"Kamu kenapa kemarin pergi ?" Tanya Zee yang tiba-tiba masuk ke dalam meja kasirku.
"Udah jam istirahat." Jawabku ketus."Masak sih ? Padahal kemarin kan jamnya Clara kuliah ? Kasian lho dia gara-gara kamu kabur dia jadi gak kuliah karena harus jaga kasir."
"Apaan sih Zee? Kamu ngapain kesini ? Ini meja kasir, kamu gak bisa baca tulisan itu 'selain karyawan dilarang masuk' ? Kalau mau pesan silahkan pesan, jika tidak silahkan pergi."Kemarin aku pergi menghabiskan waktu istirahatku di rumah. Saat aku kembali ke cafe sudah tak kulihat lagi Zee dan Dara di cafe. Aku merasa bersyukur karena tak melihat mereka berdua di depanku lagi. Clara tidak bilang kalau dia kerepotan kemarin, mungkin itu hanya taktik Zee saja untuk mencari bahan pembicaraan denganku.
Hari ini Zee kembali datang ke cafe, namun kali ini dia datang sendirian. Tapi aku sudah terlanjur kecewa padanya, aku sengaja bersikap ketus dan tak acuh kepada Zee karena kekesalanku kemarin padanya.
"Kok galak sih sekarang?"
"Bukan urusan kamu."
"Dih segitunya. Kamu balikan sama Ardan ?"
"Kalau iya kenapa kalau enggak kenapa ? Toh kamu juga sama Dara kan ?"
"Kata siapa ?"
"Aku lihat kemarin."
"Kalau berdua emang harus balikan?"
"Dulu juga kalian kan ci .. Ah gak penting. Sana pergi aku sibuk.""Gak mau, aku mau disini aja."
"Bodo amat!" Kataku ketus sambil mengetik laptop menyibukkan diri.
"Pulang bareng yuk nanti malam."
"Aku bawa motor."
"Titipin aja disini, besok biar kujemput lagi kaya dulu. Katanya rindu ?"Aku menghentikan kegiatanku yang pura-pura sibuk saat mendengar pertanyaan Zee yang kupikir sengaja menyindirku. Ini pasti Clara yang bilang sama Zee, salah aku curhat ke dia, kalau begini aku jadi malu kan.
"Itu dulu." Jawabku tanpa melihat ke arah Zee.
"Kalau sekarang ?"
"Enggak !"
"Cemburu ya aku sama Dara?"
Ups ! Aku mengepalkan tanganku dengan kencang tanda bahwa aku sedang panik. Cemburu ? Pada Dara ? Itu berarti aku ? Ih amit-amit jangan sampai seperti itu. Membayangkannya saja tidak bisa.
"Pergi sana ! Sana sama Dara, jangan nemuin aku lagi. Aku mau kerja, jangan ganggu pekerjaan aku. Udah bagus kemarin gak pernah kesini kenapa sih kamu kesini lagi ?"
"Yakin bagus aku gak kesini ? Katanya rindu sama aku ? Katanya .... ""Udah stop ! Apapun yang kamu dengar dari Clara aku tarik kembali kata-kataku. Jangan pernah kamu anggap itu benar. Udah kalau kamu mau disini silahkan, aku yang akan pergi." Kataku beranjak keluar dari meja kasir.
"Aku sayang sama kamu Lia !" Kata Zee sambil menarik tangan kananku, dan itu membuatku berat melangkahkan kakiku.
*****Aku tak bisa memejamkan mataku sedikitpun malam ini, ucapan Zee masih terngiang-ngiang di telingaku "Aku sayang kamu Lia." Ini bodoh ! Ini pernyataan bodoh. Aku tak mau dengan Zee, aku tak suka dengannya. Aku perempuan normal. Aku masih bisa membuka pintu hatiku dengan laki-laki. Lia please jangan gila ! Lupakan Zee. Kamu hanya menganggapnya sahabat enggak lebih. Kamu harus sadar diri Lia!
"Aku seneng akhirnya kamu mau kujemput." Ucap Ardan saat perjalanan mengantarkanku kerja.
"Jam makan siang nanti kalau gak ada kuliah datang ya ke cafe ?"
"Kamu serius Lia?"
"Iya."
"Bisa banget Lia, nanti selesai jam kuliah aku langsung kesini.""Oke."
Aku mencoba membuka hatiku kembali untuk Ardan, aku yakin bahwa aku adalah perempuan normal. Dan akan kubuktikan pada Zee bahwa aku sama sekali tak cemburu dengannya bersama Dara. Dan akan kuperjelas pada Zee bahwa aku tak perduli dengannya. Aku masih hafal jam kuliah Zee, kupastikan siang ini dia akan mengunjungiku di cafe, untuk itulah aku meminta Ardan agar dia datang ke cafe. Sedikit jahat memang. Tapi inilah cara satu-satunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta yang sakit(gxg)
Ficção Adolescentepertemuan Lia dengan Zee membuatnya melupaka sakit hatinya kepada Ardan sang mantan yang telah menghianati cintanya. Zee banyak membantu Lia dalam hal apapun termasuk cinta dan materi . Hingga pada akhirnya Lia tau bahwa Zee adalah seorang perempuan...