke. aku bisa kok. Sebentar lagi sampai juga. Kalian duluan aja, nanti kita susul."

"Oke. Kita tunggu diatas ya Zee." Ucap bang Fay pada Zee lalu mengajak teman-teman yang lain pergi.

"Lia santai dulu saja. Tenangin diri ya. Nanti pelan-pelan aja jalannya. Kita tunggu di atas ya. " Kata bang Fay.

cinta yang sakit(gxg) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang