PERMINTAAN MAAF ARDAN

3.7K 224 1
                                    

Plasssss ! Kutampar keras pipi Ardan. Begitu mudahnya dia menghianatiku, memutuskanku, dan sekarang meminta kembali padaku. Hari ini kebetulan Zee tak mengantarkanku kerja, karena dia ada urusan di kampusnya.

"Pergi! Pintu hatiku sudah tertutup untukmu."

Aku pergi meninggalkan Ardan.

"Lia plis dengerin aku dulu." Ardan lari mengejarku dan menarik tanganku.

"Kasih aku kesempatan, kali ini saja. Aku mohon." Ardan berlutut kepadaku.

"Kamu jahat Dan, tidak taukah kamu aku begitu sakit saat kamu selingkuhin aku dan mutusin aku disaat aku butuh kamu. Dan sekarang kamu datang tiba-tiba disaat aku udah mulai lupain kamu."

"Aku tau aku salah, ini kesempatan terakhirku. Aku janji, aku enggak akan mengulanginya lagi. Jika aku menyakitimu lagi aku akan pergi jauh."

Ardan memelas. Aku tak tega. Segala sesuatu yang pernah kita lalui bersama tiba-tiba terlintas di dalam fikiranku. Aku masih mencintainya. Aku menariknya berdiri dan memeluknya. Aku merindukannya. Aku ingin memulai kembali lagi dengan Ardan. Dia memelukku erat sekali tanda bahwa dia benar-benar masih mencintaiku. Bibir kami begitu dekat dan berpaut dalam satu kecupan manis. Ya ! Aku dan Ardan akan kembali memulainya dari awal .

***

Kringggggggg jam weker di kamar Zee berbunyi. Bunyinya nyaring sekali tepat di pinggir telinga kiriku. Aku membuka mataku. Kulihat di sekekeliling sambil mengambil weker dan mematikannya. Ternyata sudah jam 6 pagi. Kulihat Zee masih tertidur dengan pulasnya di sampingku.

"Ternyata cuma mimpi"

Aku tak bisa membayangkan jika semua itu menjadi kenyataan.

"Zee bangun!" Kubangunkan Zee. Kulihat dan kuperhatikan dia kembali. Aku kagum padanya. Entahlah... Aku nyaman bersamanya. Dia selalu memberikanku kenyamanan yang berlebih.

"Uhh..." Zee menggeliat dan menarikku lagi ditempat tidur. Dia menggelitiku. Dan tanpa sengaja bibir kami bersentuhan.

Suasana diantara kami berdua menjadi canggung.  Bisa saja aku menganggap bahwa itu biasa saja. Tapi entah kenapa aku merasa salah tingkah karena hal ini. Mungkin karena penampilan Zee yang tomboi dan aku yang sudah terlalu sering berfikirian negatif pada Zee.

"Aku mandi dulu Zee." Aku berdiri dari kasur dan masuk ke kamar mandi.

Gila ! Apa yang barusan terjadi ? Jantungku berdegup dengan kencang. Seharusnya tak apa karena memang kita tak sengaja. Tapi aku tak bisa mengentikan debar-debar jantungku. Nafaskupun jadi lebih cepat dari biasanya. Aku malu. Ada apa ini ? Apa yang harus aku lakukan jika ketemu Zee nanti ? Marahkah

Selesai mandi aku tak melihat di dalam kamar. Setelah ganti baju aku keluar kamar dan kudapati Zee sedang menyiapkan sarapan pagi untuk kita berdua. Jantungku kembali berdegub dengan kencang, rasanya canggung jika harus berhadapan bahkan berbicara dengan Zee.

"Udah selesai mandinya ? Sarapan yuk, aku udah siapin." Kata Zee sambil menata makanan di meja. Bagaimana bisa dia terlihat santai, seolah-olah tak pernah terjadi sesuatu pada kita berdua.

"Hari ini aku ada kelas, kayaknya aku bakal telat anter kamu kerja. Aku pamitin ke Clara ya ? " Tanya Zee saat aku sudah duduk dimeja makan bersamanya.

"Eh .. Enggak usah, aku bisa berangkat sendiri Zee."

"Besok aku ajarin setir mobil ya ? Jadi kalau aku gak bisa anter, kamu bisa naik mobil, redy nganggur tuh. Nanti aku pakai motor."

"Buat apa latihan mobil Zee ? Masih ada angkot juga kok Zee. Aku bisa berangkat sendiri, kamu tenang aja. Belajar yang baik yah. Gak usah mikirin aku." Candaku untuk menghilangkan rasa canggungku.

###

Jam 10 aku berangkat kerja menggunakan angkot dari rumah Zee. Aku memikirkan hal semalam, gara-gara aku ketiduran aku tidak jadi bertanya kepada Zee, padahal aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekarang aku tidak tau kapan lagi aku akan menanyakan hal itu padanya. Mungkin malam ini, mungkin lusa, mungkin minggu depan atau bahkan tidak sama sekali ?

"Lia!" Panggil seseorang kepadaku.

"Ardan ?" Dejavu. Semalam aku memimpikan Ardan. Dan sekarang aku bertemu dengan Ardan.

"Kamu kemana aja ? Aku cari-cari kamu kemana-mana, aku telpon kamu tapi nomor kamu gak pernah aktif. setiap aku kerumah kamu gak pernah ada orang, aku ke sekolah Lando juga dia gak mau ngasih tau tentang kamu."

"Buat apa kamu cari tau tentang aku lagi ?"

"Bisa aku bicara sebentar denganmu Lia ?"

"Enggak! Aku mesti kerja." Aku pergi meninggalkan Ardan.

"Tunggu ! Kasih aku kesempatan Lia, satu kali aja plis." Ardan menarik tanganku.

"Apa lagi sih Dan ? Kita udah selesai! Dan aku enggak mau kamu muncul lagi dihadapanku."

"Aku tau aku salah, aku cuma mau minta maaf sama kamu." Wajah Ardan memelas, dan aku tidak suka itu.

 "Please! Kasih aku kesempatan buat memperbaiki semua ."Kata Ardan lagi.

"Ardan denger, aku udah maafin kamu, tapi aku gak mau kita kenal lagi. Pergi ! Dan jangan cari aku lagi."

Aku pergi meninggalkan Ardan. Ini sungguh jauh berbeda dari mimpi yang aku alami semalam. Semalam aku mimpi bisa balikan lagi sama Ardan, tapi hari ini melihat wajahnya kebencianku sungguh luar biasa mendalam. 

***

Kerjaku menjadi tak begitu bersemangat. Ardan sungguh membuat moodku hari ini rusak. Aku lebih banyak diam di depan  kasir dibanding ngobrol bersama teman-teman di dapur. Kulihat mobil Zee berhenti di depan cafe, itu berarti jam kuliah Zee sudah selesai. Entahlah, aku membutuhkan dia, aku berlari meninggalkan meja kasir dan menghampiri Zee. Kupeluk dia erat. Aku menangis di dalam pelukannya. Aku merasa nyaman seperti ini kepada Zee. Aku membutuhkan teman untuk berbagi cerita, selama ini aku tidak pernah punya teman, dan Zee adalah salah  satu teman terbaikku.

"Hei ! Kenapa ? " Tanya Zee bingung.

"Aku ketemu Ardan tadi." Kataku.

"Trus ?"

"Aku benci Zee sama Ardan. Kenapa aku harus melihat dia lagi ?"

"Apa yang dia lakukan ke kamu sampai membuat gadisku menangis ?"

"Ardan ....?" Tunggu ! Aku terdiam sejenak. Entah kenapa rasanya begitu asing mendengar Zee menyebutku 'Gadisku' ? Maksudnya ? Ah entahlah aku sedang tidak mood untuk membahas itu.


"Ardan kenapa Lia ?"

"Dia meminta maaf ke aku, tapi aku gak suka. Tapi wajahnya memelas, aku kasian melihatnya. Biar bagaimanapun aku ..."

"Aku apa  Lia ?"

"Aku ..... "

"Jangan bilang kamu masih mengharapkannya ?"

"Bukan itu.... Tapi ...."

"Denger ! Ardan bukan laki-laki yang baik buat kamu, dia jahat. Sekarang dia mencari kamu, belum tentu besok saat dia menemukan orang baru lagi dia akan tetap mencarimu  dan bersama kamu. Penyakit selingkuh itu gak akan bisa sembuh. Ingat baik kata-kataku, jangan pernah berharap ataupun memberi kesempatan kepada Ardan untuk masuk ke dalam hatimu lagi. Paham !"

Aku mengangguk. Zee kembali memelukku. Wangi parfumnya begitu khas menusuk hidungku. Zee memang orang yang selama ini mensupport aku untuk bisa bangkit dan melupakan Ardan. Zee sudah bersusah payah membantuku. Aku tak mungkin mengecewakannya. Dan aku juga tak ingin sakit hati lagi karena Ardan.

cinta yang sakit(gxg) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang