RENCANA

225 10 0
                                    

Mengenalkan Lia pada teman-teman belokku, mengajak Lia jalan-jalan sama teman-teman belok adalah salah satu caraku agar Lia bisa memahamiku secara perlahan. Aku tidak ingin langsung mengajak Lia ke dunia belok, tapi setidaknya pelan-pelan dia bisa menerima posisiku.

"Kamu gak takut apa kalau nanti Lia tau kamu seorang butchi kamu ini belok ?" Tanya Clara. 

"Gimana ya Cla ? Aku juga bingung sih." Jawabku.

"Katamu kamu takut kalau Lia tau kamu belok dan dia bakal benci kamu ? Tapi dengan kamu seperti ini bukannya lama-lama malah bikin dia curiga ?" 

"Harapanku ketika dia sudah mulai tau tentang lingkunganku, maka dia pasti juga akan tau siapa aku, dan setelah lama bersama bukan tidak mungkin kalau dia pasti akan ikut suka sama aku ?" 

"Ada dua kemungkinan Zee, yang pertama dia akan menjauh dan yang kedua dia akan menerima. Itu aja sih." 

Dan  semua yang telah kuatur sedemikian rupa ternyata telah hancur. Kini Lia membenciku, dia menjauhiku, bahkan dia tidak ingin bertemu denganku lagi ketika dia tau bahwa aku adalah penyuka sesama jenis, dan ini semua karena Dara. Ya! Dia Dara! Feme yang dulu pernah bersamaku, pernah mengisi hari-hariku selama kurang lebih 2 taun. Bersama Dara aku merasakan kebahagiaan, sempat ingin kunikahi dia seperti bang Fay kepada Anita, tapi semua hancur ketika aku tau bahwa Dara telah berbohong kepadaku. Tidak sekali dua kali tapi sudah sering dia melakukannya, hingga aku merasa bahwa aku harus segera mengakhirinya. Butuh waktu lama aku bisa move on dari Dara, sampai akhirnya aku bertemu dengan Lia, tapi ternyata Dara datang lagi dikehidupanku dan berusaha untuk merusak hubunganku dengan Lia.

Dara menemui Lia dibelakangku, selama ini aku selalu menjaga Lia dari Dara agar jangan sampai mereka bertemu atau bahkan bertatap muka. Aku selalu meluangkan waktu dan bahkan dengan sengaja mengatur jadwal dengan Clara agar jangan sampai diantara kita jauh dari Lia. 

"Kamu yakin gak mau ngasih aku kesempatan Zee ?" Tanya Dara sambil memegang tanganku.

"Dara udahlah, kita  udah selesai. Kesempatan kamu sudah  habis. Aku gak bisa lagi sama kamu." 

"Zee aku tau aku salah, tapi beneran aku nyesel. Aku gak bisa kehilangan kamu. Aku masih sayang banget sama kamu. Aku janji Zee kalau kita balik aku bakal fokus ke kamu, ke hubungan kita dan kita bisa melaksanakan rencana masa depan kita Zee." 

"Maaf Dara aku gak bisa."

"Ini gara-gara perempuan kampung itu ?" 

"Jangan bawa-bawa Lia!" 

"Zee please buka mata kamu. Dia itu jelek, jauh dari kata cantik, dia bukan tipe kamu Zee, dari Ve trus aku dan sekarang kamu suka sama Lia ?" 

"Aku udah bilang, jangan bawa-bawa Lia. Lia tidak ada hubungannya dengan perasaanku ke kamu!"

"Aku tau kamu Zee. Aku paham kamu. Kita udah bertahun-tahun jalan bareng Zee, aku tau gimana cara kamu memperlakukan dia itu karena kamu suka kan sama dia ?"

"Udahlah Dar! Percuma ngomong sama kamu." Aku beranjak pergi meninggalkan Dara. 

*** 

Aku pikir bisa sesantai pemikiranku tentang Lia, tapi ternyata aku salah, bahkan ketika sedikit saja Lia tiba-tiba menyinggung soal lesbian aku langsung gugup dan takut. Dan belakangan baru ku ketahui kalau ternyata itu ulah dari Dara. Dara dengan sengaja menunjukkan foto-foto kami berdua pada Lia, sehingga itu membuat Lia marah dan membenciku. Dara bahkan tak segan untuk memfitnahku di depan mataku sendiri. Dia juga dengan tega bilang bahwa aku meniduri Dara. Padahal menyentuhpun aku tidak sudi jika bukan karena Dara mabok berat. Kenapa harus aku yang menolong ? Kenapa bukan yang lain? Karena sepanjang kita ngeroom dan minum Dara mepet terus ke aku, selain itu karena teman-teman belok mengatakan bahwa kami mantan pacar jadi wajar jika saling menolong, dan aku tidak masalah dengan hal itu, eh gak taunya Dara malah dengan kejamnya memfitnahku. 

Aku bukan orang yang egois, yang suka memaksa seseorang untuk berbaikan denganku. Maka begitu aku tau Lia tidak mau bertemu lagi denganku, akupun perlahan mulai menjauhinya, meskipun jujur aku sangat merindukannya.


"Sabar Zee, Lia butuh waktu buat sendiri."

"Aku tau Ra."

"Mungkin dia masih syok aja, tapi aku yakin lama kelamaan dia juga akan nrima kamu."

"Aku udah ga butuh lagi soal itu Ra, aku ga ngejar dia buat jadian kok. Buatku dia mau bertemu sama aku aja aku udah seneng."

"Aku tau. Biar nanti aku coba ya buat ngomong sama Lia."

Dibanding Lia, Dara memang lebih cantik darinya. Dari segi pendidikan juga Dara lebih segalanya. Tapi soal kepribadian dan kesetiaan aku tetap memilih Lia, meskipun aku belum tau bagaimana pribadi Lia selebihnya. Tapi aku tau bahwa Lia memang lebih baik dari Dara.

"Lu beneran suka sama kakak gue?" 

"Ya suka sebagai temen kan de?"

"Gue tau Zee, lu lesbian kan? Lu belok kan? Lu suka kan sama Lia? Gue bisa lihat dari segala perhatian lo ke dia. Dari cara lo juga ngedeketin gue dan nyogok gue selama ini."

"Aku... "

"Kalau lu bisa ngejaga Lia, dan Lia juga bahagia dia deket sama lu gue dukung. Gue pernah kan ngomong gini ke elo dulu ?"

"Serius?"

"Iya."

"Tapi masalahnya.... "

"Lia belum tau kalau lu lesbian? "

"Iya."

"Pelan-pelan aja, butuh waktu juga buat jujur. Kalau emang udah waktunya pasti juga indah endingnya. Tunggu aja."

Mendengar dukungan dari Lando aku merasa sangat bahagia, setidaknya ada lampu hijau dari adik Lia.

****

"Lia kayaknya udah mulai suka deh sama kamu Zee." Kata Clara.

"Gak usah bikin aku kegeeran bisa kali Ra." Kataku.

"Emang gak ngerasa gitu kalau dia suka marah-marah atau sedikit berlebihan ketika kamu sama Dara ?"

"Ya ngerasa sih, cuma aku gak mau terlalu berharap lebih. Seperti aku bilang ke kamu dari awal Cla, bisa deket dan ngelindungi dia aja tu aku udah seneng. Yang terpenting sekarang aku bisa lihat dia terus aja ketika aku merem dan melek mata." 

"Ceileh bahasamu Zee. Aku habis antar dia ke bang Fay." 

"Hah ? Ngapain ? Kok kamu gak bilang aku  dulu ?"

"Semua serba mendadak Zee. Biarkan aja sih. Toh Lia udah gede juga, udah bisa bedain mana yang baik dan buruk untuk dia." 

Sumpah aku takut jika kemungkinan buruk yang akan aku terima. Aku rasanya belum siap jika pertemuanku dengan Lia tadi pagi adalah pertemuan terakhirku padanya. Aku ingin menjelaskan juga kalau apa yang dia lihat tentang akku dan Dara di gedung belakang kampus itu tidak seperti apa yang dia fikirkan. 

Kriing .... Kriiingg..

"Halo bang Fay ..." Jawabku mengangkat telpon dari bang Fay.

"Halo Zee.." 

"Gimana bang ?"

"Clara sudah cerita ke kamu kalau Lia ketemu sama abang ?"

"Iya bang gimana bang ? Ada apa ? Apa yang terjadi sama Lia ? Apa sekarang Lia masih disana ?" 

"Lia sudah pulang naik angkot Zee. Abang yang suruh Lia untuk tidak ketemu kamu dulu beberapa waktu sampai Lia tau dan yakin tentang perasaan Lia ke Zee." 

"Tapi bang .. "

"Abang tau Zee tidak bisa jauh dari Lia untuk saat ini, tapi ini jalan terbaik untuk kalian. Kasih waktu Lia ya Zee buat berfikir, Lia pasti akan menghubungi Zee kalau dia sudah yakin dengan perasaannya." 

"Baik bang. Terimakasih." Kututup telponnya. Aku mengusap dengan kasar wajahku. 

"Sabar Zee, gak lama kok paling. Kan kamu masih bisa lihat dia dari jauh. Aku juga akan selalu kabarin kamu tentang Lia." Kata Clara

cinta yang sakit(gxg) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang