BERTEMU ARDAN

3.7K 233 1
                                    

Aku keluar dari ruangan Clara saat ponselnya berdering. Tapi bukan berarti aku puas dengan jawaban Clara. Itu lebih karena aku mengerti privasi Clara yang akan menerima telefon. Aku akan kembali bertanya jika aku diberikan kesempatan lagi.

"Halo cantik, nih aku bawain geprek kesukaan kamu." Zee sudah menungguku di depan kasir.

Menggunakan sepatu sport berwarna merah maroon, celana cargo hitam pendek, dengan kaos merah lengan panjang dan rompi jeans menambah sempurna penampilan Zee, Kupandangi dia dari atas sampai bawah. Bibirnya tersenyum sedikit memperlihatkan giginya yang putih bersih. Rambutnya terurai terkena angin menambah ketampanan wajah Zee. Tampan ? Lupakan!

"Zee kapan datang ? Tadi aku dari ruangan non Clara, udah lama ?"

"Baru kok. Udah istirahat ? Makan dulu yuk mumpung belum ada yang datang."

Aku mengangguk mengikuti langkah Zee yang memilih kursi di teras cafe. Tempat favorit Zee memang disini, karena disini udaranya sangat sejuk. Bisa langsung menatap suasana luar juga. Karena makan sambil melihat kendaraan berwara-wiri sungguh nikmat kata Zee. Kami berdua memakan makanan yang Zee bawakan untukku. Kembali dalam fikiranku timbul pertanyaan-pertanyaan yang sejak dari kemarin menghantuiku. Darimana aku harus memulainya dulu agar membuat Zee tidak tersinggung.

"Ada nasi di bibir kamu." Zee mengambil nasi di sisi bibir kiriku.

Aku memang tak berkonsentrasi saat makan. Mataku tak lepas dari Zee, aku tak pernah bosan untuk melihat dan memperhatikan dia, Apalagi setelah peristiwa kemarin, itu membuatku semakin memiliki kecurigaan. Tak bisa kupungkiri, Zee memang tampan jika dilihat. Terlepas bahwa dia sesungguhnya adalah seorang perempuan sama sepertiku.

"Kamu mikir apa sih ?" Tanya Zee membuyarkan lamunanku.

"Oh.. Enggak.."

"Nanti malam nginep ya dirumahku ? Lando ada acara pensi juga kan di sekolah ? Daripada kamu dirumah sendiri?"

Yes ! Momen yang pas. Mungkin malam ini aku bisa menanyakan segala sesuatu yang terus membuatku gila selama dua hari ini.  Tidur di rumah Zee bukan hal yang pertama buatku. Aku sudah sering menginap dirumahkan kalau pulang kerja kemalaman.

"Oke." Jawabku mantap.

"Aku jemput ya nanti pulangnya. Habis ini aku mau pulang dulu, ada urusan sebentar sekalian anterin uang jajan Lando."

"Hah kok bisa?"

"Lando bilang uang jajannya habis. Dia gak sempet minta ke kamu karena tadi pagi kamu masih tidur, sekalian suruh bawain kaos warna biru karena tema drescodenya biru."

"Lando gak ada bilang ke aku lho ? Kok malah ke kamu?"

"Gak apa, aku malah seneng, aku udah anggap Lando kaya adikku sendiri."

"Biar aku aja yang beliin, aku kan masih ada waktu istirahat dua jam, nanti bisa aku pakai ke sekolahan Lando."

"Lia, kamu istirahatnya jam 8 malam aja ya, sekalian bablas pulang gak apa, soalnya ini aku ada urusan diluar sebentar." Clara tiba-tiba sudah ada disamping tempat duduk kami.

"Hai Zee!" Sapa Clara pada Zee, sambil mencium pipi kanan dan kiri Zee.

"Kalian gak ada acara keluar kan ?" Tanya Clara memastikan.

"Enggak kok Cla, kamu pergi aja. Malah kebeneran nanti Lia pulang cepet. Aku mau ajak dia jalan." Jawab Zee.

"Oke deh kalau gitu, aku pergi dulu ya." Clara pergi meninggalkan kami menggunakan mobil civic hitamnya.

"Tuh kan kamu harus kerja. Udah serahin aja sama aku." Zee menyentuh tanganku.

****

Tepat pukul 8 malam Zee datang ke cafe dan menjemputku. Kali ini dia tidak menjemput menggunakan mobil Brio Merahnya. Menggunakan motor besarnya berwarna hitam dan helm yang menutupi wajahnya dia datang. Kali ini penampilannya lebih simpel daritadi pagi. Tetap menggunakan sandal jepit meskipun bermerk. memakai celana pendek hitam dan kaos pendek hijau membuatnya semakin sempurna di mataku.

"Ayo naik."

Aku masih sedikit terpana melihat Zee saat ini. Meski terkadang aku membuang jauh pikiran-pikiran kotorku padanya.

"Ini motor siapa ?" Tanyaku sedikit heran karena memang selama ini aku tak pernah melihat motor ini.

"Ini motorku, ada di garasi, Emang jarang aku pakai. Lebih sering pakai si Redy."

"Oh."

Redy adalah nama mobil Zee, diberi nama Redy karena warnanya merah, selain itu juga karena Redy selalu siap membawa dan dibawa Zee kemana saja saat panas maupun hujan. Aku menaiki motor Zee pelan. Dia membawakanku helm berwarna merah muda. Kata dia itu helm baru beli, dan sengaja beliin warna merah muda biar aku nambah cantik "apa hubungannya?" . Aku agak sedikit susah menaiki motor Zee. Karena memang dasarnya aku orangnya kecil,kurus, pendek tapi enggak hitam ya. Sebelum sampai rumah Zee kita terlebih dahulu membeli nasi goreng di depan gang masuk perumahan rumah Zee untuk makan malam.

Sekitar pukul 9 malam kita sampai rumah karena memang lumayan banyak antrian di tempat nasi goreng. Sampai rumah aku langsung mandi baru makan berdua.

"Taraaaaaa" Zee memberikan kejutan untukku saat aku membuka lemari di kamarnya.

"Apa ini?" Aku sedikit heran karena ada lemari baru dua pintu yang ada dikamar Zee yang ternyata berisikan bajuku.

"Baru sedikit sih, dan semoga muat ya?"
Zee dia membelikan lemari pakaian itu untukku beserta isinya. Waw... Perempuan mana yang tidak terpana coba ? Pakaiannya bermerk, mahal, dan bagus-bagus pula. Meskipun lemarinya belum penuh setidaknya sudah membuat aku berbunga-bunga citra lestari, eh !

"Ini buat aku ?" Tanyaku sekali lagi.

"Yaiyalah. Masak iya aku pake kaos kecil dan daster begituan ? Aku belikan kamu lemari sendiri karena lemariku udah penuh bajuku, dan lagi biar kamu ga bingung kalo nginep disini gak bawa ganti." Kata Zee menjelaskan.

"Waw makasih ya Zee." Kupeluk dia, entahlah aku senang sekali. Ini bukan hanya sekedar hadiah dan kejutan, tapi buatku ini lebih dari semua itu.

Setelah makan malam kami tiduran bersama di kamar Zee. Mungkin inilah kesempatanku untuk menanyakan siapa Dara dan apa hubungannya dengan Dara. Aku sudah menyusun kata-kata agar Zee tak akan tersinggung dan marah dengan pertanyaanku. Tapi semua itu mesti kusimpan dulu karena Zee sedang menerima telepon dari mamanya di Belanda. Waktu sudah menunjukkan jam 11 malam dan aku mengantuk.

***

"Lia!" Seseorang memanggilku dan tiba-tiba memelukku.

"Hey siapa kamu ? Lepasin aku!" Aku berteriak dan melepaskan pelukan orang itu yang ternyata dia adalah Ardan.

"Lia aku minta maaf. Kamu kemana aja ? Selama ini aku cari kamu, aku gak bisa hubungi kamu."

"Ardan ! Untuk apa kamu cari aku ? Bukannya kata kamu kita udah putus ?"

"Aku mau minta maaf sama kamu, ternyata Risa bukanlah perempuan yang baik. Aku masih sayang sama kamu. Aku mau kita memulainya kembali lagi dari awal."

cinta yang sakit(gxg) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang