RUMAH ZEE

4.6K 258 9
                                    


Zee mengajakku pulang kerumahnya. Dia tinggal di appartemen yang bagus dan mewah di kelilingi mall dan berada di tengah kota Solo. Di rumah yang menurutku sebesar dan sebagus ini tak kulihat ada satu orangpun disini.

"Ini rumahku. Kamu duduk dulu disini Lia, aku ambilin minum." 

"Makasih Zee."

Aku memilih untuk melihat sekeliling rumah Zee, rumah yang besarnya dua kali lipat dari rumahku. Rumah Zee berwarna abu tua. Banyak lukisan dan poto-poto keluarga di dinding-dinding rumah. Tapi ada satu poto yang membuatku penasaran. Poto yang berisi ayah, ibu, satu orang gadis kecil dan satu lagi gadis cantik berambut panjang sebahu, menggunakan gaun mini cantik dan anggun sekali mirip dengan Zee, tapi itu siapa ya ? 

"Itu aku." Ucap Zee mengagetkanku sambil membawa segelas air putih dan satu toples castangel untukku.

"Hah ?" Aku terkaget sambil terus bergantian menatap poto dan wajah Zee.

"Kenapa ? Jangan mikir kalau gue cowok ?" Kata Zee menggunakan kata 'gue' membuatku terkaget dan sedikit kurang suka.

"Ganteng ya ? Makanya mikir kalau aku cowok ?" Lanjutnya. Aku masih diam, dan duduk di sofa.

"Zilvana Amaranisa namaku." Ucap Zee sambil menyodorkan sebuah album poto kepadaku.

Aku menerima album poto pemberian Zee dan membukanya satu persatu.

"Itu papa, mama, dan Silvia adikku." Jelas Zee, dan aku membuka album poto Zee satu persatu.

"Dimana mereka ?" Tanyaku.

"Sekarang mereka di Belanda. Adikku sakit, membutuhkan pengobatan yang intensif. Papa dan mama pisah dari aku umur 15 taun, tapi kini mereka berdua kembali demi untuk mengurus adikku. Papa sudah menikah lagi, namun istrinya meninggal sekitar 3 taun lalu. Mamaku masih menjanda sampai sekarang."

"Adikmu sakit apa ?" 

"Leukimia. Adikku bisa dibilang yang menjadi korban atas perceraian orang tuaku, dulu dia masih kecil. Stress. Adikku kehilangan sosok papa, dia ngobat, pola hidup dia berantakan. Makanya dia seperti ini."

"Sabar Zee." Kugenggam tangannya. Entahlah, aku merasa kasian pada Zee. Ternyata kita memiliki permasalahan yang sama pada keluarga. Kupikir aku adalah orang yang paling menderita karena orang tuaku, ternyata Zee jauh lebih menderita.

"Gue jadi tomboy begini karena papa. Dunia jadi gelap semenjak papa ketauan selingkuh, lalu ninggalin mama dan adik gue jadi sakit parah kaya gini." Kata Zee sambil menyesap rokok elektriknya.

"Pasti ada hikmahnya Zee dibalik cobaan yang kamu hadapi. Semoga adik kamu lekas sembuh ya." 

Asli, aku bener-bener g nyangka kalau Zee ini sebenarnya adalah perempuan. Kupandangi kembali dia dari atas sampai bawah, tidak ada yang membuatku curiga sama sekali kalau dia perempuan, selain ya memang bagian dadanya yang sedikit menyembul dibanding pria lain. Ganteng padahal dia.

"Hei, bengong !" Sial! Zee mengagetkanku, ketauan deh.

"Hee.... " 

"Kamu yakin udah sehat ? Yakin mau bener-bener secepatnya kerja ?"

Aku memang bilang pada Zee agar segera dipertemukan dengan temannya yang punya warung makan, aku enggak bisa terlalu lama nganggur. Semalam Lando udah ngingetin kalo bulan depan dia mau ikut study tour ke Bali, dan biayanya itu satu kali gaji aku waktu kerja di pererbitan buku. 

"Yakin Zee, aku butuh secepatnya. Aku udah sembuh kok, harusnya kemarin gak usah dibawa ke rumah sakit juga aku enggak apa-apa."

"Yaudah sebelum berangkat aku mandi dulu ya, habis ini aku antar kamu langsung ke tempat temenku. Kamu santai-santai aja disini, ambil makanan atau apapun semau kamu. Yang santai."

"Iya Zee."

***

"Ayok berangkat Lia." Ajak Zee.

Aku hampir saja terpesona melihat penampilan Zee, rambutnya yang acak berantakan, kaos lengan pendek dan celana panjang berwarna hitam, sepatu hitam merah yang menambah keren penampilan Zee.

"Ayok Lia!" Ajak Zee yang ternyata sudah masuk ke dalam mobil.

Sekitar jam 7 malam aku dan Zee tiba di warung makan teman Zee. Bukan warung sih kalo menurutku, sebuah cafe kecil yang bertema classic yang berdiri di kawasan kampus. Lumayan besar menurutku, memasuki cafe kita disambut oleh motor vespa model lama yang terpajang rapi di depan cafe, kemudian disebelahnya ada meja-meja kecil yang  terbuat dari kaju jati tetapi dibentuk sangat antik. wadah makananpun unik, dari pohon bambu. Banyak pasangan muda-mudi yang nongkrong di jam-jam segini.

"Ayo masuk." Ajak Zee.

Aku mengekor di belakang Zee, aku melihat sekeliling cafe, tempatnya bagus aku suka. Bertempat di kalangan kampus kedokteran membuat cafe ini terlihat ramai.

"Hai Zee !" Sapa seorang perempuan cantik dari dalam cafe. 

Kupandangi perempuan itu, rambut curly panjang sepunggung berwarna coklat. Bola matanya bulat, besar bak barbie, memakai sepatu sport bermerk. Celana jeans panjang robek memperlihatkan bentuk kaki panjangnya, menggunakan kaos belah bahu berwarna merah jambu menambah kecantikannya. Dia menghampiri kami, mencium pipi kanan dan pipi kiri Zee.

"Hai Cla, apa kabar ?" Sapa Zee dengan suara baritonnya.

"Aku baik, lama ih kamu enggak main kesini, kan kangen." Dia memeluk Zee manja. Idih... sedikit geli ngelihatnya.

"Oh iya Cla kenalin ini Lia yang udah aku ceritain ke kamu tadi."

"Oh iya, hai.. aku Clara." Katanya sambil mengulurkan tangan padaku.

"Aku Lia mbak." Jawabku sambil menyalami Clara, tangannya lembut sekali .

"Mbak ? Kamu pikir aku pembantu ?" Katanya dengan bibir cemberut.

"Eh ..."

"Cla.... udah deh, jangan mulai, masih baru dia jangan dikerjain." Kata Zee pada Clara.

"Oh hehehhe bercanda. Ayuk duduk dulu, kita ngobrol dulu. Kalian duduk dulu ya, aku ke dalam sebentar. "

Aku dan Zee duduk di kursi paling pojok, sementara Clara masuk ke dalam mengambil minum untuk kami berdua. Zee mengeluarkan sebungkus rokok dari dalam saku celananya. Waow... Selain ngevape Zee ngrokok juga ? Sebenarnya bukan hal yang asing juga sih melihat perempuan perokok, akan tetapi melihat bagaimana model Zee yang tomboy begitu, dan mengingat hampir kemarin aku mengira bahwa dia cowok, agak sedikit kaget juga dia ngrokok.

"Jadi kamu yang mau nglamar kerja disini ?" Tanya Clara, membuyarkan lamunanku.

"Oh iya mb, eh bu, eh " Aku bingung sendiri harus manggil dia apa.

"Nona... karyawan disini manggil aku nona, kamu bisa mengikuti mereka." 

"Oh baik nona"

"Seperti yang kamu lihat disini ya Lia, hanya bagian kasir yang kosong. Jadi kamu saya tempatkan dikasir. Libur 1 minggu sekali tidak boleh diambil di hari minggu, masuk dari jam 11 siang sampai jam 10 malam. Jam istirahat selama 3 jam, bebas bisa diambil sewaktu-waktu tapi harus nunggu saya datang dulu. Gaji 2 juta perbulan. Siap ?" 

"Saya siap nona." Jawabku mantap.

"Ok mulai besok kamu bisa mulai kerja." 

"Makasih nona Clara."

"Makasih aja sama Zee, dia yang rekomendasiin kamu disini."

"Makasih ya Zee." Kuraih tangan Zee untuk mengucapkan terimakasih padanya. Sekali lagi dia menjadi malaikat penolongku.

"Iya sama-sama Lia. Selamat bekerja ya?" Kata Zee sambil mengusap rambutku.

"Eh apaan ini ? Udah jadian ya ?" Deg ! Pertanyaan Clara langsung menghentikan kebahagian di wajahku. Aku diam tak mengerti maksud dari ucapan Clara.

"Cla !" Zee memandang Clara dalam.

"Ups ! Bercanda kali non, hahah... Jangan diambil hati ya?" 

###

cinta yang sakit(gxg) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang